Jahatnya Terorisme Mengubah Tabiat Perempuan
Minggu, 13 Mei 2018. Sekitar jam 7.30 pagi. Seorang perempuan bercadar membawa dua anak perempuan yang masih kecil menuju sebuah Gereja di Surabaya. Sang ibu hendak menjemput surga. Dua anaknya tak pernah tahu, surga apa yang dikisahkan sang ibu.
Mereka mencoba masuk kedalam Gereja. Namun dihadang oleh seorang petugas keamanan. Karena gagal masuk. Perempuan bercadar itu meledakkan diri di halaman Gereja.
Dentuman keras terdengar. Kepulan asap menyapu. Daya ledak bom menghempaskan segala sesuatu di dekatnya. Si ibu dan dua putri malangnya hancur berkeping-keping.
Saya punya dua anak. Masih kecil-kecil. Masih mempersepsikan surga sebatas “boleh jajan apa saja di Warung Madura”. Mereka belum bisa membedakan benar-salah. Mereka baru tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Ketika mendengar berita bom bunuh diri itu, pikiran saya langsung tertuju kepada dua anak tak bersalah itu. Batin saya seolah mempertanyakan kepada ibunya, kok kamu tega melibatkan anak-anakmu dalam perkara yang mereka belum tahu duduk perkaranya?
Saya lantas berpikir. Segini jahatnya terorisme dalam mengubah tabiat perempuan!
Tabiat perempuan adalah lemah lembut. Makanya, tugas berat pendidikan anak jatuh padanya. Karena tangannya yang lembut dan hatinya yang penuh cinta kasih, darinya akan terlahir pribadi-pribadi kaya akan empati dan kasih sayang.
Nabi Muhammad Saw sampai bersabda bahwa jihad seorang perempuan berada di dalam bilik rumahnya. Itu artinya, anak-anak harus dibentuk dari tangan kasih seorang ibu. Karakter ibu yang harus dominan mengusai diri anak. Sebelum masuk pengaruh-pengaruh lain dari luar.
Perempuan adalah sumber keindahan. Keindahan baik yang bisa kita lihat secara lahir, maupun yang bisa kita rasa secara batin. Makanya, tanpa perempuan, dunia kehilangan separuh keindahannya.
Jadi kalau kita temukan sosok perempuan yang bengis, sadis, penuh kebencian, dan merusak. Perempuan jenis itu telah kehilangan tabiat aslinya. Ia telah bermetamorfosis menjadi sesuatu yang lain, yang bahkan nuraninya sudah tak mengenalinya lagi.
Dan yang hanya bisa mengubah jati diri seorang perempuan menjadi seorang pembenci adalah paham-paham radikal yang sangat dogmatis. Terorisme adalah sebab seorang perempuan menolak watak alamiahnya yang indah, anggun, juga menenteramkan.
Kemarin. Seorang perempuan bercadar hendak menerobos Istana Negara dengan berbekal senjata api. Ia hanya seorang diri. Membawa senjata yang dapat mengantarkan seseorang kepada maut.
Sebagai seorang suami yang masih suka mengantar istri ke Warung Madura saat tengah malam, saya jadi heran. Ke warung saja seorang perempuan minta diantar. Apalagi ke Istana Negara. Untuk bunuh orang pula.
Kalau bukan dogma agama yang telah menguasai hati nuraninya, seorang perempuan takkan mau berlaku bodoh yang itu “bukan dirinya banget”. Tapi dogma agama telah membuatnya kehilangan dirinya.
Ia akhirnya terjebak dalam sebuah pilihan tunggal atas jalan kehidupannya. Yakni, menapaki jalan-jalan menuju surga yang penuh dengan aliran darah, kebencian dan air mata.
Visits: 669
Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.