KISAH SURAQAH BIN MALIK DAN KUDA YANG TERPEROSOK

Kisah ini sudah sangat terkenal dan diceritakan dimana-mana. Seorang pemuka Badui  yang sangat berhasrat membunuh Rasulullah SAW kemudian masuk Islam. Suraqah bin Malik bercerita tentang pengalamannya saat mengejar Rasulullah SAW dan Hz. Abu Bakar r.a. kala itu.

“Suatu hari, utusan kaum Kuffar Quraisy datang kepada kami dan mengabarkan bahwa mereka telah membuat sayembara berhadiah bagi yang dapat membunuh dan menangkap Rasulullah SAW dan Hz. Abu Bakar,” ujarnya sambil mengingat masa itu. Saat itu ia berada di tengah-tengah majlis Banu Mudlij. 

Suraqah tertarik dengan hadiah yang ditawarkan dan ia duduk lebih lama dalam majlis itu. Salah seorang dari antara mereka menghampiri dan menyampaikan bagaimana cara untuk membunuh Rasulullah. Orang itu berkata, “Saya melihat ada beberapa bayangan orang di tepi laut. Saya yakin bahwa itu adalah Muhammad dan kawannya.”

Mendengar itu Suraqah menimpali, “Itu sama sekali bukan Muhammad, melainkan orang yang baru pergi diantara kita.” Ia menyangkalnya dan meyakinkan mereka. Padahal dalam hatinya ia tahu bahwa itu Rasulullah. Ia mulai tamak dan sangat berhasrat untuk mendapatkan hadiah tersebut dan tak ingin orang lain mendahuluinya. Dengan segera ia bangkit dari tempatnya duduk dan bergegas pulang ke rumah.

“Keluarkan kuda saya dan ikat di belakang rumah!” perintahnya pada pelayan. Suraqah mengambil tombak dan keluar dari arah belakang rumah. Ia menopangkan tombak ke tanah untuk membantunya menaiki kuda. Ia hentakkan kudanya dengan sangat kuat sehingga dapat berlari kencang sampai tiba mendekati Rasulullah. Ketika semakin mendekat kepada Rasulullah, kuda betina yang ia tunggangi itu tiba-tiba terperosok sehingga ia pun ikut terjatuh.

“Saya bangkit dan mengeluarkan anak panah dari wadahnya lalu mengundi nasib apakah saya bisa melukai mereka atau tidak. Apakah niat saya untuk membunuhnya berhasil atau tidak. Ternyata jawaban yang keluar adalah yang tidak saya harapkan yaitu saya tidak dapat menangkapnya,” terangnya.

“Selanjutnya, saya kendarai lagi kuda dan melawan nasib tadi, lalu kuda membawa saya dengan cepat sampai mendekati Rasulullah. Begitu dekatnya sampai-sampai saya mendengar Al-Qur’an yang dibacakan Rasulullah. Rasulullah tidak menoleh kesana kemari, sedangkan Abu Bakar berkali-kali melihat ke belakang.  Namun kaki depan kuda saya terperosok lagi ke dalam pasir hingga setinggi lutut dan membuat saya terjatuh. Saya memarahi kuda saya lalu berdiri. Namun kuda itu tidak dapat mengeluarkan kakinya dari dalam pasir,” ujarnya melanjutkan. Debu berhamburan di sekelilingnya menandakan bahwa kuda tersebut susah payah mengeluarkan kakinya yang terperosok begitu dalam.

“Lalu saya mengundi nasib lagi dengan mengeluarkan anak panah dan ternyata yang keluar adalah yang tidak saya sukai. Saya tidak akan dapat menangkap Rasulullah.” Suraqah berteriak kepada mereka, “Kalian Aman!”

Rasulullah  dan sahabat pun berhenti. Niat jahat Suraqah sudah hilang, kemudian ia menghampiri Rasulullah SAW dengan menunggangi kudanya. Anehnya, setelah niat jahatnya hilang, kuda itu malah berlari ke hadapan Rasulullah.

Suraqah berkata kepada Rasulullah, “Kaum Anda (Quraisy) telah membuat sayembara dan telah meyiapkan hadiah besar untuk menangkap Anda.” Suraqah menjelakan semuanya, kemudian memberikan perbekalan kepada mereka dan mengatakan, “Perbekalan ini untuk perjalanan Tuan,” namun Rasulullah tidak mengambilnya. 

“Mereka juga tidak meminta apa-apa, kecuali beliau bersabda, ‘Jangan beritahu siapapun perihal kami!’ Saya pun memohon kepada Rasulullah untuk menulis jaminan keamanan bagi saya.”

Rasulullah memerintahkan Aamir bin Fuhairah yang ikut dalam perjalanan hijrah bersama Rasulullah untuk menulis surat jaminan keamanan dan perdamaian diatas selembar kulit. Ketika Suraqah hendak berbalik pulang, Rasulullah bersabda kepadanya, “Suraqah, bagaimana keadaan engkau ketika cincin Kisra berada di tangan engkau?”

Suraqah heran dan bertanya, “Kisra bin Hurmuz? Raja Iran?”

Rasulullah bersabda, “Iya.”

Nubuatan ini tergenapi kata demi kata setelah 16 tahun.  Suraqah menjadi Muslim dan datang ke Madinah. Setelah kewafatan Rasulullah SAW dan khalifah pertama Hz. Abu Bakar ra, Hz. Umar ra menjadi Khalifah. Saat itu Islam semakin berkembang pesat dan kemegahannya meningkat. Orang-orang Iran mulai menyerang kaum Muslimin. Namun serangan-serangan yang dilakukan mereka tidak berhasil, malahan daerah kekuasaan Kisra dirampas oleh lasykar Islam.

Harta ghanimah (rampasan perang) dibawa ke hadapan Hz. Umar. Diantara harta itu ada sebuah cincin yang selalu dipakai oleh Kisra pada saat bertahta sesuai dengan tradisi kerajaan Iran. Hz. Umar melihat cincin Kisra itu dan berkata, “Panggil Suraqah!”

Suraqah datang dan Hz. Umar memerintahkan kepadanya untuk memakai cincin itu ditangannya. Namun Suraqah menolak karena memakai emas dilarang bagi kaum laki-laki. Hz. Umar membenarkan itu. Akan tetapi karena Nubuatan Rasulullah SAW telah tergenapi, maka Suraqah harus memakainya untuk menggenapi bagian lain dari Nubuatan ini. Suraqah memakai cincin itu di tangannya dan kaum Muslimin menyaksikan nubuatan agung itu tergenapi dengan mata kepala sendiri.

.

.

.

Diceritakan ulang oleh Mumtazah Akhtar. 

Sumber: Khutbah Jumat Hazrat Khalifatul Masih Al-Khamis aba. pada 18 Januari 2019

Visits: 2544

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *