MIMPI BERTEMU KHALIFAH YANG MENEGUHKAN KEIMANANKU

Jika berbicara masalah mimpi, pasti kita semua akan menganggap itu hanya sebuah “bunga tidur”. Namun, secara definisi mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan atau indra lainnya dalam tidur. 

Tapi, tetap saja kita seharusnya percaya bahwa mimpi itu ada atas kehendak Allah. Dalam bahasa lain mungkin mimpi adalah salah satu cara Allah memberikan pesan kepada hamba-hamba-Nya.

Seperti sekitar 14 tahun silam. Tepatnya beberapa waktu setelah pengerusakan hebat masjid Ahmadiyah di daerah Tasikmalaya, yaitu di Jemaat Sukapura. Sejak saat itu, banyak sekali tekanan terhadap anggota Ahmadiyah. 

Sampai akupun mulai meragukan apa yang aku yakini selama ini. Teman-temanku yang lain bisa bebas melakukan apapun tanpa cibiran, ejekan, juga tekanan dari masyarakat, sedangkan aku dan anggota Ahmadiyah yang lain tidak seperti itu. 

Padahal, hubungan warga Jemaat dengan masyarakat sekitar sudah terbangun dengan harmonis. Sebelum ini, kami biasa mengambil air dalam masjid. Dimana memang air di masjid berlimpah ruah. Setiap orang bebas untuk mengambilnya kapan saja.

Saat hari raya Idul Fitri juga Idul Adha, hubungan kami dengan masyarakat demikian akrab layaknya tetangga pada umumnya. Kami saling maaf-maafan. Saling berbagi daging kurban. Entah mengapa hubungan yang demikian baik ini tiba-tiba tergantikan dengan suatu yang demikian mencekam. 

Banyaknya dorongan dari teman-teman non-Ahmadi agar aku mengkhianati keyakinanku yang membuat keyakinanku lemah. Lalu dengan polosnya aku bertanya pada Tuhan dan pada diriku sendiri, “Apa aku harus keluar saja dari Ahmadiyah?”

Namun sepertinya takdir berkata lain. Allah memberikan jawaban-Nya. Di waktu yang tepat disaat keyakinanku mulai goyah. 

Dan di suatu malam itu, aku terlelap, tidur dan bermimpi.

Di dalam mimpi itu, aku melihat masjid Jemaat Sukapura yang telah dirusak menjadi megah kembali. Aku berjalan bersama temanku yang kebetulan non-Ahmadi di pekarangan mesjid. Namun, tidak lama kemudian ia mengajakku untuk meninggalkan masjid. tapi aku menolak dan melanjutkan langkah mengitari teras mesjid. 

Aku melihat pohon lengkeng yang tinggi dan rimbun. Pohon ini biasa berbuah tiap tahun. Aku terus mengitari teras masjid sampai di halaman belakang masjid. Aku menjumpai hamparan sawah yang hijau yang menyejukkan mata jika melihatnya. 

Gunung-gunung berjajar rapi seolah seperti hendak menjaga hamparan sawah itu. Di atasnya ada langit yang membiru dengan sekumpulan awan-awan putih.

Tiba-tiba perhatianku tertuju pada langit yang dihiasi awan putih. Setelah beberapa lama memandang langit, awan itu bergerak. Saling menyatu dan membentuk huruf-huruf dalam Bahasa Arab.

Aku berdecak kagum melihat beberapa awan membentuk huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf yang aku ingat adalah fa-mim-sin-ra.

Setelahnya, aku merasakan satu ketenangan yang luar biasa. Seolah terbebas dari suatu beban fikiran yang sebelum ini aku rasa.

Selepas itu, pandanganku menajam pada sebuah titik hitam yang berada di antara awan-awan tadi. Titik hijam itu semakin lama semakin besar dan semakin berbentuk. Semakin jelas bahwa titik hijam itu berubah menjadi wujud manusia memakai jubah besar.

Sosok itu perlahan turun dari langit menuju ke arahku. Sontak aku kaget dan berlari menjauh. Aku pun bersembunyi di balik dinding namun pandanganku tak bisa lepas darinya. 

Tapi anehnya. Bersamaan dengan turunnya sosok itu. Aku mencium sesuatu yang sangat harum baunya. Entah dari mana asal wangi itu.

Sosok itu berjalan menuju pintu masjid. Aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di depan pintu, ia pun berhenti lalu menoleh ke arahku. Ia seperti memberikan isyarat agar aku mengikutinya masuk ke dalam masjid.

Dan disinilah yang membuat aku kaget sekaligus takjub. Kuperhatikan wajahnya lebih dekat. MasyaAllah, sosok itu demikian persis dengan Khalifatul Masih yang kelima, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. Beliau terlihat tengah mengenakan peci bulan. Dan beliau tampak masih muda.

Setelah itu aku terbangun. Tertegun memandangi langit-langit kamar. Menghela nafas panjang lalu mengucap istighfar. Aku berfikir, apakah ini jawaban dari Tuhan? Atas keraguan yang mulai kurasakan kepada Jemaat ini?

Tak henti-hentinya aku memuji-Nya atas kebesaran dan kuasa-Nya. Dan sejak saat itu, keyakinanku terhadap Jemaat Ahmadiyah semakin kuat dan tak tergoyahkan.

Aku makin percaya bahwa Jemaat ini adalah golongan yang memang Allah Ta’ala ridhai. Dan setelah kejadian itu, aku pun jadi sering bermimpi berada dalam masjid Jemaat, khususnya masjid Jemaat Sukapura.

Aku pernah bercerita tentang ini kepada guru yang juga seorang Ahmadi dan bertanya tentang huruf-huruf hijaiyah itu. Beliau memberikan tafsirannya bahwa huruf-huruf fa-mim-sin-ra itu adalah muqaththa’at atau singkatan dari “fahuwa masroor” yang artinya, dia adalah Masroor. 

SubhanaLlah…

.

.

.

Editor: Muhammad Nurdin

 

Visits: 348

Winie Wilia Nurunisa

1 thought on “MIMPI BERTEMU KHALIFAH YANG MENEGUHKAN KEIMANANKU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *