AMANAT MENYAMPAIKAN PESAN KEBENARAN

Hitungan hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun serasa melaju dengan cepat. Meninggalkan kelalaian manusia yang penuh ambisi untuk lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Dan ketika tersadar, ternyata waktu menagih sebuah janji “akan mengorbankan harta, waktu, juga anak-anak  demi Jemaat”.

Tak terasa seabad Jemaat ini di bumi nusantara tinggal menghitung jari. Selalunya, muncul sebuah pertanyaan yang membangunkan emosi diri dalam kebimbangan, “Apa yang telah engkau persembahkan untuk Jemaat ini?”

Waktu yang tak pernah berhenti barang sedetikpun tiba-tiba menampilkan sebuah realitas, antara rencana yang terus menumpuk dengan apa yang telah dikerjakan terlihat amat timpang.

Diri ini pun mulai berkaca. Mencoba untuk berbenah. Menata kembali tanggung jawab yang ada di atas pundak. Hingga sebuah tekad membulat. Ya, kita harus maju bersama-sama demi kemajuan Islam.

Tentu rasa cinta kepada Jemaat tak bisa dipaksakan. Sebab, pengkhidmatan tumbuh dari dalam lubuk hati. Saat ia tumbuh dengan suburnya, segala akan dipersembahkan. Bahkan jika nyawa sebagai taruhannya. Bukankah cinta memang demikian?

Diri ini berfikir bahwa Tabligh Islam harus dimakmurkan. Sebab sabda Sang Khatamul Anbiya Saw, “Sampaikanlah kebenaran walau hanya satu ayat.” Meski kebenaran terasa pahit untuk sebagian orang. Tapi itu adalah obat yang bisa mengantarkan banyak orang pada pintu hidayah, juga pintu keridhaan-Nya.

Rasulullah Saw sebagai yang disebut sebagai “rahmat untuk seluruh alam”, maka kita harus mencerminkan tugas beliau tersebut. Karena itu adalah sebaik-baiknya kepedulian terhadap sesama.

Kehidupan yang serba singkat ini harus diisi dengan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Salah satunya adalah terdepan dalam menyampaikan tabligh Islam di akhir zaman ini. Kita harus menunjukkan simpati yang amat dalam kepada mereka yang belum mendapat karunia hidayah untuk beriman kepada Al-Masih Yang Dijanjikan.

Salah satu jalan yang terbuka lebar sekarang ini adalah dengan memanfaatkan sarana online untuk bertabligh. Beragam medsos tersedia yang dapat menghubungkan setiap kita dengan orang lain tanpa ada batasan ruang sama sekali.

Jalan ini benar-benar terbuka dengan lebarnya untuk kita. Setiap kita bisa menjadi “da’i” dalam corak yang sangat sederhana. Hanya butuh smartphone yang pasti setiap kita punya. Juga tarian jempol yang bisa menyebarkan pesan-pesan kebenaran dalam sekali tekan.

Apalagi di era pandemi yang menciptakan batasan untuk berinteraksi secara langsung. Tentu proses penyampaikan pesannya pun akan terbatasi oleh beragam protokol kesehatan. Hingga bisa saja, itu menjadi kendala serius bagi tabligh tatap muka.

Jangan sampai kita terbuai dalam memanfaatkan kemajuan teknologi ini hanya untuk sekedar mempertontonkan gaya hidup kita, keseharian kita, bahkan hal-hal yang tidak berfaedah untuk banyak orang.

Kita telah mendapatkan mandat dari Allah Ta’ala untuk menegakkan panji Islam supaya menggema ke seantero dunia yang membangunkan manusia-manusia yang terlelap dalam buaian kemilau dunia.

Bukankah Al-Quran mengajarkan kita, “Wa tawashau bil haq, wa tawashau bish shabr”? Yang menyuruh kita untuk saling menasehati dalam kebenaran juga kesabaran?

Kebenaran harus kita sampaikan, meski coraknya bisa dalam berbagai bentuk. Ada yang dalam corak lembut, mengutarakan unsur persamaan terlebih dahulu. Ada juga yang dalam corak menengah, mulai menyampaikan kebenaran secara perlahan, meski akan dipahami berbeda dan bertentangan dengan yang pada umumnya.

Dan, ada yang dalam corak terang-terangan. Yakni menyampaikan secara utuh kebenaran yang sebenar-benarnya, walaupun tentu akan sangat dirasakan perbedaannya. Tapi itulah kebenarannya. Yang meski akan terasa pahit, tapi kebenaran adalah obat yang mampu menyingkirkan dorongan-dorongan duniawi dalam diri manusia.

Jangan sampai sesal yang datang di kemudian hari. Sebab kita tak kunjung memenuhi janji. Kita lalai dari menyebarkan pesan-pesan Ilahi. Agar umat manusia menemukan jalan untuk mereguk makrifat Ilahi.

Mari penuhi jagat online dengan pesan-pesan kebenaran. Kita tidak pernah tahu, apakah waktu kita masih panjang, atau hanya tinggal menghitung jari. Waktu tinggal sedikit, pekerjaan masih banyak, ayo jalan! Ayo tabligh!

.

.

.

Penulis: Iis Mahmudah

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 124

Iis Mahmudah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *