
Kegigihan Dapat Mengubah Nasib
Tumbuh dewasa sebagai seorang yatim, dan dibesarkan oleh sang ibu yang banyak membimbing dan memberi dorongan semangat, tak menyurutkannya untuk menghafal Al-Qur’an dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun. Sebagian waktunya dihabiskan untuk menuntut dan mendalami ilmu agama dengan penuh kegigihan yang tinggi dan pantang menyerah. Beliau tertarik untuk menulis hadits saat berusia 16 tahun. Tak kenal lelah, melakukan perjalanan jauh dari kota satu ke kota lainnya. Hingga ke luar negeri untuk mencari, mengumpulkan dan mencatat hadis dengan tekunnya.
Beliau adalah Imam Hambali, seorang Imam besar yang terkenal dengan kegigihannya dalam menuntut dan mendalami ilmu. Di tempat lain disebutkan, bahwa beliau hafal 700.000 hadis di luar kepala. Imam Hambali telah menginspirasi banyak orang dari pengalaman hidupnya hingga kini, tersirat dalam sebuah kata bijaknya, “Jika engkau ingin agar Allah tetap memberikan hal yang engkau sukai, maka gigihlah dalam mengerjakan apa pun yang Allah sukai.”
Kegigihan yang dilakukan Imam Hambali dengan melakukan apa yang Allah sukai. Salah satunya yang beliau lakukan dengan tekun beribadah dan menuntut ilmu. Imam Ibrahim bin Hani mengatakan, ”Hampir setiap hari dia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Dia lebih banyak shalat malam dan witir hingga Subuh tiba.”
Kisah lainnya tentang kegigihan datang dari seorang tukang becak. Menjadi pejuang nafkah bagi keluarga tercinta. Tak mengenal lelah, penuh peluh tak membuatnya bosan dan mengeluh. Mengayuh becak dari satu tempat ke tempat lain. Keinginan untuk menjadi lebih baik dari segi finansial tentulah ada. Namun, menjadi seorang tukang becak tak yakin akan mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
Setiap hari Jumat dan Minggu, dia memarkir becaknya di depan sebuah masjid. Pelanggan yang biasa menggunakan jasanya adalah para jemaah yang hadir mengikuti ibadah shalat Jumat dan pengajian di hari Minggu. Meskipun mangkal di depan masjid, hatinya baru tergerak untuk melaksanakan ibadah salat Jumat dan mengikuti pengajian, setelah 13 tahun. Saat itu dia mulai memberikan pengorbanan secara teratur di setiap bulan dengan menyisihkan uang hasil dari mengayuh becak.
Seiring berjalannya waktu, sang tukang becak merasa ada keajaiban di luar nalarnya. Walaupun hanya sebagai tukang becak, rezeki selalu ada, baik untuk keluarga maupun untuk membayar pengorbanan harta di jalan Allah Ta’ala. Hingga akhirnya, dia dapat membuka usaha sendiri, tidak lagi sebagai tukang becak. Usahanya mendapat kemajuan dan memiliki kendaraan roda dua dan empat.
Kisah di atas menggambarkan kegigihan dan ketekunannya untuk menjadi lebih baik dalam mengubah nasibnya. Usaha tidaklah cukup untuk meraih kesuksesan. Sebagai seorang muslim, tentunya dianjurkan untuk melakukan segala sesuatu yang Allah sukai. Seperti mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan memanfaatkan waktunya untuk beribadah, menyisihkan sebagian rezekinya di jalan Allah, dan lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Ihrish ala maa yanfa’uka wasta’in billahi wa la ta’jiz,” artinya: “Bersemangatlah dalam melakukan hal yang bermanfaat untukmu, dan minta tolonglah kepada Allah, serta janganlah engkau malas.”
Hadis tersebut menerangkan bahwa jangan pernah malas dan mengeluh dalam menjalani apa yang menjadi takdirnya saat ini. Bersabar dan selalu memohon petunjuk Allah Ta’ala dalam setiap tindakan kita menjadi kunci utama menuju kesuksesan. Perhatikanlah orang-orang yang sukses, mereka pantang menyerah, rela berkorban dan memanfaatkan waktunya dengan baik demi meraih masa depan yang gemilang.
Views: 484