Cinta Itu Kadang-kadang Tak Ada Logika
Saya bersyukur Agnes Mo menyelipkan kata kadang-kadang dalam bait lagunya diatas, karena jika benar cinta itu tak ada logika, terbayang cinta bisa ‘berantakan’. Maksudnya, berantakan ‘tercecer’ dimana-mana karena sembarangan dalam hal penitipannya.
Mungkin cinta yang saya maksud terlalu spesifik, yakni cinta dalam bentuk ketertarikan pribadi terhadap lawan jenis. Sengaja saya spesifikan biar jelas membahasnya.
Jujur saja saya kaget membaca hasil survei aplikasi JustDating, sebuah aplikasi pencari teman kencan, dimana ditemukan bahwa 40 persen lelaki dan perempuan di Indonesia pernah selingkuh. Presentase ini menyebabkan Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara terbanyak melakukan perselingkuhan se-Asia Tenggara versi aplikasi JustDating.
Ada banyak alasan perselingkuhan yang dikemukakan, namun dari semua alasan-alasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadinya perselingkuhan akibat tak ada logika dalam cintanya dan hanya mengejar nafsu belaka.
Mungkin itu yang terjadi pada ayam ketika mengejar nafsu belaka. Sang pejantan tanpa logika akhirnya tanpa rasa malu lari mengejar sang betina dengan pontang-panting, meski didepannya banyak mata memandang.
Walhasil, logika menjadi sangat penting dalam konteks percintaan diatas. Logika sederhana yang sering diterapkan oleh para Sufi dalam mencintai seseorang adalah melihat dimensi Ilahi (al-Bu’d al-Ilahiy) dan dimensi insani (al-Bu’d al-Insaniy). Maksudnya ketika seseorang menitipkan cinta pada pujaan hatinya, maka ia titipkan semata-mata demi mencari ridho Allah. Logika sederhana yang memadukan antara tinjauan cinta insani dan cinta Ilahi.
Visits: 1170
Faith fighter
Moslem/Interpreter/Interisti/Coffee Lover