Berkah Melunasi Tahrik Jadid, Saldo Kosong Rezeki Datang

Saya seorang Lajnah, ibu rumah tangga yang dikaruniai 3 orang anak. Keseharian saya seperti biasa, mengurus rumah tangga dan berjualan online. Sudah hampir 6 bulan ini saya diberikan cobaan. Saya mengalami kerusakan otot pada tendon lutut kaki saya yang sebelah kiri. Saya tidak bisa berjalan. Kaki pun terasa sakit dan kaku seperti robot. Kalau bangun pun tidak bisa, harus duduk dulu sambil kaki diselonjorkan menunggu tidak terlalu sakit. 

Namun saya tidak hiraukan tentang sakit kaki ini, saya sangka hanya rematik atau asam urat. Saya teruskan aktivitas, yang kemudian semakin lama sakitnya terasa semakin parah. Terasa panas, perih dan makin sakit. Saya pun pergi dulu ke pengobatan alternatif, tapi sang tabib hanya bilang, “Ini mah nggak apa-apa, nggak ada yang perlu dibetulkan.” Dia cuma mengajarkan terapi tapi tidak ada perubahan, malah semakin parah.

Akhirnya saya pergi ke rumah sakit, kebetulan saya ada BPJS. Jadi saya minta rujukan ke puskesmas setempat. Saya periksa ke poli syaraf. Saya diperiksa, diberi obat, di-rontgen, dan sebagainya. Diagnosa dokter, otot tendon saya rusak hampir 6 bulan lamanya. Saya pun bolak-balik ke rumah sakit. Selain tendon rusak, penyakit-penyakit lainnya pun pada kambuh.

Dokter pun bertanya ketika saya datang berkunjung. “Ibu gimana sekarang? Udah bisa lari?” Saya pun menjawab, “Belum, Dok. Saya sudah jenuh dan bosan harus pakai tongkat.” Dokter bilang, “Sabar, Ibu. Yang penting Ibu berdoa dan rajin terapi di rumah yang saya ajarkan.”

Selama 6 bulan terakhir ini, saya mengalami sakit komplikasi, sampai-sampai saya tidak masuk makanan dan sulit sekali makan. Makan satu suap nasi pun susah sekali. Saya bertahan di rumah tak mau ke rumah sakit. Selain obat dari dokter, saya pun mengkonsumsi homeopati.

Waktu saya tidak bisa masuk asupan apa-apa, saya konsumsi madu Odeng hutan murni. Kebetulan saya sebagai reseller madunya. Alhamdulillah sesudah konsumsi madu tersebut, saya bisa makan kembali dan terasa ada tenaga lagi.

Selama 6 bulan terakhir ini, ketika sedang parah-parahnya, saya hanya bisa makan, tidur, berjemur, mengaji dan shalat. Saya tak  bisa beraktivitas menjalankan pekerjaan rumah tangga. Saya hanya bisa pegang handphone karena saya sebagai penjual online. Itu pun tidak bisa maksimal karena tidak begitu bisa fokus.

Bersyukur sekali saya mempunyai suami yang sayang dan merawat saya selama saya tak bisa beraktivitas, sampai-sampai dia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai supir antar-jemput usaha katering. Suami saya mengurus semuanya sampai menggendong saya ke kamar mandi dan lain-lain. Dia dengan penuh kasih sayang mengurus saya tanpa ada kata-kata yang melukai hati. Alhamdulillah.

Sewaktu pergi ke rumah sakit untuk berobat, suami menggandeng saya. Terkadang saya tidak percaya diri harus pakai tongkat. Ya, Allah. Saya belum nenek-nenek, tapi karena penyakit saya harus pakai tongkat. Apa boleh buat, saya harus bisa menerimanya.

Allah itu Maha Tahu dan Maha Segala Maha. Meskipun saya sakit dan kurang bisa fokus berjualan, suami pun tak bekerja, tapi alhamdulillah Allah mengirimkan rezekinya untuk keluarga, untuk  menutupi segala kebutuhan kebutuhan kami. Meski tabungan terkuras untuk berobat, tapi tidak apa.

Tidak cukup di sini, sakit tendon belum sehat, datang keluhan terbaru. Saya mengalami sakit kepala dan rambut rontok hebat sampai-sampai sedikit lagi mengalami kebotakan. Mata pun buram, kunang-kunang menyelimuti mata saya. Saya sampaikan hal ini ke dokter. Dokter pun kasih obat, tapi beberapa obat belum bereaksi.

Saya pun dites lagi oleh dokter syaraf. Kata dokter, “Ini sepertinya lbu didiagnosa Lupus SLE. Ibu saya rujuk ke dokter dalam ya?” Saya jawab, “Iya. Baik, Dok. Saya minta yang terbaik saja.” Jadi sakitku selama ini, yang gejalanya bergantian, adalah penyakit lupus. Pasti ada hikmah di balik semua ini. Dengan berobat ke dokter syaraf, diketahui penyakit sesungguhnya adalah lupus.

Walaupun menurut medis penyakit lupus tidak ada obatnya, tapi saya yakin bisa sembuh. Karena setiap penyakit ada obatnya, kecuali penyakit tua. Dengan berdoa, bersabar, dan berikhtiar, insyaallah dengan karunia-Nya saya akan sembuh pada waktunya.

Dalam sujud saya selalu berdoa memohon kesembuhan. Ya, Allah,   sembuhkanlah dan angkatlah penyakit saya. Panjangkanlah umur saya. Saya mempunyai generasi penerus yang harus saya didik, supaya terus mengenal jemaat yang saya cintai dan saya banggakan.  Aamiin.

Selanjutnya saya dirujuk ke dokter penyakit dalam. Saya pun disarankan cek di lab yang ternyata biayanya lumayan mahal dan tidak ditanggung oleh BPJS. Saya tanya ke petugas medis, “Kenapa tidak ditanggung BPJS?” Petugasnya menjawab, “Karena penyakit Ibu langka dan jarang ditemukan di sini. Jadi rumah sakit tidak menyediakan lab untuk penyakit seperti ini.” 

Saya hanya bisa berkata, “Baik. Tolong minta rinciannya dulu, ya. Karena sekarang saya belum memegang uang untuk lab.” Dia menjawab, “Baik Bu.” Saya sedikit lemas melihat biayanya yang mahal, karena saya benar-benar kosongkan saldo rekening. 

Saya baru saja melunasi perjanjian Tahrik Jadid saya dan almarhumah nenek saya. Terasa berat kalau masih mempunyai tunggakan perjanjian tersebut. Saya pun masih mempunyai tunggakan lainnya untuk suami dan anak-anak saya yang insya Allah bulan depannya saya akan melunasi kalau udah ada rezeki lagi.

Sambil duduk dan agak kebingungan, saya buka whatsapp. Ada pesan dari Ibu Ketua Daerah Jabar 07, bertanya, “Gimana, Teh, sekarang?” Saya membalas chat-nya, “Bu, saya sedang di rumah sakit dan dirujuk ke dokter penyakit dalam.” Saya bilang saya sedang mencari pinjaman untuk lab, karena saya kehabisan tabungan. Bu Ketda pun mendoakan semoga saya mendapatkan jalan keluar untuk bisa berobat. Aamiin. 

Saya buka whatsapp lagi, saya pasang status dengan menuliskan kalau saya sedang di dokter penyakit dalam. Ada seorang customer golok yang saya jual mengirim pesan. Dia bilang, “Ceu, bolak-balik dokter terus pasti banyak keluar biaya, ya?” Saya menjawab, “Iya, Bang.” Si customer bertanya lagi, “Eceu pegang uang, nggak?” Saya jawab, “Alhamdulillah sedang kosong karena uangnya berada di bahan baku.” Saya menjawab seadanya saja. Maklum, sedang bingung. Bingung harus cek di lab tapi tidak ada uang.

Kebetulan jualan agak sepi, belum ada yang order lagi. Tidak lama kemudian si abang tersebut kirim resi dan bilang, “Ceu, pegang dulu uangnya, buat pegangan Ceuceu berobat. Gampang, nanti kalau Ceuceu sudah sehat, saya pesan golok lagi.” Seketika saya pun terharu dan sedih. Tak terasa air mata menetes, antara sedih dan bahagia. Saya bertekad harus dapat orderan lagi, sehingga ada pegangan uang lagi. Saya merasa ada lagi setitik harapan untuk bisa dicek di lab.

Selang beberapa hari, Ibu Ketua Daerah menghubungi saya, menanyakan keadaan saya lagi. Dan saya pun dikontak Ibu Pengda dan saya pun dikasih resi bukti transfer. Beliau menyebutkan ada titipan dari Ibu-Ibu Lajnah Kawalu dan Tasik untuk biaya berobat. Tak terasa air mata kebahagiaan keluar lagi.

Dan selang beberapa hari kemudian, ada lagi yang menghubungi. Ibu Ketua LI Cabang Singaparna menanyakan keadaan dan saya pun dikasih resi lagi. “Ini ada titipan dari Ibu-Ibu LI Singaparna untuk berobat.” Tak berhenti sampai di sini, saya dikirimi resi lagi dari Ketua Daerah Cianjur. Masya Allah! Begitulah tangan Allah yang tak terduga memberikan untuk saya berobat .

Akhirnya, berkat rezeki-rezeki yang tak terduga yang Allah berikan melalui tangan-tangan orang-orang yang solehah, yaitu Ibu-Ibu Lajnah, alhamdulillah saya bisa periksa di lab, supaya saya bisa mendapatkan pengobatan yang lebih tepat. Hasil lab menyatakan bahwa saya positif lupus dan harus dicek di lab lanjutan.

Kalau saya harus dicek di lab lagi, berat rasanya. Biayanya begitu mahal, sangat berat untuk saat ini. Saya hanya memiliki semangat tinggi untuk terus menjalankan hidup, saya optimis saja.

Di medsos FB, dimana saya berjualan online, tiba-tiba datang sebuah pesan dari seseorang yang pernah tanya-tanya harga golok tapi mengatakan belum ada dana. Beliau bertanya, “Ceuceu ada pisau harga Rp.100.000?” Saya menjawab ada. Beliau minta nomor rekening saya, saya berikan. 

Tidak lama kemudian, beliau meminta saya mengecek apakah transferan dari beliau sudah masuk. Saya bilang sudah, kemudian saya tanyakan alamatnya. Tapi tiba-tiba beliau bilang beliau tidak jadi beli golok, uang yang beliau transfer untuk anak saya saja. Saya pun heran, kejutan apa lagi yang saya terima? Masya Allah! Selang beberapa minggu kemudian, sang hamba Allah ini kirim resi lagi dan bilang untuk beli vitamin. Padahal saya tidak pernah cerita tentang masalah sakit saya. 

Selang beberapa minggu lagi, saya dihubungi Ibu Ketua Daerah, tepat di hari Penataran Pengurus yang diadakan PPLI. Beliau meminta alamat saya karena ingin berkunjung sehabis acara. Rumah saya jauh dari jalan raya dan gangnya sempit, hanya bisa masuk satu mobil. Kebetulan saat beliau berkunjung sedang hujan, mobil pun tidak bisa masuk. Maka ibu-ibu pun berjalan kaki, mana tanah becek pula. Pengorbanan Ibu-Ibu Pengda Jabar 07 luar biasa. Apalagi saya dapat kejutan lagi, ibu-ibu rombongan Pengda memberikan titipan dari PPLI.

Masya Allah! Alhamdulillah saya dikelilingi orang orang yang soleh dan baik. Bersyukur sekali saya mendapatkan rezeki-rezeki yang tidak terduga ini. Allah Ta’ala selalu mempunyai solusi untuk setiap masalah hamba-Nya. Saya pun mendapatkan pinjaman dari salah seorang pengusaha anggota Jemaat untuk menutupi kekurangan-kekurangan karena banyak sekali kebutuhan-kebutuhan yang di luar dugaan. Semoga saya bisa segera mencicil dan melunasinya dan semoga usahanya selalu diberikan kelancaran. Aamiin.

Saya jujur secara lahir merasa lelah letih untuk penyakit yang saya derita ini apalagi untuk akhir-akhir ini yang sering kambuh. Penyakit lupus ini sudah melumpuhkan satu persatu organ vital di tubuh saya. Kaki saya belum bisa berjalan normal karena otot tendon mengalami kerusakan. Mata terlihat buram dipenuhi kunang-kunang yang mengganggu saya, tulisan di  handphone pun saya bikin menjadi besar. 

Tapi saya berusaha tersenyum dan bangkit, harus tersenyum manis semanis gula satu ton. Saya juga harus kuat sekuat baja, yang semakin ditempa semakin kuat dan tajam. Ini mah tagline gula sama golok, hehehe. Saya juga sering drop, tapi saya harus semangat dan kuat .

Janganlah takut kehabisan dan kehilangan rezeki. Allah Maha Kaya, takkan Dia biarkan hamba-Nya seorang diri. Mumpung kita masih diberi waktu dan kesempatan, berlomba-lomba lah dalam kebaikan, karena semuanya hanya titipan. Saya sering dihadapkan dengan dua pilihan. Dan saya memilih selalu mengalah untuk kebaikan, tanpa memikirkan diri sendiri. Saya ingin sekali berbuat kebaikan selagi ada waktu. Saya pun tak pernah melewatkan candah walau dalam keadaan sangat susah, walaupun harus pinjam dulu.

Jazakumullaah untuk semua yang telah membantu saya, semoga Allah melipatgandakan kebaikan Ibu-Ibu semua. Mohon doa untuk kesembuhan saya dan supaya saya bisa lebih kuat lagi dan lebih baik untuk berkhidmat untuk Jemaat yang saya cintai dan saya banggakan .

Visits: 856

Heni Herani

2 thoughts on “Berkah Melunasi Tahrik Jadid, Saldo Kosong Rezeki Datang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories