
MENYAMBUNG NYAWA DENGAN NYAWA
2020 Akan menjadi tahun yang sangat bersejarah bagi bumi pertiwi kita. Bumi tercinta ini kedatangan tamu tak diundang bernama COVID-19 atau orang lebih mengenalnya dengan istilah Virus Korona.
Makhluk berukuran nano meter ini mampu menggemparkan seisi jagad raya. Bumi seperti berhenti berotasi. Ia mampu meluluh lantahkan tatanan dunia. Ia membuat kota metropolitan menjadi kota mati yang tak berpenghuni. Menjadi sunyi… sepi…
Tak ada asap pekat kendaraan, tak ada orang lalu lalang, tak ada suara riuh penghuni bumi.
Kini dunia banyak ditinggal penghuninya. Mereka pergi tanpa berpamitan, tanpa bersalaman.
Makhluk tak kasat mata ini bukan jin atau genderuo tapi mampu meluluh lantahkan dunia. Dia lebih dari badai topan, banjir bandang, bahkan tsunami. Padahal ia tak lebih besar dari bakteri tapi berdampak menghancurkan tatanan kehidupan kita.
Manusia dibuat tak berdaya olehnya. Dia menjadi trending topic dimana-mana. Di televisi, instagram, facebook, watshapp bahkan di hutan belantara di pedalaman Afrika sana. Tak ada habisnya bahan untuk setiap menusia membicarakannya.
Tak ada persekolahan, tak ada perkuliahan, tak ada pekerjaan, tak ada kerumunan, tak ada aktifitas sosial, seperti kota mati yang tak berpenghuni. Semua membatasi diri dari pergerakan sekecil apapun.
Saat dia menginfeksi jutaan jiwa, disana kemanusiaan diuji, nyawa dipertaruhkan untuk nyawa.
Kebahagiaan kita harus dipertaruhkan untuk sebuah tujuan, ya kemanusiaan. Mau tidak mau kita harus menyambung nyawa dengan nyawa. Membuktikan bahwa kemanusiaan lah yang mampu melawan makhluk kecil tak kasat mata itu.
Tidak ada negara yang siap dengan kedatangan virus ini. Saat kita sadar betapa berbahayanya virus ini. Saat itu pula kita baru paham, betapa kesadaran tersebut harus dibayar mahal dengan kematian ribuan manusia.
Kita pun barus sadar bahwa segala kemajuan duniawi yang menghiasi peradaban kita, dalam sekejap hancur berantakan oleh makhluk yang terlihat lemah itu. Kemanusiaan kita terenggut. Harapan mulai sirna. Orang mulai berpikir bagaimana caranya selamatkan diri sendiri dulu.
Tapi. Kemanusiaan adalah pembeda. Yang membedakan kita dari makhluk lainnya. Yang membuat kita lebih mulia dari sebuah kawanan unta. Dan ia akan terus lahir. Dari dalam nurani mereka yang bersih.
Tak peduli kalaupun nyawanya harus diberikan untuk menyelematkan ratusan nyawa. Sebab, lebih baik satu nyawa binasa, ketimbang seratus orang binasa.
Untuk itu, jangan pernah berhenti berhadap. Sebab harapan itu selalu ada.
Visits: 37