TABLIGH, NIKMAT YANG TAK TERNILAI HARGANYA

Dalam menyampaikan kebenaran Islam, ada kalanya kita mengalami masa-masa sulit. Merasa lelah, jenuh, bahkan ingin berhenti melakukannya. Seringkali timbul pertanyaan pada diri sendiri, “Mengapa para sahabat Rasulullah SAW bisa memiliki semangat yang tak pernah padam dalam bertabligh?” Mereka siap kehilangan segalanya, dikucilkan, dicaci maki, bahkan sampai dianiaya. Padahal sebenarnya keinginan untuk hidup nyaman, tenang, dan serba mudah adalah hal yang manusiawi. Tapi mereka malah memilih untuk menanggung berbagai macam kerugian dan kesengsaraan demi menyebarkan ajaran Islam.

Ketika mengajak seseorang bergabung dengan kita, entah itu dalam hal bisnis, politik, atau sebuah perkumpulan yang sifatnya duniawi, tentu ada sesuatu yang kita dapatkan darinya. Saat seseorang mengajak orang lain untuk berinvestasi dalam usaha yang sedang ia jalani, ada hal yang akan ia dapatkan darinya berupa tambahan modal untuk menjalankan bisnisnya. Pada akhirnya ia akan mendapatkan keuntungan lebih dan menambah pundi-pundi kekayaannya. 

Ketika seorang calon Presiden mengajak pihak lain untuk berkoalisi, tentu ia berharap akan mendapatkan kekuatan dan dukungan untuk berkuasa. Begitulah kehidupan, tak lepas dari hubungan timbal balik. Lalu, apa yang bisa didapatkan dalam berdakwah? Apa yang sudah ditawarkan sehingga orang-orang memiliki ghairat yang sangat kuat untuk mengajak orang lain masuk Islam?

Dalam sebuah Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang karena ajaranmu, maka itu bagimu lebih baik daripada kekayaan ternak yang merah-merah.”

Pada zaman Rasulullah SAW, unta merah adalah simbol kekayaan dan kebanggaan bagi orang Arab. Jika seseorang memiliki unta merah, ia pasti dikenal sebagai orang yang kaya raya. Sebuah kenikmatan dunia yang diimpikan oleh sebagian besar orang Arab pada masa itu. Namun ternyata kenikmatan itu masih belum sebanding dengan kenikmatan yang akan kita dapatkan saat seseorang menerima kebenaran Islam melalui perantara kita.

Rasa bangga dan bahagianya melihat orang lain mendengarkan dan menyambut dakwah kita jauh lebih baik dari harta kekayaan yang melimpah. Para sahabat sudah merasakan betapa bahagianya dan betapa nikmatnya membai’atkan orang ke dalam Islam. Meskipun berbagai penolakan dan siksaan harus diterimanya, namun mereka tetap teguh dalam mempertahankan ajaran Islam. Hal-hal yang nampak menyilaukan secara duniawi belum tentu abadi. Namun keimanan yang kuat sudah pasti akan mendapat ganjaran sampai di akhirat kelak.

Kini kita perlu menyadari betapa pentingnya bertabligh. Membawa orang lain dari kesesatan menuju jalan yang lurus dan memastikan mereka hidup dalam cahaya kebenaran sampai akhir hayat. Sebuah usaha yang tak ternilai harganya, karena satu keputusan dapat mengubah nasib seseorang. Kita tak pernah tahu diantara orang-orang yang kita temui ada satu yang memiliki hati yang bersih dan mau menerima kebenaran Islam. Jika hanya diam tanpa menyampaikan apa-apa, bagaimana mungkin kita bisa meraih hatinya?

 

 

Visits: 276

Mumtazah Akhtar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *