Kebaikan yang Disembunyikan Sebagai Investasi Masa Depan

Selesai membaca Al-Qur’an, seorang wanita paruh baya keluar rumah untuk membersihkan jalan gang di sekitar rumahnya. Dia sengaja keluar ketika orang-orang masih sibuk di rumahnya masing-masing. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk membersihkan sampah dan mencabuti rumput liar di sekitarnya. Dia tidak ingin pekerjaannya ada yang melihat, takut dihinggapi penyakit hati.

Seminggu kemudian ada tetangganya yang mengambil pekerjaannya. Dia hanya tersenyum dan merasa bahwa akhirnya pekerjaannya ada yang meneruskan.

Sekelumit cerita ini mungkin banyak terjadi di sekitar kita. Mungkin banyak orang yang kebaikannya tak ingin diketahui orang sekitarnya. Entah apa tujuan menyembunyikan kebaikannya tapi yang jelas besar kemungkinan kalau mereka ingin menjaga hati. Tidak ingin hatinya jadi tertutup untuk melihat atau mengerjakan kebaikan.

Selaras dengan itu sang Guru Besar di jamannya yaitu Imam Malik menuturkan bahwa, “Siapa yang ingin memiliki hati yang terbuka, maka biarkanlah amal kebaikan yang ia lakukan sembunyi-sembunyi lebih baik daripada amal yang tampak.”
Sungguh ini merupakan nasihat yang sarat makna. Hati yang terbuka dihubungkan dengan kebaikan yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Kebaikan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi memang akan memelihara hati dari segala penyakit hati. Contohnya dari rasa bangga diri, riya dan akhirnya mengungkit-ungkit kebaikan itu.

Ada satu cerita lawas tentang Abu Nawas yang pernah tenggelam lalu temannya menolongnya. Setiap bertemu dengan Abu Nawas temannya selalu mengungkit-ungkit kebaikannya. Hal itu terus menerus berulang sampai akhirnya Abu Nawas menceburkan dirinya lalu dia berkata, “Inikah yang kamu inginkan?”[3]

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an, “Jika kamu bersedekah secara terang-terangan, maka hal itu baik, tetapi jika kamu menyembunyikannya dan kamu memberikannya kepada orang-orang fakir maka hal itu lebih baik bagimu, dan Dia akan menghapuskan darimu sebagian kesalahanmu dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan. [2]

Selanjutnya ada penjelasan dari tafsir ayat tersebut. Dengan sangat bijaksana Islam menganjurkan kedua bentuk pemberian sedekah, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam (dirahasiakan). Seseorang yang memberikan sedekah secara terang-terangan memperlihatkan contoh baik kepada orang lain yang mungkin akan menirunya. Pemberian sedekah secara diam-diam dalam beberapa keadaan lebih baik, karena dengan demikian seseorang mencegah diri dari membeberkan kemiskinan saudara-saudaranya yang tidak beruntung dan juga pemberian secara rahasia sedikit sekali peluang untuk berbangga.[3]

Sepatutnyalah kita sebagai umat Islam untuk bisa menerapkan apa yang diperintahkan Allah Swt. dalam Al-Qur’an. Semuanya tak lain hanya untuk kebaikan manusia sebagai makhluk-Nya. Dia begitu teliti dalam segalanya, sampai-sampai urusan beri-memberi pun tak luput dari aturan-Nya. Itulah penjagaan Allah Swt. bagi makhluk-Nya.

Sebenarnya kalau kita mau menelusuri, segala bentuk kebaikan yang sembunyi-sembunyi adalah merupakan bentuk investasi masa depan. Tabungan rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun, hanya Allah Swt. saja yang mengetahui.

Hazrat Masih Mau’ud a.s. berkisah, “Ada seorang penjahit dan pedagang sayur. Si penjahit terkenal pelit sedangkan si pedagang sayur terkenal murah hati. Satu hari si penjahit meninggal dunia. Otomatis semua bentuk sedekahnya berhenti. Orang-orang baru menyadari bahwa sebenarnya orang yang mereka katakan pelit adalah orang yang selama ini memberi sedekah pada mereka.”

Cerita di atas memberikan gambaran bahwa kebaikan, meskipun disembunyikan serapat apapun, akan tetap terbuka karena Allah Swt. yang memeliharanya. Allah Swt. tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya karena sekecil apapun bentuk kebaikan yang dikerjakan hamba-Nya akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dengannya.

Mumpung masih bulan Ramadan yang pahalanya berkali lipat, mari kita perbanyak kebaikan sebagai investasi masa depan di dunia dan akhirat.

Referensi:
[1] Kumpulan Kisah Teladan dan Humor Sufi, MB. Rahimsyah, AR
[2] QS Al-Baqarah 2 : 272
[3] Al-Qur’an, Terjemah dan Tafsir Singkat Jemaat Ahmadiyah, hal 195

Visits: 76

Erah Sahiba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *