Rahasia Kesabaran di Balik Sebuah Cobaan

Anak merupakan sebuah karunia juga ujian bagi kita. Ia hadir sebagai penyejuk mata yang mendatangkan kebahagiaan. Setiap tingkah polahnya menjadi kebanggaan bagi orang tuanya. Tak perlu diminta untuk memberikan yang terbaik baginya. Tak habis cara, juga usaha, untuk mencari jalan keluar terhadap segala kesulitannya. Semua itu dilalui demi kebahagiaan nya. 

Namun di saat Allah SWT mengambil kembali titipan-Nya, tak jarang sebagian orangtua dirundung kesedihan yang begitu mendalam dan berkepanjangan dan menyesali takdir yang mereka terima. Segala penyesalan dan buruk sangka berkecamuk dalam dada. Berjuta pertanyaan yang seakan tidak terima dengan keputusan Allah SWT untuk hidupnya dan berujung prasangka buruk yang ditujukan kepada-Nya.

Seharusnya kita ingat bahwa keputusan Allah SWT adalah yang terbaik untuk hidup kita. Tidak semua yang kita inginkan merupakan yang baik untuk diri kita. Dan setiap cobaan yang kita terima adalah hal terbaik bagi Allah SWT dan Allah SWT yakin bahwa kita bisa menghadapinya. 

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”(QS. Al-Baqarah: 286)

Teladan terbaik mengenai kesabaran adalah dari Hazrat Rasulullah SAW, di saat putera beliau SAW yang bernama Ibrahim meninggal dunia pada usia yang sangat dini. Namun demikian Rasulullah SAW tegar dalam menjalankan ujian kenyataan yang beliau hadapi. 

Ketika Ibrahim telah dekat dengan ajalnya Rasulullah SAW mendekapnya dalam pangkuan. Beliau SAW menciumnya dan beberapa saat kemudian Ibrahim menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka Rasulullah SAW meletakkannya dan beliau pun menangis.

Abdurrahman bin `Auf bertanya : “Wahai Rasulullah SAW, apakah engkau menangis? Padahal engkau telah melarang (kami) menangis (yakni tangis ratapan atau niyaahah)?” 

Beliau SAW menjawab “Wahai Ibnu `Auf, sesungguhnya aku tidak melarang (kalian) menangis, hanya saja aku melarang dua jenis suara bodoh lagi jahat: yakni suara alunan (musik) yang melalaikan dan seruling-seruling setan, serta suara tamparan wajah dan mengoyak pakaian ketika musibah. Adapun (tangisan) ini adalah kasih sayang, dan barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak disayangi.”

“Jikalah ini bukan janji (Allah SWT) yang pasti (terjadi) dan ucapan yang benar, serta yang telah wafat mendahului kita (pastilah) akan disusul oleh kita, maka kita akan lebih bersedih dari ini. Sungguh kami bersedih dengan (kepergian mu) wahai Ibrahim. Air mata berlinang, hati bersedih, kita tidak mengucapkan (sesuatu) yang akan mendatangkan murka Allah SWT.” (Bukhari 1303, Muslim 2025, Shahih Sunan Abu Daud)

Dari teladan Hazrat Rasulullah SAW ini dapat kita ambil pelajaran berharga bahwa sekalipun hati beliau SAW bersedih dan air mata berlinang, namun beliau SAW menjauhkan diri dari segala sesuatu yang akan mendatangkan murka Allah SWT. Karena beliau SAW meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT, yang sarat kebaikan serta hikmah. 

Dan begitulah seharusnya sikap kita dalam menghadapi ujian dan cobaan. Karena pada dasarnya Allah SWT tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya bahkan karena kasih sayang Allah lah maka seorang hamba diuji. Dan dari ujian itu Allah SWT akan memberikan balasan yang luar biasa atas kesabaran itu. 

Dan di antara hikmah dari setiap musibah dan cobaan adalah telah Allah siapkan Surga untuk para hamba-Nya yang mampu bersabar. Hal ini tertulis dalam sebuah hadits dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. Rasulullah SAW bersabda: 

“Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah SWT akan berkata kepada para Malaikat-Nya: ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para Malaikat menjawab: ‘Ya, benar.’ Setelah itu, Dia bertanya lagi: ‘Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?’ Mereka pun menjawab: ‘Ya.’ Kemudian, Dia berkata: ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’ Mereka menjawab: ‘Dia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râ­ji’ûn).’ Allâh Azza wa Jalla berfirman: ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di dalam Surga dan namailah dengan Baitul Hamd (rumah pujian).” (HR. At-Tirmidzi, no. 1021)

Dan dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allâh SWT berfirman, ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya, lalu dia bersabar {dan mengharapkan pahala}, maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga.” (HR. Al-Bukhâri, no. 5653)

Sungguh indah kedua hadits di atas. Bukanlah dikatakan sebuah kehidupan tanpa kesabaran di dalamnya. Hidup adalah kesabaran. Meniti waktu, melintasi hari, menyeberangi bulan, melewati tahun, menikmati suka, mengarungi duka dan menunggu rangkaian kejadian-kejadian lain sampai datangnya waktu yang pasti, yaitu kematian. Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi hukum Allah di muka bumi ini, saat ini dan juga nanti. 

Berbahagialah orang yang sabar. Beruntunglah orang yang mempunyai jiwa kesabaran. Karena itu, Allah selalu beserta orang-orang yang sabar. Maka jelaslah bahwa kesabaran merupakan sebuah kebaikan yang Allah SWT berikan pada hamba-Nya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tak seorang pun yang diberi kebaikan yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar.” (HR. Bukhari)

Views: 600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *