
Menembus Batas Keraguan, Meraih Kemenangan
Manusia kerap kali dihadapkan pada berbagai pilihan. Konflik batin dan pikiran, hingga permasalahan yang menuntutnya untuk mengambil langkah terbaik dalam mencapai satu perubahan dan impian dalam hidup. Jika tidak teliti dan berhati-hati, maka keraguan akan menguasai diri hingga menjadi hambatan baginya untuk meraih apa yang ia harapkan.
Dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib ra., cucu Rasulullah saw. dan kesayangannya, ia berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah saw.: ‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu’.” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i. At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan shahîh]
Melalui hadits di atas, Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk berhenti dari hal-hal yang meragukan dan menjauhinya karena perkara yang baik itu tidak menimbulkan keraguan di hati seorang Mukmin. Keraguan adalah kekalutan dan kegoncangan. Jiwa akan terasa damai dengan perkara yang baik dan hati menjadi tenteram dengannya. Adapun hal-hal yang meragukan menimbulkan kekalutan dan kegoncangan di hati dan membuatnya tak tenang. Tentunya akan menimbulkan dampak buruk bagi tujuan yang akan kita raih.
Hal ini pun diakui oleh seorang tokoh ternama dunia, Franklin Roosevelt dalam satu catatan penting dalam hidupnya, “Satu-satunya batasan untuk meraih mimpi kita adalah keragu-raguan kita akan hari ini. Marilah kita maju dengan keyakinan yang aktif dan kuat.”
Permasalahan yang kemudian muncul adalah, bagaimana manusia dapat menembus batas keraguan di hati dan pikirannya untuk mendapatkan keyakinan yang kokoh dalam mencapai tujuan?
Merupakan sebuah keniscayaan, untuk mencapai sesuatu manusia harus memiliki keyakinan yang kuat. Namun perlu diketahui dan diingat bahwa keyakinan terbaik untuk menghapus segala keraguan bukanlah keyakinan yang berdasar pada apa yang muncul di pikiran manusia. Karena sejatinya setiap elemen terkecil dari dunia ini, hingga kekuatan apapun di alam semesta ini, semua berada dalam genggaman Pemiliknya, Sang Maha Pencipta.
Oleh karenanya, tembuslah batas keraguan yang memenjarakan pikiran dengan cara meminta petunjuk kepada Allah Ta’ala melalui shalat. Sebagaimana tuntunan Rasulullah saw. dalam sabda beliau, “Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at kemudian berdoalah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepadamu dengan ilmu-Mu’….” (HR. Bukhari)
Selain sebagai sarana untuk memperoleh ketetapan hati dan keyakinan yang kuat. Shalat juga merupakan satu-satunya kunci dalan upaya meraih kemenangan yang diajarkan oleh Islam. Sejalan dengan hal ini pendiri Jamaah Ahmadiyah, Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. bersabda:
“Saat umat Muslim mulai meninggalkan shalat atau tidak lagi melaksanakannya dengan ketenangan, ketentraman dan kecintaan hati, karena tidak lagi memahami makna hakikinya, maka sejak itu Islam mulai menurun. Ketika shalat masih dilaksanakan secara patut maka saat itu adalah masa kejayaan Islam, dimana agama ini telah mendominasi seluruh dunia. Kemudian umat Muslim tidak lagi melaksanakan shalat secara patut, maka mereka mulai ditinggalkan Tuhan.”(Malfuzhat, jld V. Hal 253-255)
Khalifah Jamaah Ahmadiyah sedunia, Hz. Mirza Masroor Ahmad aba. dalam khutbahnya menyampaikan mengenai kemenangan yang diraih oleh Islam di masa kekhalifahan Hz. Umar (ra). Beliau menjelaskan bahwa selama pertempuran dan penaklukan di era Hz. Hazrat Umar (ra), umat Islam secara teratur melakukan shalat tahajud sebelum fajar.
Para khalifah yang mendapat hidayah mengetahui bahwa hal-hal yang mereka hadapi ini dibawa oleh Tuhan. Dan bahwa kesulitan-kesulitan seperti itu terjadi bagi seorang mukmin untuk menjadi lebih baik dalam upaya meningkatkan spiritualitas mereka.
Poin inilah yang menjadi catatan penting dan harus diingat oleh seluruh umat Islam sampai hari ini. Cara terbaik untuk dapat meraih setiap impian dan kemenangan adalah menembus batas keraguan dengan keyakinan yang tak tergoyahkan melalui shalat sebagai pegangan dan petunjuk jalan dari Tuhan.
Visits: 182