Menjadi Manusia yang Mengikuti Nasihat

Dalam menjalani  kehidupan tanpa disadari merasa diri kita paling benar dan tak jarang mengaku tak pernah berbuat kesalahan. Namun sesuai sifatnya manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada salahnya. Disinilah diperlukannya nasihat.

Terkadang Allah memberikan petunjuk kepada manusia melalui nasihat orang lain. Dan sebagai muslim, kita diwajibkan untuk saling menasihati.

Sesuai yang difirmankan Allah SWT : “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 2-3). 

Saling menasihati merupakan wujud kepedulian dan tanda kasih sayang kepada sesama manusia. Juga sangat penting sebagai koreksi maupun evaluasi diri, ketika ada sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan untuk memberi kebaikan dan manfaat kepada orang lain. 

Seperti kisah nabi Nuh as., beliau selalu  menasihati kaumnya melalui dakwah-dakwah yang disampaikan kepada kaumnya dan keluarganya. Mengajarkan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT.

Nabi Nuh as. berusaha menasihati kepada kaumnya untuk kembali kepada jalan yang benar,  menyembah dan beriman kapada Allah SWT. Namun hanya sedikit dari kaumnya yang mendengarkan dan mengikuti nasihat beliau.

Suatu hari Nabi Nuh as. melihat istri dan putranya berkumpul bersama orang-orang kafir. Betapa sedihnya Nabi Nuh as., saat melihat dengan kepala mata sendiri anak dan istrinya menyembah berhala seperti kaumnya yang sesat tersebut. Mereka ternyata selama ini telah mengabaikan semua nasihat-nasihat yang telah beliau berikan. Hingga akhirnya mereka berdua binasa dalam keadaan kafir.

Kisah tersebut membuktikan bahwa tak semua orang dapat menerima nasihat dengan baik, walau sudah berusaha memberikan nasihat dengan cara sebaik-baiknya. Sehingga terkadang marah dan sulit untuk menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah hadir di depan mata dan tentunya tak terpengaruh untuk melakukan perubahan.

Sebagaimana yang disabdakan Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., “Jika nasehat yang baik tidak memberikan pengaruh bagi perubahan seseorang, maka ketahuilah bahwa hatinya itu kosong.” 

Hati yang kosong sesungguhnya hatinya tertutup oleh kedengkian, kesombongan serta jauh dari keimanan dan ketaqwaan. Orang yang memiliki ketakwaan di dalam dirinya ada kerendahan hati untuk memberikan perhatian pada perubahan dan perbaikan diri. Teguh kepada kebenaran dan mau menerima nasihat dengan baik serta mengamalkannya. 

Menerima nasehat merupakan teladan kesadaran akan kekurangan diri sebagai manusia yang tidak sempurna. Menasihati merupakan salah satu seni menaklukkan hati orang  lain melalui perbuatan dan perkataan lemah lembut,  melalui cara rahasia dan sembunyi-sembunyi atau dengan memperlihatkan akhlak yang mulia. Tentunya dilakukan supaya tidak merasa menggurui dan tidak merasa sakit hati.  

Hanya manusia yang berfitrat suci dan bersih yang bersedia mengikuti nasihat dan dapat berpengaruh kepada perubahan diri yang lebih baik.

Visits: 298

Liana S. Syam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *