Menjadi Orang Tua Mengajarkan Cinta Tanpa Syarat

Alkisah sepasang pengantin baru dengan keadaan perekonomian yang sangat sederhana baru saja melangsungkan pernikahan. Usia mereka sudah tak muda lagi, tahun depan mereka genap 30 tahun. Mereka menikah semata-mata hanya untuk menggenapkan keimanan.

Sebulan kemudian sang istri mulai menampakkan tanda-tanda kehamilan. Tentu saja itu merupakan sesuatu yang membahagiakan. Tak disangka secepat itu mereka diberi amanat oleh Sang Pencipta. Akan tetapi, kebahagiaan itu ternoda oleh kondisi perekonomian yang belum mapan serta sang suami yang tak punya penghasilan tetap. Mereka berusaha menyikapi kelemahan ini dengan terus bermunajat kepada Yang Kuasa agar kiranya diberikan jalan untuk perbaikan ekonomi mereka.

Waktu terus berlanjut sampai akhirnya sang bayi pun lahir. Derai air mata bahagia dan kebingungan untuk melunasi hutang persalinan menghiasi wajah mereka. Tapi Allah SWT. selalu memberikan jalan keluarnya. Seiring dengan pertumbuhan anaknya, keadaan perekonomian pun mulai membaik sampai akhirnya kini anaknya sudah duduk di bangku kuliah.

Ketika dahulu mulai menimang anaknya, sang istri selalu memperdengarkan lantunan ayat suci yang dibacakan pada sang anak. Bahkan waktu masih dalam kandungan lantunan ayat suci selalu diperdengarkan. Tujuannya hanya satu, mengenalkan sang bayi pada Tuhannya. Ketika bayi sudah lahir, setiap kali akan melaksanakan salat sang ibu selalu membisikkan di telinga anaknya kalau dia akan melaksanakan salat. Tak lupa dia pun mengajak sang bayi untuk salat lalu menidurkannya di samping tempat sujudnya.

Saat anaknya mulai masuk sekolah dasar, setiap waktu salat sang ibu selalu mengingatkan anaknya yang tengah asik bermain untuk salat bila waktu salat sudah berkumandang. Tak heran bila kini setelah anaknya beranjak dewasa kebiasaan baik ini menempel jadi karakternya. Ternyata mendidik anak penuh dengan usaha yang tak sebentar bahkan harus terus-menerus. Tidak ada kata selesai dalam pendidikan selama apa yang jadi tujuan pendidikan belum tercapai.

Menjadi orang tua adalah satu karunia dari Allah SWT. kepada makhluk-Nya. Orang tua menjadi tonggak estafet bagi kelangsungan tauhid Ilahi di muka bumi. Hal ini sesuai dengan ketetapan Allah SWT. dalam kalam-Nya bahwa, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [1]

Menjadi orang tua bukan sekedar melanggengkan keberadaan manusia di muka bumi. Orang tua mempunyai tugas yang mulia untuk meregenerasi anak keturunannya, paling tidak mempunyai kualitas yang sama baiknya dengan diri mereka. Amanat sebagai orang tua yang telah Allah SWT. anugerahkan merupakan satu karunia yang penuh tantangan. Hanya dengan karunia Allah SWT. pulalah kita bisa menjadikan amanatnya sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti yang diungkapkan oleh Nicholas Sparks, seorang novelis dan penulis skenario Amerika, “Bagaimana rasanya menjadi orang tua. Itu satu di antara hal tersulit yang pernah kamu lakukan, tetapi sebagai gantinya itu mengajarkanmu arti cinta tanpa syarat.”

Kebahagiaan orang tua bukan terletak dari berlimpahnya harta dunia pada anaknya, tetapi ketika melihat anaknya bisa menjadi seorang hamba yang saleh. Tunduk taat pada perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya serta menjadi pewaris risalahnya. Mereka tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa ketentraman dalam kehidupan masa tuanya. Sehingga terwujudlah doa, “Wahai Tuhan kami! Anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami penyejuk mata kami; dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [2]

Semoga kita bisa meraih hal yang demikian. Aamiin.

Referensi:
[1] QS. Adz-Dzariyat 51: 56
[2] Al-Furqan 25: 75

Visits: 78

Erah Sahiba

3 thoughts on “Menjadi Orang Tua Mengajarkan Cinta Tanpa Syarat

  1. Kebahagiaan orang tua bukan terletak dari berlimpahnya harta dunia pada anaknya, tetapi ketika melihat anaknya bisa menjadi seorang hamba yang saleh. Tunduk taat pada perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya serta menjadi pewaris risalahnya. Mereka tumbuh menjadi penyejuk mata yang membawa ketentraman dalam kehidupan masa tuanya.

    Dada terasa bergemuruh saat membaca potongan kalimat ini, saya yakin banyak orang tua yang memiliki harapan yang sama dengan penulis. Semoga Allah mengabulkan semua harapan dan doa terbaik kita untuk anak-anak.

  2. Saya sebagai orang tua juga merasa terharu dengan kalimat itu. Apakah kita bisa menjaga anak-anak kita. Tugas yang sangat berat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *