Mengikuti Rasulullah SAW, Sarana Meraih Cinta Ilahi

Cinta bisa tumbuh dengan perkenalan. Tak kenal maka tak sayang. Namun cinta butuh dipupuk agar akarnya menguat dan tumbuh dengan sehat. Mencintai Rasulullah atau orang shaleh dan wali Allah juga demikian. 

Dengan membaca sirah, mendengar kisah orang-orang sholeh, bisa menumbuhkan benih-benih cinta. Cinta akan semakin berkembang setelah perkenalan semakin mendalam. Sebagaimana menurut Aristoteles, cinta adalah kata yang “magic” (kekuatan yang tidak terlihat).

Tujuan untuk memperoleh kecintaan Ilahi sekarang tidak mungkin tercapai kecuali dengan mengikuti Rasulullah SAW. Iman kepada adanya Tuhan dan alam akhirat saja tidak cukup untuk memperoleh keselamatan. Al-Qur’an menerangkan dengan tegas bahwa iman kepada Rasulullah SAW itu sangat pokok.

Kenapa kita harus mengikuti Hazrat Rasulullah SAW? Karena Hazrat Rasulullah SAW merupakan teladan sempurna. Sebagaimana yang digambarkan oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah:

“Kehidupan Yang Mulia Rasulullah SAW merupakan kehidupan yang amat berhasil. Baik sifat akhlak mulia beliau, kekuatan kerohanian, keteguhan hati, kesempurnaan ajaran yang beliau bawa, contoh ibadah serta pengabulan doa beliau, singkat kata, dalam keseluruhan aspek kehidupannya beliau telah memperlihatkan tanda-tanda yang demikian cemerlang sehingga seorang yang bodoh sekalipun selama ia tidak mengidap rasa permusuhan atau dendam, akan terpaksa mengakui bahwa beliau adalah suri teladan yang sempurna dari sifat-sifat Ilahi dan bahwa beliau adalah manusia yang sempurna.” (Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Al-Hakam, 10 April 1902, hal. 5)

Berkenaan dengan sifat beliau, Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Hz. Aisyah r.a. dan dijawab, “Akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an.” (HR. Muslim). Jawaban singkat Hz. Aisyah r.a. ini sarat makna. Ia menyifati Baginda Nabi SAW dengan satu sifat yang paling agung, yakni Al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT.

Seseorang yang mengikuti Nabi SAW,  akan dicintai oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah, “Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, Allah pun akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 3: 32)

Ayat ini memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi SAW saja dalam mengejawantahkan cinta kita kepada Allah Ta’ala. Sehingga kita tidak boleh mencintai Allah dengan cara yang lain yang bertentangan dengan ajaran-Nya yang telah dicontohkan oleh Hazrat Rasulullah SAW.

Dalam suatu hadis, Anas bin Malik menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai dari keluarganya, hartanya, dan dari semua manusia. ” (HR Muslim)

Mencintai Nabi SAW, merupakan kalimat sederhana yang begitu dalam maknanya. Dua kata yang bisa membuat orang menebusnya dengan dunia dan seisinya. Karena memang demikianlah hakikinya. Nabi Muhammad SAW wajib lebih dicintai dari orang tua, istri, anak, dan siapapun juga.

Salah satu perempuan teladan yang telah memberikan contoh kecintaannya kepada Rasulullah SAW ialah Al-Khansa atau yang biasa disapa Khansa. Namanya menjadi begitu harum karena kisah luar biasa dirinya bersama keempat putranya yang mati syahid di medan perang. 

Hz. Khansa r.a. adalah seorang sahabat Nabi SAW. Beliau perempuan yang telah lanjut usia namun begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Hingga suatu hari saat Hz. Rasulullah SAW mengumumkan akan pergi berperang, Hz. Khansa tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengirimkan keempat putranya pergi berperang bersama Hazrat Rasulullah SAW.

Keempat putranya tersebut kemudian meminta izin dan restu dari Hz. Khansa sebelum mereka pergi berperang. Beliau terharu melepas keempat putra tercintanya tersebut. Setelah perang berakhir, Hz. Khansa mendapat kabar yang seharusnya membuatnya sedih dan menangis, namun justru hal tersebut membahagiakannya. 

Keempat putranya syahid di medan perang. Beliau begitu bahagia dan menangis terharu, karena dia yakin keempat putranya akan menjemputnya kelak di surga dan mereka akan bisa bersama lagi di sana selama-lamanya.

Semoga kisah di atas dapat menginspirasi kita dalam menyambut  himbauan Khalifah Sang Imam Zaman, yang menghidupkan kembali ajaran Hazrat Rasulullah Saw. Mengikuti seruannya dalam berkorban di jalan Allah, baik berupa harta maupun waktu.

Cinta seorang Muslim kepada Allah mengharuskan kita mencintai Hz. Rasulullah SAW dan para Khalifahnya. Sebab, beliau merupakan kekasih Allah SWT. Rasulullah SAW dan para Khalifah Zaman pun sangat mencintai umatnya. Mencintai Hz. Rasulullah merupakan tanda mencintai Allah. Dan mencintai Hz. Rasulullah termasuk kunci meraih cinta Allah SWT.

Bahwa kami berada di Jemaat Muslim Ahmadiyah pun adalah berkat mengikuti pesan Rasulullah SAW, “Jika kalian melihatnya, maka baiatlah dia! Walaupun dengan merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah al-Mahdi.” (HR. Ibn Majah 4222)

Visits: 487

Yati Nurhayati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *