APAKAH JODOH ITU TAKDIR?

Sore makin gelap. Segelas kopi hangat kuseduh. Baru ia kubeli dari warung abangku. Menyeruputnya perlahan, sambil duduk di tepi jendala kamar yang menghadap ke arah jalan.

Hujan makin deras. Rintiknya yang jatuh di atas genting mengalunkan melodi yang terlalu indah. Bagiku, hujan adalah sepotong kisah yang mengikatku pada masa lalu yang syahdu. Yang membawaku pada keindahan di sore hari yang muram ini.

Hujan selalu berhasil membuat banyak bertafakur. Ketukan-ketukan nada rintiknya seolah memberi stimulus di alam bawah sadarku. Hingga sebuah tema lahir dan menyeruak bersamaan dengan sebuah tegukan kopi.

Jodoh.

Suatu hari. Pernah ada seseorang yang bertanya kepada, apakah jodoh itu takdir Allah Ta’ala? Dan sebuah pertanyaan lain yang lebih nakal juga ikut diajukan, apakah kita bisa mengubah takdir?

Dua pertanyaan itu cukup membuatku berpikir keras. Mulai mereka-reka rekam kehidupanku dimana setiap kita selalu dekat dengan tema ini. Bukankah bahasan jodoh selalu menarik untuk setiap kita?

Jika hasil akhir dari jodoh adalah pernikahan juga bahtera rumah tangga, kenapa harus ada perpisahan? Kenapa harus ada perceraian?

Sampai disini, aku tak bisa menjawab!

Aku seolah menjadi seorang musafir cinta. Berusaha mencari jawaban atas rasa penasaran yang tak berkesudahan ini. Aku mulai scroll segala macam hal terkait ini. Hingga aku pun dipertemukan dengan sebuah pengertian mengenai salah satu tanda kebesaran Allah dalam sebuah ayat:

“Dan diantara tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Berdasarkan ayat tersebut, sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa Allah menciptakan semua mahluk-Nya berpasang-pasangan dan semua manusia pasti telah ditetapkan jodohnya, tergantung pada ikhtiar dari manusia itu sendiri.

Hanya saja, jodoh akan terus menjadi misteri layaknya rezeki, ajal, kebahagian dan kesengsaraan yang pada hakikatnya telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala.

Kita tak pernah benar-benar tahu akan berlabuh dimana hati ini. Sebab, memang jodoh itu telah ditetapkan, tapi siapa yang akan menjadi jodoh kita bergantung pada ikhtiar dan doa kita masing-masing.

Jodoh akan memantaskan pilihannya pada upaya manusia juga dalam memantaskan dirinya. Kalau kita tak pernah memantaskan diri untuk menjadi pribadi yang baik, jodoh kita pun akan berupa cerminan atas apa yang kita usahakan.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah berjodoh tapi sang bahtera karam di tengah jalan? Lagi-lagi aku mulai menerka-nerka sesuatu yang aku pun sama sekali belum mengalaminya.

Apa mungkin jodoh bisa tertukar? Ah, tidak mungkin!

Atau, apa mungkin jodoh tak kekal? Ini pun sulit untuk diterima.

Tidak mungkin ada yang salah dari takdir Allah Ta’ala. Yang salah mungkin ada di pihak kita. Hingga kita berlajar untuk karam di pertengahan, bukan untuk berlabuh hingga akhir.

Dalam tegukan terakhir itu. Aku pun mulai menata kesimpulan dengan sebuah harapan. Bahwa aku selalu berharap bahwa jodoh bisa seperti hujan yang datang kala bumi tengah dirundung kemarau.

Semoga ia datang saat benar-benar dibutuhkan, bukan saat sekedar diinginkan.

.

.

.

Penulis: Kamila Saida

Editor: Muhammad Nurdin

 

Views: 654

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *