
Aamir bin Fuhairah, Dari Budak Belian Menjadi Hafidz Al-Qur’an
“Demi Allah! Jika Rasul datang kemari di waktu seperti ini pasti ada perkara besar,” ujar Hazrat Abu Bakar ketika mendengar bahwa Rasulullah SAW sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Tidak biasanya Rasulullah SAW datang mengunjunginya pada waktu itu.
Tak lama kemudian, seorang lelaki yang mengenakan penutup kepala sampai di depan rumahnya. Ia adalah Rasulullah SAW, dan Hazrat Abu Bakar mempersilahkannya masuk. Rasulullah bersabda, “Jika ada orang lain di rumah ini, mintakan ia keluar dulu.” Hazrat Abu Bakar menjawab, “Ya Rasulullah, di rumah ini hanya ada keluarga Anda, Aisyah, dan ibunya, Ummi Ruman.”
“Saya sudah mendapatkan izin untuk Hijrah,” berkata Rasulullah SAW dengan serius. “Wahai Rasul! Mohon berkenan untuk mengajak saya, saya rela korbankan ayah dan ibuku demi Engkau.” Rasulullah SAW bersabda, “ Ya, Anda juga ikut dengan saya.”
Mendengar kabar tersebut, dengan segera Hazrat Aisyah dan keluarganya menyiapkan perbekalan dan perlengkapan untuk keperluan hijrah. Rasulullah SAW dan Hazrat Abu Bakar berangkat menaiki unta dan tiba di sebuah Gua di bukit Tsur. Mereka berdua pun memutuskan untuk bersembunyi dan bermalam di dalam gua itu.
Selama tinggal di Gua Tsur, seorang sahabat yang setia selalu datang pada malam hari. Ia adalah Hazrat Aamir bin Fuhairah, seorang budak berkulit hitam yang sebelumnya merupakan hamba sahaya dari saudara tiri Hazrat Aisyah, Thufail bin Abdullah bin Harits. Ia termasuk ke dalam Muslim Awwalin yang bai’at ke dalam Islam sebelum Rasulullah SAW memasuki Darul Arqam. Setelah masuk Islam, ia disiksa dan dianiaya oleh kaum kuffar dengan kejamnya. Kemudian Hazrat Abu Bakar menebus dan membebaskannya.
Hazrat Aamir bin Fuhairah biasa menggembala kambing milik Hazrat Abu Bakar di bukit pada siang hari. Dan setelah melewati waktu Isya, ia membawa kambing-kambing itu ke Gua Tsur dan memerah susu kambing sehingga Rasulullah SAW dan Hazrat Abu Bakar dapat meminum susu segar dan melewati malam. Hal ini berlangsung selama tiga malam.
Hazrat Abdullah, putra Hazrat Abu Bakar juga biasa datang dan bermalam menyertai mereka berdua di Gua Tsur. Dari arah belakang, Hazrat Aamir bin Fuhairah menghapus jejak langkah Hazrat Abdullah sehingga tidak ada yang tahu bahwa Hazrat Abdullah pergi ke bukit tersebut. Ia keluar dari gua pada pagi buta dan pulang seolah-olah melewati malam bersama penduduk Quraisy di Mekkah.
Hazrat Aamir bin Fuhairah ikut serta bersama Rasulullah SAW dan Hazrat Abu Bakar dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Setelah tiga malam di Gua Tsur, seorang penunjuk jalan yang mahir menemui mereka. Ia adalah seorang musyrik yang dibayar untuk menunjukkan jalan ke Madinah. Penunjuk jalan mengajak ketiganya menyusuri jalan di tepi laut.
Hazrat Aamir bin Fuhairah yang dulunya adalah seorang budak, berkat keimanan dan pengkhidmatannya dalam Islam, Allah SWT meninggikan derajatnya menjadi seorang Hafidz Al-Qur’an. Ia menjadi salah seorang dari 70 penghafal Al-Qur’an yang diberikan missi penting untuk bertabligh ke suatu suku Arab. Tugas yang sangat mulia ini mengantarkannya menuju Kesyahidan.
Hazrat Aamir bin Fuhairah syahid dalam peristiwa Bi’ru Ma’unah. Peristiwa yang sangat memilukan, namun menggembirakan bagi mereka yang syahid saat itu. 70 Qaari Muslim diserang oleh sekumpulan munafik yang dipimpin Amir bin Thufail. Tanpa persenjataan, mereka disyahidkan satu persatu oleh musuh yang jumlahnya sangat banyak dan mengepung mereka dengan senjata.
Setelah satu persatu disyahidkan, tiba giliran Hazrat Aamir bin Fuhairah. Beramai-ramai orang-orang menangkapnya dan seseorang dengan sangat kuat menancapkan tombak ke dadanya. Ketika tombak itu tertancap, dari lisannya terucap sebuah kalimat yang membuat seorang kafir keheranan, “Demi Tuhannya Ka’bah! Saya telah berhasil.” Peristiwa ini membuat seorang kafir yang menyaksikannya terkesan dan akhirnya masuk Islam.
Hazrat Amru bin Umayyah al-Dhamri, satu-satunya orang Muslim yang ditawan ditanyai oleh pimpinan musuh, Amir bin Thufail. Ia menunjuk ke salah satu jenazah, “Jenazah siapa ini?” Hazrat Amru menjawab, “Ini adalah Aamir bin Fuhairah.” Amir bin Thufail berkata, “Saya melihat ia setelah dibunuh diangkat ke langit, yang mana sampai sekarang saya melihatnya berada diantara langit dan bumi. Kemudian ia diturunkan ke bumi.”
“Lihatlah! Islam tidak meraih kemenangan dengan pedang. Bahkan Islam meraih kemenangan dengan ajaran yang luhur, yang merasuk ke dalam hati manusia dan menciptakan revolusi yang luhur dalam akhlak.”(Hazrat Mushlih Mau’ud r.a.)
Diceritakan ulang oleh: Mumtazah Akhtar
Sumber: https://ahmadiyah.id/khotbah/keteladanan-para-sahabat-nabi-muhammad-saw-28
Visits: 175
😭😭😭😭