MENGUATNYA IKATAN BATIN KARENA COVID-19

Suasana dingin karena hitamnya awan membuat air menetes perlahan berjatuhan. Pagi ini pada hari minggu tanggal 22 Maret 2020, aku dan temanku pergi ke kampus untuk melanjutkan penelitian yang tersisa satu tahap lagi, namun gerbang tersebut ditutup ternyata ada satpam yang menjaganya.

Berbincang sejenak dengan satpam di depan gerbang kampus, ia mengatakan bahwa amanat dari rektor tidak boleh ada yang masuk ke kampus. Kemudian kami menjelaskan bahwa sudah mendapat izin dari penjaga laboratorium dan staf akademik, dan aku menunjukkan bahwa kunci laboratorium sudah aku pegang, sebagai bukti bahwa kami telah mendapat izin.

Namun satpam tidak mengizinkan kami masuk, dan berkata jika kalian tetap ingin masuk saya persilahkan tetapi terlebih dahulu kalian difoto kemudian akan kami kirimkan foto tersebut ke pak rektor. Akhirnya kami menelepon penjaga laboratorium dan memberikan telepon tersebut kepada satpam namun masih tidak diperbolehkan, kemudian menghubungi wakil dekan 1 dan akhirnya beliau meminta kami untuk mengikuti perintah rektor karena itu suatu kebijakan universitas.

Ketika mendengar perkataan itu aku yang sedang berdiri di depan gerbang kampus berfikir sejenak dan mengatakan, “Begitu bahayanya covid-19 yang sedang terjadi saat ini, hingga semua harus di hentikan.” Kemudian aku menitipkan kunci laboratorium di satpam dan kami pergi meninggalkan kampus.

Aku tinggal di RUSUNAWA (Rumah Susun Mahasiswa). Gedung ini begitu luas sehingga  terdapat 5 lantai dan setiap lantainya berisi 12 kamar, 8 kamar mandi yang di lengkapi washtaple, dan 1 dapur. Posisi kamarku tepat berada di lantai 3, suasana begitu sepi karena pintu-pintu kamar tertutup rapat dan dikunci, hanya tersisa 2 kamar yang tidak terkunci yaitu kamar nomor 4 dan 11.

Di kamar nomor 11 inilah letak kamarku, yang diisi oleh 2 orang, namun temanku pulang dan tinggal aku seorang diri. Alasanku tidak pulang ke kampung halaman karena pada minggu pertama aku masih bisa melakukan penelitian di laboratorium. Namun pada minggu kedua kebijakan tersebut berubah, sehingga jika aku pulang ke rumah dengan jarak yang begitu lama, tentunya membahayakan bagi diriku dan keluargaku nantinya.

Malam harinya aku begitu rindu dengan keluarga. Didukung dengan keheningan yang tidak biasa aku jalani. Langsung kugerakan jari-jari ini untuk menelepon keluarga di rumah. Obrolan berlangsung dengan lancar. Seperti biasa aku selalu menceritakan kegiatan yang aku alami disini agar orang tuaku mengetahui aktifitas yang aku jalani, walaupun hanya via telepon tetapi aku bisa merasakan kerinduan dan kekhawatiran orang tuaku saat ini.

“Umi.. aku sehat disini,” kata-kata itu yang selalu aku ucapkan.

“Umi selalu khawatir karena ada dua anak yang jauh, adekmu di ARH, umi khawatir tapi selalu yakin bahwa dia baik-baik saja, karena ada penjagaan ketat di lingkungan asrama, sedangkan kamu jauh kuliah disana seorang diri,” jelas Umi dengan nada pelan.

Aku terdiam sejenak. “Umi jangan terlalu khawatir, aku baik-baik saja disini, walaupun tidak ada yang menjagaku tapi Allah selalu ada di sisiku,” kataku sambil menenangkan umi.

Sejenak suasana hening di teleponpun terjadi, kemudian aku berkata, “Umi sehat disana?”

Dengan nada begitu pelan umi menjawab, “Alhamdulillah sehat, kamu sudah makan nak?”

Langsung kujawab, “Sudah mi, tadi aku belanja dan langsung memasak.”

Kemudian umi berkata “Jaga diri baik-baik di tengah wabah Covid-19 ini.”

Aku langsung menjawab, “Iya mi, stok makanan sudah kupersiapkan, hand sanitaizer sudah kubuat, begitupun homeopathy yang sudah tersedia”. Kemudian orang tuaku memberikan nasehat agar aku tetap stay di rusunawa dan jangan keluar jika tidak ada keperluan yang mendesak.

Ikatan batin yang kami miliki begitu kuat. Saat ini aku harus melawan rasa rindu yang begitu dalam, namun aku tahu orang tuaku lebih merindukanku. Saat ini orang tuaku mengkhawatirkan kondisiku, akupun begitu ingin selalu dekat agar bisa mengkhidmati umi dan abi.

namun saat ini aku hanya bisa berdoa dan menenangkan hati keduanya dengan memastikan bahwa aku baik-baik saja disini. Selain itu, doa juga begitu penting untuk kami lakukan, karena tidak ada yang tidak mungkin dari sebuah pengabulan doa. Covid-19 membuat ikatan batin kami lebih terasa oleh karena itulah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan baik sangat perlu dilakukan, dan memanjatkan doa untuk keselamatan manusia dari wabah pandemi saat ini.

Visits: 18

1 thought on “MENGUATNYA IKATAN BATIN KARENA COVID-19

  1. masyaallah,,,sampai nangis akku bacanya,,,menyentuh,,sedih,,,,yang sabar ya dek,,,ditengah wabah yang mematikan ini hanya doa senjata ampuh untuk melawannya,,,semangat semangat,,,,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *