MENJADI PEMENANG DI HARI LEBARAN DENGAN TIDAK MELANGGAR ATURAN

Tak terasa sebulan Ramadhan akan segera tergenapi. Dan perlahan-lahan ia mulai beranjak pergi. Berganti hari dengan Idul Fitri, yang kini tinggal menghitung hari.

Tidak bisa dipungkiri bahwa bulan Ramadhan kali ini harus kita jalani dengan suasana yang begitu mendung. Beberapa kebiasaan bulan Ramadhan yang biasanya bisa bebas kita lakukan, tahun ini terpaksa kita bendung.

Tentu sedih tak bisa bebas melaksanakan shalat Tarawih di masjid seperti tahun-tahun sebelumnya. Mungkin juga kesal tak bisa bebas mengadakan acara buka puasa bersama. Dan bagi sebagian masyarakat kita, menu berbuka puasa tak bisa meriah sebagaimana biasanya.

Bulan Ramadhan kali ini, yang hadir di tengah pandemi, memaksa kita untuk berkontemplasi. Sudahkah kita berhasil meresapkan nilai dan hakikat puasa dalam diri? Ataukah selama ini Ramadhan hanya menjadi rutinitas belaka dan sekedar tradisi?

Ramadhan yang hadir tahun ini, sebenarnya memuat pesan berharga dari Allah Ta’ala. Kita perlu mengingat lagi salah satu nilai dan hakikat puasa yang mungkin mulai tersisih.

Puasa di bulan Ramadhan sejatinya adalah momen untuk melahirkan kebaruan. Kebaruan dalam jasmani, kebaruan dalam rohani, dan tak lupa kebaruan dalam kemanusiaan.

Melalui puasa, Allah Ta’ala mengajarkan kita untuk menahan diri. Menahan diri dari makan, minum, emosi, dan juga segala hawa nafsu dan ego pribadi. Karena dari menahan diri inilah, akan bisa lahir jiwa-jiwa yang baru. Jiwa-jiwa yang lebih sehat jasmaninya, jiwa-jiwa yang lebih berkualitas rohaninya, dan juga jiwa-jiwa yang lebih kuat rasa kemanusiaannya.

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan.” (QS. Al-Baqarah 2: 184)

Berpuasa, menahan diri, sejatinya memelihara kita dari segala keburukan. Termasuk hari ini, menahan diri dengan tidak melanggar aturan, insya Allah menjaga kita dari segala keburukan yang bisa diakibatkan oleh wabah virus ini.

Bukan tanpa makna bila Idul Fitri juga dinamakan Hari Kemenangan. Ia dinamakan demikian, karena menjadi hadiah bagi mereka yang menang. Menang melawan hawa nafsu, menang melawan ego.

Kemenangan sejati hanyalah milik mereka yang berhasil meresapi nilai dan hakikat puasa dalam diri. Bukan hanya sekedar menjadikan lebaran sebagai seremoni, atau bahkan selebrasi. Tapi tetap menjadi pribadi-pribadi lama yang terpenjara dalam nafsu dan ego pribadi.

Padahal, di masa pandemi ini, ada begitu banyak orang yang bergantung pada tindakan kita hari ini. Para tenaga kesehatan yang sudah berbulan-bulan tak bertemu dengan keluarga. Para pekerja yang harus kehilangan sebagian bahkan seluruh pemasukan hanya agar wabah ini segera menghilang. Terlebih lagi, orang-orang tersayang yang kesehatannya bergantung pada kebijaksanaan kita hari ini.

Orang-orang yang memutuskan untuk tak peduli, pasti ada saja. Hari-hari ini kita disajikan dengan berbagai pemandangan yang membuat patah hati.

Ada yang dengan begitu santainya berkerumun memenuhi pasar, demi bisa memiliki menu yang tetap meriah untuk lebaran di rumah. Ada yang begitu semangat berjubel memenuhi pusat perbelanjaan, demi bisa berburu baju baru dengan potongan harga yang membuat nafsu menderu. Juga ada yang begitu cerdik mencari berbagai cara, untuk tetap bisa mudik, demi bisa berkumpul dengan sanak saudara walau wabah sudah sedemikian mencekik.

Sudah bisa diduga, angka kasus positif covid 19 langsung melonjak tinggi, bertambah nyaris seribu orang dalam sehari.

Tapi, memang hanya kecewa yang akan kita dapatkan bila berharap pada manusia. Jangan sampai kita patah arang. Karena sejatinya, kita bisa menjadi pemenang.

Karena itu, untuk kalian yang memutuskan untuk tetap di rumah, walau nanti masakan lebaran tak begitu meriah, terima kasih!

Untuk kalian yang menghindari kerumunan, walau harus berlebaran tanpa baju baru yang diskonnya bertebaran, terima kasih!

Untuk kalian yang tak mudik, walau lebaran akan sendiri dikungkung sepi, terima kasih!

Apa yang kalian lakukan hari ini, akan menjadi catatan sejarah. Bahwa kalian menjadi bagian dari mereka yang berjuang, untuk segera menjadikan wabah ini menghilang.

Dengan tidak melanggar aturan, kalian adalah pemenang.

Dengan memutuskan untuk menghindari kerumunan dan juga tidak bepergian, kalian telah lahir menjadi jiwa-jiwa yang baru. Kalian menjadi manusia-manusia yang telah berhasil meresapkan nilai dan hakikat puasa ke dalam diri kalian.

Kalian berhasil menjadi pribadi-pribadi yang mampu menguasai nafsu dan ego pribadi. Kalian berhasil menjadi hamba-hamba yang Allah Ta’ala kehendaki. Yaitu menjadi manusia yang bisa menahan diri.

Kalian-lah orang-orang yang bisa dengan sepenuh hati merayakan Idul Fitri. Karena kalian sudah menjadi sebenar-benarnya pemenang. Dan kepada kalianlah sebenarnya lebaran ini Allah Ta’ala hadiahkan.

Jangan menyerah, para pejuang! Selamat Idul Fitri, para pemenang!

Visits: 37

Lisa Aviatun Nahar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *