MIMPI BERTEMU HADHRAT AISYAH MENGANTARKANNYA JADI ISTRI MUBALIGH

Gadis belia itu bernama Yennie. Tentu bukan nama asli. Tapi kisah tentang Yennie benar adanya. Menceritakan sebuah perjalanan rohani yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Yennie lahir di sebuah desa yang dikelilingi bukit-bukit. Lembahnya dipenuhi hamparan sawah. Suasana kampung ini membuat hati tenteram.

Ia adalah anak semata wayang. Ia sangat disayang. Semua tentangnya diperhatikan. Kemanapun ia pergi pasti ada yang mendampingi.

Yennie adalah cucu pertama sekaligus satu-satunya dari keluarga tersebut. Bahkan sejak usia 9 bulan, ia sudah diasuh dan dibesarkan oleh sang nenek, karena ibu-bapaknya bekerja di perkebunan teh.

Suatu peristiwa datang menjemput takdirnya. Saat itu Yennie baru berusia 16 tahun. Saat liburan semester pertama, Yennie mendapat ajakan dari pamannya yang tinggal di kota Bandung untuk liburan kesana.

Sebagai anak yang paling disayang dan dimanja, tentu berat bagi keluarga di kampung untuk melepas Yennie berhari-hari di luar. Tapi sang paman cukup lihai membujuk orang tuanya agar mengizinkannya berlibur ke kota kembang.

Betapa senangnya sang bibi saat Yennie datang. Enam hari di Bandung, ia ajak Yennie jalan-jalan keliling kota. Dibelikannya aneka makanan kota yang jarang Yennie temukan di kampung. Yennie melihat bahwa kehidupan di luar kampung demikian ramai dan hidup.

Sang paman rupanya punya kos-kosan untuk mahasiswa dan pegawai. Kos-kosannya sangat bersih dan rapi sebab sang bibi selalu ibu kos terjun langsung membenahi. Yennie melihat bagaimana sang bibi demikian cekatan dalam hal ini.

Dan disinilah kisah perjalanan rohani Yennie dimulai. Saat ia berada di sebuah kamar paling ujung. Saat itu penghuninya tengah pulang kampung. Terlihat tumpukan buku-buku di atas meja.

Ada dua buah buku yang menusik pikiran Yennie. Menggodanya untuk membacanya. Tapi belum bisa ia lakukan karena yang punya sedang pulang kampung.

Senin malam itu. Yang punya buku datang ke kosan. Yennie meminta kepada sang bibi untuk meminjam dua buku itu. Sang bibi dengan cepat meminta kepada yang punya agar mau meminjamkannya.

Dan sang pemuda yang punya buku dengan senang hati meminjamkannya. Hingga buku-buku tersebut dibawa pulang Yennie ke kampung halamannya. Karena waktu liburan sekolah telah usai.

Selesai sekolah, Yennie selalu membaca buku yang dipinjamnya itu. Ia demikian menikmat setiap untaian kalimat penuh makna dari kedua buku tersebut. Ia merasakan getaran ruhani yang bergelora di kedalaman batinnya setelah membaca buku tersebut.

Bagaimana konsep tentang tingkata-tingkatan keadaan manusia begitu menarik perhatiannya. Mulai dari amarah, lawwamah, hingga menuju kesempurnaan yakni muthmainnah.

Ada semacam aliran deras yang bergemuruh dalam kalbunya. Yennie seperti tengah melahap aneka sajian makanan ruhani dengan rasa lapar yang kuat. Kedua buku tersebut sampai tiga kali ia baca berulang-ulang.

Hingga ia bertanya-tanya, siapa sebenarnya sang penulis yang di bawah fotonya tertulis nama Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Kedua buku tersebut adalah Filsafat Ajaran Islam dan Bahtera Nuh.

Ia yang tengah mencari jadi diri seolah telah mendapatkan tempat persinggahan yang tepat dari pencarian terhadap hal-hal yang mengusik dirinya. Hingga ia berkesimpulan, bagaimana caranya saya bisa menjadi pengikut sang penulis buku.

Singkat cerita. Berkat bantuan pemilik dua buku tadi, Yennie jadi tahu dengan Ahmadiyah dan Sang Pendirinya yang merupakan penulis dari kedua buku tadi.

Dengan dibimbing seorang mubaligh Ahmadiyah, akhirnya Yennie mantap berikrar bai’at masuk ke dalam bahtera Imam Mahdi.

Setahun setelah bergabung dengan Jemaat Ahmadiyah tanpa diketahui keluarga besarnya, Yennie mulai merasa bimbang dan ragu. Fikirannya mulai dihinggapi perasaan tidak tenang karena telah bai’at ke Ahmadiyah.

Yennie tahu, jika hal ini diketahui oleh keluarga besarnya, reaksi dari mereka pasti kaget dan tidak percaya. Bahkan ia pun harus siap jika mereka memaksa untuk keluar dari Ahmadiyah.

Ia mendapat saran agar melakukan shalat tahajud dan istikharah agar mendapat jawaban yang tepat dari apa yang sudah ia putuskan.

Yennie pun setiap melakukan shalat, baik shalat fardhu maupun nafal selalu berdoa ke hadirat-Nya, kalau memang Jemaat Imam Mahdi ini benar, maka berilah hamba kebenaran yang sesungguhnya.

Di suatu malam, Yennie mendapat mimpi. Ia tengah duduk di bangku taman yang mana bunga-bunga indah sedang bermekaran. Tapi perasaannya tetap kacau. Rasa bimbang dan ragu kian menekan fikirannya walaupun berada di taman yang begitu menyenangkan.

Tiba-tiba ada sesosok perempuan datang menghampirinya. Perempuan tersebut mengucapkan salam, lalu bertanya kepada Yennie?

Assalamu’alaikum, kamu kenal dengan saya?”

Wa’alaikumsalam, yah saya kenal anda. Bukannya anda ini istri Rasulullah saw?”

Ya, saya Aisyah. Saya kesini menjumpai kamu dan ingin menyampaikan surat dari Rasulullah saw khusus untuk kamu. Tapi sebelum aku bacakan suratnya untukmu, mari kita ke mimbar yang ada depan taman ini.”

Tangan Yennie dipegang oleh Hadhrat Aisyah dan kamipun menuju sebuah mimbar. Lalu dilepaslah tangan saya dan beliau berkata,

Kamu berdiri di depanku. Aku akan bacakan suratnya untukmu.” Perlahan Hadhrat Aisyah membuka lembar surat. Lalu beliau membacakan surat tersebut.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. Janganlah kamu bimbang dan ragu dengan apa yang sekarang kamu pegang. Karena apapun yang kamu hadapi Allah sendiri yang akan menjadi jawabannya.”

Itulah isi surat yang dibacakan oleh Hadhrat Aisyah kepadaku. Ringkas sekali tapi benar-benar menjadi jawaban atas kebimbangan yang tengah Yennie rasakan.

Sekarang kamu lihat orang-orang yang ada di belakangku. Mereka bolak-balik kesana-kemari tapi tidak ada tujuan dan pegangan hidup.”

Dalam mimpi itu memang terlihat beribu-ribu orang di belakang Hadhrat Aisyah yang mondar-mandir tapi tidak ada tujuan mau pergi kemana.

Setelah ini, saya akan ajak kamu keliling.”

Yennie dibawa terbang dengan menggunakan payung hitam yang bertuliskan lafadz tauhid. Dalam perjalanan terbang sering ia berhenti di berbagai kota, negara bahkan ia harus terbang di atas hutan belantara yang sangat rimbu yang jalannya terlihat terjal dan licin.

Akhirnya, ia dan Hadhrat Aisyah sampai di sebuah pasar yang berada di lembah yang dikelilingi bukit-bukit dan gunung. Pasar yang bangunannya berdere rapi dan mereka berhenti diujung pasar yang berada di tepi lembah.

Yennie pun terbangun. Mimpi yang dialaminya amat nyata. Sosok Hadhrat Aisyah demikian nyata dan membekas dalam kalbunya. Sosok perempuan yang penuh dengan kelemah lembutan dengan paras yang cantik.

Hati yang tadinya gundah gulana, kini hilang sirna diganti ketenangan batin yang penuh dengan kedamaian.

Hari demi hari, Yennie memperlihatkan perubahan diri kepada keluarga. Ia jadi lebih rajin beribadah dan memutuskan untuk berhijab.

Ketika orang tua pada akhirnya tahu bahwa Yennie sekarang seorang Ahmadi, perubahan diri itulah yang menjadi jawabannya. Orang tuanya melihat Yennie setelah masuk Ahmadiyah menjadi pribadi yang lebih taat lagi.

Suatu kali. Orang tua Yennie ingin menjodohkannya dengan seorang pemuda kampung tetangga. Tapi Yennie menolak secara halus karena merasa tidak cocok bila menikah dengan non-Ahmadi.

Yennie pun berdoa agar mendapatkan jodoh dari kalangan Ahmadi, yakni seorang Khuddam aktif di Jemaat agar ia juga bisa berkhidmat.

Ia berdoa dan terus berdoa. Hingga akhirnya Allah Ta’ala memberikan jodoh spesial untuk Yennie. Seorang mubaligh berniat untuk menikahinya.

Dan dari sinilah, apa yang dulu ia mimpikan ketika bertemu dengan Hadhrat Aisyah tergenapi setelah menikah dengan seorang mubaligh.

Mimpinya tentang singgah di kota-kota menjadi kenyataan setelah menjadi istri mubaligh yang mendampingi suami tugas di berbagai daerah.

Begitu juga ketika tugas di bumi cenderawasih. Mimpinya melihat hamparan hutan belantara tergenapi dengan tugas di Papua.

Di akhir tahun 2016, Yennie ikut kembali tugas ke Sulawesi Utara. Di pertengahan tahun 2017 pindah ke salah satu cabang namun masih di Sulut.

Pada 5 Oktober 2018, ia diajak suami belanja ke sebuah pasar yang tidak begitu jauh dari rumah misi. Sesampainya di pasar, betapa kagetnya ia melihat pasar dimana bangunannya yang berderet dan ada di sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit, persis sama dengan mimpi yang dulu ia alami.

Semoga Allah segera menganugerahkan kepada keluarga besar Yennie supaya segera mengikuti jejaknya bergabung dengan Jemaat Imam Mahdi. Tak ada yang bisa menghalangi Kehendak Allah untuk bisa menerima hidayah-Nya. Dan Yennie sangat beruntung telah bergabung dengan Jemaat Imam Mahdi.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 2027

Annisa Tahirra

5 thoughts on “MIMPI BERTEMU HADHRAT AISYAH MENGANTARKANNYA JADI ISTRI MUBALIGH

  1. Masya Allah… Merinding bacanya… mubarak mendapat karunia bertemu hz. Aisyah walau hanya dlm mimpi dan dpt dibuktikan kebenarannya dlm dunia nyata👍👍

  2. Masya Allah kisahnya, mubarak bisa bertemu hz. Aisyah walaupun dalam mimpi, hingga bisa membawa ke jemaat Ilahi.

  3. Masyaallah,sungguh tergetar dan merinding membaca pengalaman beliau tersebut,sungguh suatu keajaiban ,sebuah mimpi yg benar2 menjadi nyata dalam kehidupan dunia,semoga saya juga bisa memperbaiki rohani saya terus,dan biarlah Allah yg menilai saya.
    Sungguh kisah yg hebat,dan saya merasa beruntung bisa membacanya.

  4. Jazakumullah ahsanal jaza untuk semua pembaca. Itu merupakan karunia dari Allah SWT. Untuk saya yang penuh dengan kelemahan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *