KEBAIKAN HAKIKI

Sabda Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.: “Tingkah laku yang baik adalah ketika seseorang tidak membutuhkan imbalan sebagai ganti atas perbuatan baik.”

Sebuah kisah berikut ini sesuai dengan sabda tersebut.

Di suatu daerah, ada 3 keluarga petani menempati gubuk sederhana yang berada ditengah luasnya perkebunan yang ditanami kangkung.

Suatu malam, anjing yang mereka pelihara terus menggonggong. Merasa terganggu orang-orang yang sedang tertidur lelap di dalam gubuk tersebut keluar. Mereka menghampiri anjing yang terus menggonggong sambil mengelilingi kaki salah satu petani dan menarik-narik celana yang sedang dikenakan seolah ingin menunjukan sesuatu. 

Mereka bergegas mengikuti anjing tersebut. Sesampainya di suatu tempat, tepat di pinggir parit ada sesosok tubuh yang tergolek sangat lemah tak berdaya dan tak sadarkan diri. Saat didekati tak ada satu pun yang mengenali orang itu. Langsung dibawalah orang tersebut ke salah satu gubuk.

Sebut saja Komar, keluarga petani berusaha menyadarkannya. Mereka kemudian memberikan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal sementara selama 3 hari hingga Komar benar-benar pulih.  

Komar terlihat kebingungan untuk  pulang, karena tak memiliki uang sepeserpun setelah kejadian yang menimpa dirinya. Tak perlu diminta, keluarga petani sudah berinisiatif mengumpulkan uang yang dimilki seadanya. Bahkan uang simpanan pun yang tak seberapa diberikannya.

Uang sudah terkumpul hanya cukup untuk ongkos Komar hingga sampai ketempat tujuannya. Tak lupa mereka juga memberi perbekalan makanan untuk di jalan. 

Tak ada kata yang terucap dari Komar atas kebaikan yang telah ia terima dari ketiga keluarga petani itu. Selain menitikkan air mata, Komar mengucapkan ‘terima kasih’ dengan begitu beratnya, terbata-bata.

Bagi keluarga petani tersebut, dengan melihat Komar sehat dan bisa kembali pulang ke tempat asalnya, sudah lebih dari cukup. Mereka sudah merasa bersyukur dan bahagia karenanya.

Dari kisah di atas merupakan salah satu contoh nyata yang mengajarkan kita mengenai perbuatan baik terhadap sesama makhluk. Keluarga petani mengajarkan tentang ketulusan dan keikhlasan menolong karena keinginan untuk membantu tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan tertentu. Mereka bahkan rela  berkorban dengan apa yang dimiliki seadanya untuk diberikan kepada orang asing sekalipun.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Q.S. Al Insan: 8-9)

Ayat  tersebut menjelaskan bahwa tanda-tanda orang-orang yang mengerjakan kebaikan hakiki adalah mereka yang melakukannya semata-mata karena kecintaan pada Illahi. 

Senantiasa memberikan pertolongan kepada orang fakir dengan menunaikan huqūqul-‘ibād, berlaku baik kepada kerabat dan tetangga, mensucikan kalbu kita dari egoisme serta sifat keakuan supaya kita menampilkan contoh-contoh yang luhur dalam bersikap simpati (memberikan pertolongan) kepada sesama makhluk.

Pengkhidmatan kepada sesama makhluk ini merupakan sebuah ibadah apabila diwujudkan demi Allah Ta’ala.

Visits: 510

Liana S. Syam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *