
Meraih Id yang Hakiki
Gemuruh takbir dan bedug menghiasi malam-malam akhir dari Ramadhan, semua Muslim bersuka cita setelah sebulan penuh menahan lapar, dahaga dan amarah. Tidak sedikit yang merayakannya dengan membeli pakaian baru, karena mungkin hal tersebut adalah analogi mengenai diri yang baru. Namun apakah itu esensi sebenarnya dari Id yang hakiki?
Sejatinya “Id hakiki yaitu Id yang seorang mukmin rayakan demi meraih ridha Allah Ta’ala” (Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.b.a). Atau Id yang hakiki itu adalah Id yang datang dengan disertai karunia-karunia dan nikmat-nikmat Allah Ta’ala yang hanya dapat diperoleh melalui ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan ketaatan kepada Hadhrat Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala menjadikan Id ini setelah kita berpuasa supaya membuat kita bergembira bahwa puasa kita telah dikabul. Karena itu, kita harus memeriksa apakah puasa kita benar-benar telah diterima ataukah tidak? Apakah Allah Ta’ala telah memberikan kita taufik untuk beribadah kepada-Nya ataukah tidak? Apakah ibadah-ibadah kita benar-benar meraih pengabulan karena boleh jadi ibadah yang kita jalankan itu tetap tidak dikabulkan ketika sebagian besar ibadah-ibadah yang kita lakukan tidak meraih pengabulan.
Id seseorang yang mengupayakan dengan kesungguhan supaya sampai pada Allah Ta’ala dan beribadah kepada-Nya disertai ketulusan serta berbakti pada sesama demi meraih ridha Allah Ta’ala, menjalin hubungan baik dengan Allah dan hamba-hamba Allah dengan kebersihan kalbu, menetapi shalat demi Allah Ta’ala saja.
Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud a.s menasehatkan pada kita mengenai itu dalam Filsafat Ajaran Islam dan bersabda: “Sesungguhnya ibadah-ibadah itu harusnya demi meraih keridhaan Allah Ta’ala bukan demi kepentingan pribadi dan bukan pula untuk pamer.”
Hal yang lumrah bila kita terlarut dalam kebahagiaan di hari lebaran, namun yang perlu diingat bahwa selain pakaian ragawi ada pula pakaian hati yang harus ikut bersih seperti baru. Selepas ini hari-hari baru akan segera dimulai, yang justru akan menjadi tantangan tersendiri saat kita tidak bersama Ramadhan lagi namun iman harus senantiasa dijaga seperti selama Ramadhan.
Visits: 52