Kenangan Amplop Putih dari Bapak Abdul Basit

Setiap tahunnya kala itu ada acara jalsah di kota Padang. Hampir tiap tahun almarhum Pak Abdul Basit, yang kami sebut sebagai Pak Amir, menghadiri acara ini. Perawakan beliau begitu gagah dan kharismatik, kala itu beliau masih sangat muda. Dengan begitu bersahaja beliau berjalan mendatangi masjid Darul Zikir Pampangan, yang berada di pinggir kota Padang, berjarak sekitar 8-9 km dari masjid Mubarak kota Padang.

Setiap kali beliau datang ke kota Padang, tak lupa beliau mengunjungi rumah nenek saya yang tak jauh dari masjid Darul Zikri Pampangan. Beliau mengenal almarhumah Mak sebagai menantu dari almarhum Mln. Zaini Dahlan, yang dikenal sebagai salah satu tokoh Tiga Serangkai.

Kala itu, Mak saya sedang mengalami sakit parah dan beliau berkunjung ke rumah Nenek karena kami tinggal di situ. Mak menderita sakit di paru-paru dan saat itu sedang mengalami muntah darah. 

Singkat cerita Mak yang waktu sakit parah mendapatkan sejumput doa dari Bapak Amir, lalu beliau memberikan amplop putih yang saat itu saya tak paham apa isinya. Hal yang paling berkesan bagi Mak, selain amplop putih itu, yaitu—melalui asistennya—beliau membantu untuk mengirimkan surat kepada Huzur a.b.a untuk kesembuhan Mak saya.

Di tahun selanjutnya, kedatangan beliau meninggalkan kesan yang juga bermakna. Saat itu beliau dan rombongan mendatangi masjid Darul Zikir Pampangan. Kala itu, karena satu dan lain hal, keluarga saya tinggal di salah satu ruangan masjid, yang sudah mendapat izin dari Bapak Ketua Cabang saat itu. Bapak Ketua juga meminta, selain tinggal, Mak bertanggungjawab untuk segala urusan mesjid jika ada tamu dan lain-lain. 

Sore itu pada bulan Ramadhan, Bapak Amir datang beserta rombongan yang ditemani oleh alm. Bapak Mubaligh Sutisna, untuk kegiatan kunjungan yang saya kurang faham apa itu. Dengan keadaan hujan deras dan sedikit basah, beliau dan rombongan datang dengan menggunakan mobil Avanza milik salah satu anggota Jemaat cabang Padang.

Mak kala itu tidak mempunyai uang, hanya ada pisang yang baru saja dipanen beserta sayur kangkung yang Mak tanam di sebelah tanah kosong masjid. Alhasil, pisang itu diolah menjadi kolak, bersama teh manis dan nasi beserta sayur tumis kangkung, oleh Mak disuguhkan kepada rombongan. Karena tidak mungkin hujan-hujan menghubungi Bapak Ketua, walaupun rumahnya tidak jauh dari masjid.

Namun yang membuat Mak bahagia, Pak Amir beserta rombongan memakan apa yang disajikan dengan sangat lahap dan dengan senyuman tanpa merasa canggung sedikit pun, sambil bercengkrama dengan para Rombongan yang ada. Di situ rasa hormat dan salut Mak kepada beliau bertambah.

Setelah shalat tarawih dan memberikan sedikit ceramah kepada para anggota yang saat itu tidak terlalu banyak hadir, beliau pun berpamitan dengan Mak. Lagi-lagi beliau memberikan sebuah amplop putih yang saat itu saya tak paham apa isinya dan saya pun tidak pernah bertanya kepada Mak apa isi amplop putih itu.

Setiap kali menerima amplop putih tersebut Mak saya pasti bersujud dan mengucapkan, “Jazakumullah, Pak Amir.”

Itulah sebagian hal yang berkesan bagi saya. Masih banyak kesan lainnya yang diakhiri oleh amplop putih dari Pak Amir kepada Mak. Akan tetapi cukup dua cerita ini saja yang saya sampaikan untuk mewakili kenangan almarhumah Mak saya kepada beliau almarhum Bapak Abdul Basit selaku Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang kami cintai. 

Alhamdulilah di tahun 2019, ketika beliau berkunjung ke Samarinda, saya pribadi dan ketiga putra saya dapat berfoto dengan beliau yang diabadikan oleh ibu mubaligh Yati Nurhayati. Bapak Amir mendoakan ketiga putra saya agar menjadi mubaligh. 

Bapak Abdul Basit adalah tipe pemimpin yang bersahaja, sangat peduli dan memperhatikan anggotanya. Bukan hanya kepada yang kaya, beliau juga sangat peduli kepada anggota yang kurang mampu. Ini menurut saya yang menjadi saksi kepedulian beliau terhadap keluarga almarhumah Mak saya.

Semoga segala amal ibadah beliau membawa beliau ke dalam surga Firdaus-Nya. Aamiin ya Rabbal Aalaamiin.

.

.

Editor: Lisa Aviatun Nahar 

Visits: 761

Sri Wahyuni

1 thought on “Kenangan Amplop Putih dari Bapak Abdul Basit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *