Jangan Anggap Remeh Menyembunyikan Rahasia

Akhir-akhir ini Hary, suami Hety, sering pulang larut malam dan setiap libur tak pernah ada di rumah, dengan dalih urusan pekerjaan bertemu klien. Kecurigaan Hety muncul, bila diajak komunikasi Hary tak menatap wajahnya. Terkadang tidak fokus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Hety maupun anak-anaknya. Serta bila anaknya meminta bantuan untuk mengerjakan tugas sekolah selalu menolak dengan alasan sibuk. Singkat cerita, Hety dan keluarga besarnya kecewa. Tak menyangka pada sikap dan tindakan Hary yang telah menyembunyikan rahasia dengan menikahi rekan kerjanya.  Akhirnya Hary dipecat dari pekerjaannya setelah pemimpin perusahaan mengetahui rahasia yang disembunyikan Hary.

“Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam.” Itulah ungkapan peribahasa yang menggambarkan kisah di atas. Rahasia tidak selamanya dapat disembunyikan, akhirnya akan terbuka juga. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Al Mulk: 13-14)

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah Ta’ala mengetahui isi hati semua hamba-Nya. Kita tidak bisa menyembunyikan apapun. Baik berupa perkataan, perbuatan, dan segala yang dirasakan oleh pancaindra. Bahkan apa yang tersembunyi dalam lubuk hati terdalam sekalipun, Allah Ta’ala pasti mengetahuinya. Menyembunyikan rahasia merupakan perwujudan-perwujudan mental dari hasrat untuk menyembunyikan diri. (Minhajut Thalibin).

Menyembunyikan diri atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat sehingga tidak disadari telah melakukan keburukan yakni dusta, sebab telah bersikap dan berbuat tidak jujur serta menipu orang lain. Allah Ta’ala akan selalu mempunyai cara untuk mengungkapkannya. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Tidak seorang pun yang menyembunyikan suatu rahasia di dalam hatinya, kecuali Allah akan menampakkan pada raut wajahnya atau melalui perkataan yang terlontar dari lidahnya.” (Hadhrat Utsman bin ‘Affan ra.) 

Sebaik dan serapat apapun menyimpan suatu rahasia atau dusta, walau semua orang berhasil telah dikelabui, namun tidak dengan Allah Ta’ala. Sebagian orang melakukan dusta merupakan hal yang wajar terjadi, bahkan menjadi suatu kebiasaan. Padahal berdusta merupakan salah satu penyebab dari segala kemelut yang sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Bahkan berisiko menimbulkan salah paham hingga kebencian dan pertengkaran. Tidak hanya itu, berbuat dusta dapat membuat hilangnya rasa kedekatan, kepercayaan, kehilangan teman, dijauhi saudara, karier yang buruk sehingga tercipta suasana ketidak nyamanan.

Hz. Masih Mau’ud as. menjelaskan, “Seseorang yang berdusta kepada manusia adalah seorang pendusta; dia berbuat dusta yang tak berakhlak. Akibat akhir yang dialami pendusta yakni akan penat, dan kedustaannya akan terbuka pada orang-orang dengan sendirinya. Atau, dia akan mengalami kehinaan, sebab bagaimana mungkin dia dapat berdusta setiap hari? Tidak ada hal yang paling rapuh seperti dusta, bahkan kaca pun tidak serapuh dusta. Dan dikarenakan di dalam uraian pendusta itu tidak terdapat daya magnetis, oleh sebab itu aroma busuknya dengan cepat akan menyebar.” (Malfuzat, jld.VI, hlm. 116)

Jangan pernah menganggap remeh menyembunyikan suatu rahasia, sebab akan menimbulkan dusta dan ini merupakan salah satu dosa besar. Hindari dan jauhilah hal tersebut, mulailah untuk selalu berkata dan berperilaku jujur pada diri kita sendiri, kepada orang lain maupun kepada Allah Ta’ala. Berperilaku jujur terkadang sulit dan menyakitkan, namun itu lebih baik karena kejujuran akan mengantarkan kita menuju surga.

Sebagaimana Rasulullah s.a.w. bersabda, “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607).

 

Visits: 393

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *