Jabatan: Antara Ambisi dan Amanah

Pemimpin selalu identik dengan jabatan. Dalam Islam, jabatan merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya.

Rasulullah Saw. berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Janganlah kamu meminta sebuah jabatan, karena meminta berarti seseorang merasa bangga, haus akan kekuasaan dan akhirnya akan menjadi penyebab riya dan berujung pada kehancuran untuk kita. Lain halnya jika kita diberi amanah jabatan, maka kita harus siap menerima tanpa ambisi dan melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab.

Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ra., jarang ada sahabat yang menginginkan sebuah jabatan, karena mereka tahu betapa beratnya memimpin. Memimpin berarti harus bisa mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti.

Lain halnya di zaman sekarang, orang-orang berlomba-lomba untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan cara-cara yang tidak halal sekalipun. Mereka memandang bahwa jabatan hanya alat untuk mendapatkan kekuasaan serta menikmati indahnya dunia semata. Mereka tidak ingat bahwa kedudukan atau jabatan itu berasal dari Allah SWT. Hanya Allah lah pemberi sebuah jabatan atau kedudukan, kapanpun Allah mau, Allah bisa mencabut jabatan tersebut darimu.

Seperti dalam firman Allah SWT :
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S.Ali Imran:27).

Seyogyanya para pemimpin yang memangku sebuah jabatan dimanapun berada, ia harus memandang bahwa kekuasaan yang ia punya semata-mata berasal dari Allah SWT. Maka dari itu jabatan yang ia punya harus digunakan semata-mata untuk kesejahteraan umatnya dan memimpin dengan amanah dan penuh rasa tanggungjawab. Bukan dengan ambisi ingin memimpin karena tujuan-tujuan tertentu.

Visits: 756

Meilita Hikmawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *