MAKBULNYA DOA SANG KHALIFAH
Saya ingin berbagi kisah tentang betapa indahnya penzahiran doa yang panjatkan seorang Khalifah untuk kita. Kisah ini saya awali saat saya mutasi dari Bukit Tinggi ke Kota Cilegon, Banten pada Oktober 1999.
Baru dua bulan saya menjalani kehidupan dan suasana baru di Kota Cilegon, saya mengalami hal yang tidak biasa. Terasa nyeri di dada sebelah kiri. Sakitnya luar biasa sekali.
Ada yang menyarankan untuk memeriksakan gelaja yang saya alami ke dokter, barangkali ada masalah pada jantung. Hal ini membuat saya sangat khawatir, mengingat anak-anak yang masih kecil. Bagaimana kalau saya sakit parah? Bayangan itu menghantui membuat saya cukup tertekan.
Setelah seminggu, kondisi saya tak kunjung membaik. Akhirnya suami membawa saya ke RSUD Cilegon untuk melakukan check up jantung. Hasilnya menunjukkan kalau jantung saya baik-baik saja.
Lalu saya melakukan tes urine untuk mengetahui kemungkinan penyakit lain. Akan tetapi, hasilnya sungguh mengejutkan. Saya positif hamil.
Sebagai wujud kebahagiaan karena Allah Ta’ala telah menganugerahkan buah hati untuk yang kesekian kalinya, kami menulis surat kepada Huzur. Memohon doa dan meminta nama kepada Huzur tercinta.
Setelah beberapa waktu, datangnya surat balasan dari Sang Khalifah. Dalam balasan suratnya Huzur memberi nama untuk anak kami yakni jika laki-laki namanya Khalid Ahmad, jika perempuan Khalidah Nuriin.
Pada Tahun 2000, saat Huzur Keempat mengunjungi Indonesia, usia kehamilan saya waktu itu delapan bulan. Meski tengah hamil besar, fikiran saya selalu terpaut kepada Huzur. Apalagi, momen bertemu Khalifah adalah momen langka yang tak bisa didapat setiap saat.
Ketika akan Mulaqat bersama Huzur di Parung saya terpisah dengan anak-anak dan suami. Saya tidak tahu dimana anak-anak berada. Saya pun berusaha mencari anak-anak di lokasi Mulaqat.
Namun ketika berjalan-jalan mencari anak-anak, tidak sengaja terjatuh hingga kaki saya terkilir. Untungnya ada anggota Cilegon, yaitu Ibu Dohikah dan Ibu Memah yang melihat.
Dengan bantuan mereka saya dibimbing ke ruang mulaqat. Dan akhirnya, mulaqat hanya ditemani oleh mertua dan kedua orang anggota Cilegon yang membantu saya tadi.
Saat bertemu Huzur, seolah kaki yang terkilir juga rasa nyeri dengan beban di perut hilang saat memandangi wajah beberkat Huzur yang bersinar. Saya tak tahu lagi, kebahagiaan lain yang hakiki lebih dari kebahagiaan saat itu.
Ketika Mulaqat saya memohon doa kepada Huzur supaya saya bisa melahirkan secara normal. Karena sebelumnya, saat usia kehamilan tujuh bulan bidan memprediksi kalau sang janin akan lahir sungsang karena posisi janin pada saat itu melintang.
Ketika usia kehamilan sudah menunjukkan tanda persalinan. Saya selalu menggantungkan keyakinan pada doa Huzur. Saya yakin saya akan lahir normal. Allah Ta’ala pasti memberikan kemudahan dan pertolongan untuk ini.
Dan benar saja. Pertolongan Allah Ta’ala zahir untuk saya dan si buah hati. Doa beberkat Huzur menemani persalinan saya.
Ada satu musibah yang menimpa anak perempuan saya ini. Tepatnya saat ia berusia tujuh bulan. Dia tersiram air panas. Kepala dan wajahnya habis terguyur air mendidih.
Betapa hancurnya hati ini. Tak tega melihat keadaan bayi kecil saya. Suami lantas mengirim surat kepada Huzur. Memohon doa khas beliau untuk kesembuhan anak kami.
Seminggu kemudian, surat balasan dari Sang Khalifah tiba. Beliau mendoakan secara khusus anak kami. Dan keajaiban serupa kembali datang. Tak sampai sebulan. Anak kami sembuh dengan cepat.
Kini anak kami Khalidah Nuriin sudah dewasa, sedang menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian jurusan Kehutanan Universitas Riau semeter 4. Ia telah benar-benar tumbuh se-dewasa ini di atas pondasi doa-doa Huzur.
Saya memohon doa kepada para pembaca untuk kesuksesan anak saya tercinta. Jazakumullah ahsanal jaza.
.
.
.
editor: Azza Ayumiyanti Puteri & Muhammad Nurdin
Visits: 131