Merdekakan Diri dari Nafsu untuk Saling Menyakiti

Berita-berita penganiayaan dan penyiksaan nyaris setiap hari terjadi membuat hati miris seakan teriris. Penyiksaan dan penganiayaan terhadap makhluk ciptaan Allah Swt. terjadi membabi buta, baik itu terhadap manusia maupun hewan. Rupanya saat ini saling menyakiti seakan-akan suatu hal yang lumrah untuk dilakukan.

Masyarakat dihidangkan kabar-kabar tentang sepasang suami istri yang saling menyakiti, penganiayaan anak di rumah atau di tempat penitipan anak. Ada lagi kasus perundungan di dunia pendidikan, penganiayaan terhadap perempuan, dan anak-anak di Palestina jadi tontonan yang tak berujung.

Semuanya mempunyai alasan, baik itu yang disebabkan oleh masalah ekonomi atau ketidakmampuan manusia dalam mengendalikan emosi. Adakah ini akan terus berlangsung menjadi makanan sehari-hari yang memilukan?

Padahal sangat jelas bahwa menyakiti seseorang adalah perbuatan yang buruk. Bahkan ada hukuman bagi seseorang yang melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut, entah itu hukuman dari manusia itu sendiri ataupun hukuman langsung dari Allah Swt.

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.”[1]

Sabda Rasulullah saw. ini berlaku untuk siapa pun yang menyakiti orang lain, terlebih lagi jika seseorang yang disakiti adalah orang yang tidak memiliki kesalahan apa pun seperti anak-anak. Begitu banyak pemberitaan saat ini tentang anak-anak yang tidak berdosa harus kehilangan masa depan mereka akibat orang-orang dewasa yang tidak bisa menahan diri.

Secara lahiriah, kehidupan manusia sudah merdeka namun secara batiniah banyak manusia yang masih terbelenggu oleh nafsu dan hasrat-hasrat duniawi. Hingga, untuk memenuhi nafsu dan hasrat mereka itu, mereka tidak segan untuk saling menyakiti, baik menyakiti fisiknya ataupun menyakiti hatinya.

Allah Swt. pun sudah mengingatkan dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki dan perempuan yang beriman tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka menanggung akibat fitnah dan dosa yang nyata.”[2]

Maka dari itu, bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah dan dosa karena menyakiti seseorang?

Pertama, hindari perbuatan menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Dengan kita mengerjakan amal-amal buruk dan menghalangi jalan kebenaran, kita telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Seperti yang sudah difirmankan Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhirat, dan Dia menyediakan bagi mereka azab yang menghinakan.”[3]

Kedua, miliki sikap memaafkan. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Dan ingatlah bahwa pembalasan terhadap keburukan adalah keburukan semisalnya, tetapi barang siapa memaafkan dan memperbaiki, maka ganjarannya ada pada Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang aniaya.”[4]

Di dalam ajaran Islam, menghukum orang yang bersalah ialah dengan memperbaiki akhlaknya. Jika diberi maaf dapat memperbaiki akhlaknya maka maafkanlah. Namun jika harus diberi hukuman, maka hukumlah yang setimpal dengan perbuatannya.

Hukuman yang kita lihat saat ini di dunia adalah sebagian kecil dari hukuman yang Allah Swt. berikan terhadap orang-orang yang suka menyakiti orang lain. Hilangnya ketenteraman dalam hati setelah menyakiti seseorang juga adalah sebuah hukuman. Sehingga, mari kita berhenti untuk saling menyakiti agar terhindar dari fitnah dan dosa serta hukuman dari Allah Swt., baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Dengan tidak menyakiti seseorang, hidup kita akan menjadi lebih tenang dan tidak akan dihantui oleh rasa bersalah. Karena, bisa saja kita mengalami kesulitan karena tanpa disadari kita telah menyakiti orang lain. Jadi, jangan menyakiti siapa pun agar doanya tidak mempersulit kehidupan kita.

Referensi:
[1] HR. Muslim
[2] QS. Al-Ahzab 33: 58
[3] QS. Al-Ahzab 33: 57
[4] QS. Asy-Syura 42: 42

Visits: 23

Laesa Nurul Kautsar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *