MENYIKAPI REZEKI DARI DUA SUDUT PANDANG YANG BERBEDA

Suatu hari, seorang guru dan murid sedang berdiskusi. Mereka adalah Imam Malik dan Imam Syafi’i, dua imam yang sangat masyhur di kalangan umat Islam.

Mereka sedang mendiskusikan sebuah hadits Rasulullah SAW, “Andaikan kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pada waktu pagi dengan perut kosong dan ia kembali dengan perut kenyang pada sore harinya.” (HR. At-Tirmidzi)

Sang guru, Imam Malik berpendapat bahwa seseorang cukup bertawakkal dengan benar, maka Allah pasti akan memberikannya rezeki. Menanggapi hal itu, sang murid, Imam Syafi’i memiliki pandangan lain. Ia pun segera mengutarakan pendapatnya.

“Ya Syaikh, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?” terang Imam Syafi’i. Manusia harus berusaha agar rezeki bisa datang padanya.

Keduanya saling mempertahankan pendapatnya masing-masing.

Hingga suatu ketika, Imam Syafi’i sedang berjalan-jalan dan melihat sekelompok orang sedang memanen buah anggur. Ia pun menghampiri dan membantu mereka. Setelah selesai, ia mendapatkan imbalan beberapa ikat anggur karena sudah membantu mereka.

Imam Syafi’i merasa senang karena teorinya terbukti. Ia pun bergegas menemui sang guru dan membawa anggur hasil pekerjaannya tadi.

Imam Malik sedang duduk santai, dan kemudian sang murid menghampirinya.
“Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya”, dengan semangat Imam Syafi’i menceritakan pengalamannya.

Mendengar hal itu, sang guru tersenyum dan mencicipi anggur yang dibawakan untuknya. Ia berkata, “Seharian ini aku tidak keluar dan berpikir, alangkah nikmatnya jika di hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Dan tiba-tiba engkau datang sambil membawa beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang tanpa sebab? Cukup dengan tawakkal yang benar, niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus yang lain.”

Imam Syafi’i langsung tertawa mendengar penjelasan tersebut. Guru dan murid itu pun tertawa bersama.

Visits: 165

Mumtazah Akhtar

5 thoughts on “MENYIKAPI REZEKI DARI DUA SUDUT PANDANG YANG BERBEDA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *