Dzikir Khair Almarhum Mln. Abdul Basit, Shd

Pada sekitar tahun 2000, saya berumur 19 tahun dan baru dua tahun baiat. Sebagai anggota yang tinggal di provinsi Jawa Tengah dan bukan di wilayah pusat Jemaat yang berada di bagian barat provinsi Jawa Barat dan yang dekat dengan itu, kami mengenal almarhum Mln. Abdul Basit, Shd sebagai salah seorang dari beberapa penerjemah Hadhrat Khalifatul Masih IV rha. dalam beberapa acara kunjungan beliau rha. di Indonesia.

Kami mengenal beliau sebagai Muballigh orang Indonesia yang sebelumnya bertugas di Malaysia dan hanya sedikit yang mengenal ayah beliau, Mln. Abdul Wahid, Shd.

Setahun kemudian [sekitar 2001] beliau adalah seorang Naib Amir bidang tabligh yang juga mengadakan kunjungan ke berbagai daerah termasuk ke Purwokerto, Jawa tengah. Dalam salah satu pidatonya, ketua Jemaat Purwokerto menyitir sebuah pepatah, “Biar lambat asal selamat.” Namun, dalam tanggapannya, Mln. Abdul Basit, Shd. mengatakan, “Terkait tabligh, pepatah ini harus diubah menjadi, cepat dan selamat.”

Almarhum Mln. Abdul Basit, Shd. adalah pribadi yang suka berolahraga. Pada tahun 2002 saya telah menjadi mahasiswa Jamiah dan lulus tahun 2007. Dari tahun 2002-2007 seringkali saya menyaksikan almarhum bertanding bulutangkis (badminton). Partner yang sering saya lihat ialah Mln. Mahmud Ahmad Wardi.

Sebelum tahun itu, Jemaat Indonesia sudah menghadapi isu-isu penyerangan. Bahkan, ada satu daerah—Lombok di NTB—yang sudah diserang. Dari 2002-2005, isu-isu penyerangan pihak penentang terhadap Jemaat semakin gencar, khususnya terhadap markas jemaat di Kemang, distrik/kabupaten Bogor, propinsi jawa barat.

Dalam satu pidato beliau terhadap para Khuddam yang berkumpul di markas ialah supaya para pengurus Khuddam tidak mudah menyebarkan isu-isu penyerangan ke para anggota umumnya. Hikmahnya ialah isu-isu penyerangan dibatasi dan diperiksa oleh pengurus tertentu saja dan untuk menjaga agar para anggota umumnya tidak merasa diteror karena tiap anggota tentu tidak sama keadaan mentalnya.

Almarhum Mln. Abdul Basit, Shd. adalah pribadi yang sangat menjaga pembicaraan agar hemat, tidak sia-sia, dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sejak 2001 hingga 2022 ini telah saya saksikan ratusan pidato dan khotbah beliau. Karena saya bertugas sebagai proofreader (pembaca ulang) dan editor naskah terjemahan Bahasa Indonesia dari khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba), saya paham kalimat mana dari almarhum yang mengutip dari khotbah Jumat Hudhur (atba).

Kalimat pidato beliau cenderung ringkas dan isinya hampir tidak pernah menyinggung pribadi seseorang atau tendensius membicarakan seseorang dengan menjatuhkan kehormatannya. Kalau pun terpaksa, beliau lakukan ialah dalam rangka membicarakan nasib buruk pejabat pendukung penentang jemaat.

Terkait rasisme atau penyebutan nama asal daerah atau suku secara menyinggung perasaan, suatu kali saya membicarakan para pekerja renovasi Masjid Nasr di markas dan betapa para pekerja siang malam bergiliran mengerjakannya. Kemudian, almarhum Pak Amir mulai berbicara dan menanggapi kata-kata saya.

Saya tahu, arahnya ialah hubungan antara para pekerja tersebut dan asal daerahnya, namun beliau menghentikan kalimatnya dan tidak jadi menyebut nama daerahnya. Mungkin beliau sadar, asal daerah para pekerja tersebut dan menghubungkan pekerjaannya bisa menyinggung perasaan saya atau membuat saya bangga diri berlebihan yang satu asal daerah dengan para pekerja tersebut.

Mengenai kedisiplinan dan kerapian beliau, sejak sekitar tahun 2011 atau 2012 hingga 2015-an, saya mendapat tugas membantu almarhum dalam mengetikkan dengan komputer surat-surat ke Pusat Jemaat atau ke luar Negara Indonesia yang beliau diktekan [tulis tangan atau ucapkan] dalam bahasa Inggris. Saya menggantikan almarhum Mln. Amar Makruf Aziz, Mbsy.

Sementara itu, di tahun-tahun itu, penulisan surat-surat berbahasa Urdu dilakukan secara tulis tangan oleh Mln. Zafrullah Nasir Shams, Mbsy. Pengalaman bekerja di bawah beliau, tampak kedisiplinan dan kerapian beliau. Beliau selalu tampil rapi dan seringkali lebih dulu di kantor dibanding saya.

Mengenai pengkhidmatan dan kekeluargaan, meskipun almarhum tinggal di Indonesia dan keluarga beliau kebanyakan di Malaysia, namun tidak pernah satu kali pun di kantor saya mendengar beliau memperlihatkan pada saya rasa rindunya pada keluarga beliau di Malaysia ataupun mengeluhkan jauhnya beliau dari keluarga.

Tentu saja pasti beliau punya rasa rindu, tetapi tidak pernah memperlihatkannya di depan saya saat di kantor. Begitulah cara beliau mengarahkan perhatian saya agar di kantor fokus berkhidmat, karena saya juga tinggal di pusat JAI yang setengah hari perjalanan dari asal daerah saya.

Begitu juga, tidak pernah satu kali pun saya melihat beliau memegang dan membaca handphone tatkala kami membicarakan penulisan surat ke Pusat. Selama di kantor, saya melihat beliau berbicara di telepon dan handphone biasanya ialah urusan pembicaraan Jemaat dan dengan pengurus Pusat.

Bila memperhatikan kecerdasan dan ketelitian beliau, sepertinya, bukan saya yang membantu beliau tetapi beliau yang membantu saya. Beliau sering memperbaiki tulisan surat-surat saya dan meringkas surat yang panjang.
Pernah suatu kali ada suatu problem yang hendak beliau laporkan ke Pusat dan memerlukan informasi rinci sehingga memakan tiga halaman. Setelah berkali-kali dipikirkan supaya dimengerti Pusat lalu diringkaskan menjadi satu halaman saja.

Mengenai kecintaan beliau terhadap ilmu dan kevalidan sumber rujukan, suatu ketika beliau membaca sebuah kalimat shalawat yang tidak biasa didengar, kemudian menghubungi saya lewat whatsapp soal sumber rujukan kalimat tersebut, apakah itu berasal dari hadits Nabi (saw). Setelah, saya baca dan teliti dengan beberapa sumber ternyata itu bukan hadits, melainkan shalawat yang dilantunkan seorang penulis Muslim atau wali di jaman dulu.

Mengenai menjauhi hal-hal laghaw (sia-sia), beliau menjaga agar kantor Jemaat terhindar dari hal-hal laghaw dan mengganggu kinerja. Contohnya, penyetelan musik. Suatu kali saat tengah membaca sesuatu, kami mendengar dari ruangan sebelah ada karyawan Jemaat atau pemuda waqf enau yang menyetel musik hingga terdengar ke ruangan almarhum.

Beliau bertanya pada saya, “Suara apa itu?” Tanpa diperintah, saya pun segera memeriksa asal suara dan meminta tolong agar sang khadim menghentikan suara musiknya atau agar ia memakai headset supaya ia saja yang menikmatinya.

Berkenaan dengan perhatian kepada keluarga mereka yang bertugas di bawah beliau, seringkali beliau bertanya mengenai anak-anak saya. Bahkan, anak ketiga saya mempunyai nama pemberian beliau. Terkadang, beliau memberikan oleh-oleh atau hadiah, seperti sepatu, minyak wangi, kue/cake, buah-buahan dan sebagainya. Bahkan, ketika saya mengikuti Jalsah Singapore pada 2015 dan berjumpa beliau di bandar udara (airport) Jakarta, beliau memberikan beberapa lembar uang dollar singapura.

Mengenai perhatian pada perbaikan bacaan Al-Qur’an, ketika saya mengikuti Jalsah Singapura pada 2015, pemikiran saya ialah menikmati Jalsah sebagai peserta biasa. Namun, di luar dugaan, saya juga mendapat tugas dari panitia sebagai imam shalat satu kali dan dua kali pidato (satu kali dars Quran dan satu kali pidato kesan dan pesan).

Cara beliau mengingatkan hal ini membuat saya tertawa kecil. Beliau berkata, “There is no free lunch (Tidak ada itu makan siang gratis).” Maksudnya, pasti ada tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan untuk menikmati sesuatu.

Sebagai seorang lulusan Jamiah tahun 2007 dan bertahun-tahun sangat jarang mengimami shalat, tugas ini sangat berat bagi saya. Dan benar, ketika membaca sebuah surah, saya mengalami lupa tempat berhenti pada pembacaan satu ayat.

Setelah shalat, Pak Amir menghampiri saya secara pribadi tanpa diketahui orang lain dan secara sambil lalu mengoreksi soal pembacaan ayat tadi. Saya pun segera membuka Al-Qur’an dan memeriksa ayat tersebut dan ternyata saya memang salah cara membacanya.

Beliau juga tidak mudah mengobral pujian. Suatu kali Almarhum Djamil Sami’an yang pernah menjadi Principal Jamiah Ahmadiyah Indonesia setelah tahun 2007 pernah berkata kepada saya, “Pak Amir ialah pribadi yang menahan diri untuk tidak mudah memuji orang langsung, khususnya di depan orang lain supaya tidak membuat orang bangga diri atau tergelincir.”

Memang pengalaman saya benar demikian. Beliau lebih banyak mengishlah (memperbaiki) kemampuan kinerja saya dengan praktek langsung. Kalau pun memotivasi, melalui ucapan langsung tanpa ada orang lain dengan semacam, “Kamu bisa.”

Suatu kejadian yang sangat memotivasi saya ketika mengerjakan terjemahan atau proofreading (membaca dan memeriksa ulang) naskah lengkap terjemahan khotbah Jumat Khalifatul Masih V (atba). Suatu kali beliau pernah memegang pundak saya yang berada di depan beliau dan mengatakan, “Saya percaya kamu bisa.”

Beliau memiliki sifat cerah ceria dan mencari penghiburan lewat menyimak jokes (lelucon). Melihat beliau berjalan dengan wajah ceria dan tersenyum adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya dan itu menular sehingga membuat saya ikut tersenyum. “Tertawa ialah obat”, begitu beliau pernah berkata dalam sebuah pertemuan.

Salah satu cara membuat beliau tersenyum ialah memperdengarkan jokes. Karena itu, dalam sebuah pertemuan, beliau pernah meminta seorang Muballigh yang sangat pendiam bernama Muharim Awwaluddin untuk membuat joke. Saya yang tidak begitu mengenal Pak Muharim awalnya ragu beliau akan membuat joke. Tapi, setelah mendengar hingga habis, ternyata joke beliau itu begitu lucu sehingga membuat Pak Amir tersenyum dan saya tertawa.

Saya juga pernah beberapa kali satu mobil dengan beliau. Pada perjalanan pulang dari Tangerang menuju Kemang-Bogor beberapa tahun sebelum pandemi 2019, saya ditawari naik mobil beliau yang saat itu ada supir, istri beliau, seorang putri beliau yang saat itu belum menikah, dan seorang Muballigh yang suka membuat lelucon (Mln. Ghulam Wahyuddin).

Pak Amir tentu saja duduk berdekatan dengan istri dan putri beliau sementara saya berada di paling belakang. Seumur hidup saya sepertinya saya belum pernah menyaksikan langsung suasana ceria dan penuh canda antara seorang ayah dengan putrinya dan juga istrinya. Hal ini tentu saja membuat saya ikut tertawa mendengarkan lelucon mereka. Karena beliau dan putri beliau juga beberapa kali membuat lelucon.

Tidak ada yang bisa mengobati rasa kehilangan dan kesadaran akan pentingnya kedudukan seseorang saat orang itu meninggalkan kita, kecuali mengenali sebaik-baiknya orang itu. Dan, dengan doa-doa setulusnya, semoga Allah Ta’ala mengabulkan waqf-e-zindegi beliau, meninggikan derajat beliau di surga, menganugerahi kesabaran kepada keluarganya, serta memberi kita taufik menapaki jalan-jalan kebaikan beliau. Aamiin.

Sebenarnya, masih banyak kenangan baik tentang beliau yang ada di pemikiran saya. Tapi, mengingat terbatasnya waktu, saya cukupkan sekian.

Views: 169

4 thoughts on “Dzikir Khair Almarhum Mln. Abdul Basit, Shd

  1. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh masyaallah saya sangat terbawa suasana penulisan Maulana, saya jadi punya pengetahuan baru yang sebelumnya tdk tau bagaimana almarhum. Mubarak tsumma Mubarak. Jazakumullah

  2. Jazaakumullaah Maulana Dildar, mengingatkan kami kepada Almarhum yang sudah banyak memberikan contoh sebagai anggota waqf-e Zindegi maupun sebagai pimpinan

  3. Masya Allah sungguh beliau adalah contoh yg baik untuk kita semua, beliau orang yg jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja. Terimakasih maulana dildar, saya jadi banyak tahu tentang riwayat beliau.

  4. MasyaAllah…MasyaAllah…MasyaAllah.
    Sungguh Pengkhidmat sejati…
    Semoga Allah SWT menempatkan beliau dalam surga-Nya yang terindah. Aamiin.
    Dan saya sangat bersyukur karena beliau pernah dua kali bermalam di tempat saya berkhidmat. Pertama bersama Bapak Anis Ayyub (tempat pertama). Yang kedua kalinya beliau bersama Istri (tempat kedua). Sosok most humble servant, benar² humble… Sosok yg penuh canda, akrab dengan anggota, turun ke dapur melihat saya membuat cae’ bersama lajnah remaja. Bahkan sandal jepit pun beliau bawa sendiri untuk pergi ke air…
    Menyampaikan dars subuh di rumah saat berkunjung bersama Istri.
    Terima kasih banyak Bapak…
    Moment tak terlupakan bisa mengkhidmati beliau dan Istri, juga mengkhidmati anggota lainnya, Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah💐💐💐🌹🌹🌹

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *