PENDALAMAN MAKNA SIFAT RAHMAN DAN RAHIM

“Haruskah Allah melimpahkan kasih sayang-Nya pada setiap makhluk tanpa syarat?” Pertanyaan yang seringkali mengemuka dari benak yang selalu penasaran. Dorongan sifat alamiah manusia yang egois menolak kenyataan ini. 

Teori tentang hubungan timbal-balik dan aksi-reaksi tak akan relate dengan hakikat ini. Namun sekeras apapun kita menyangkal, fakta bahwa Allah memberikan kasih sayang tanpa syarat kepada semua makhluk tak akan bisa dipungkiri.

Sifat yang hanya dimiliki Allah, di mana kasih sayang-Nya ditampakkan secara cuma-cuma dan meliputi semua makhluk disebut Ar-Rahman. Tak peduli dari belahan dunia bagian manapun, tak memandang warna kulit, dan tak mempertimbangkan apa yang diperbuat, Allah tetap memberikan kasih sayang-Nya pada mereka. Bahkan seorang ateis yang tak percaya pada keberadaan Tuhan sekalipun tak akan luput dari nikmat ini.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang susah payah menahan dirinya dari segala bentuk kelezatan dunia? Mungkinkah adil bagi mereka ketika orang lain yang tak perlu berusaha sekuat tenaga berbuat kebajikan tetap mendapat nikmat yang serupa? Mengapa mereka yang jauh dari Allah justru tetap mendapatkan kemudahan dalam segala urusannya?

Sifat Rahman yang dimiliki Allah tak akan mengikis keadilan terhadap orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dari sudut pandang orang-orang beriman, justru sifat Rahman Allah adalah bukti bahwa Allah adalah Pemilik Tunggal semua sifat kesempurnaan dan sama sekali bebas dari segala kekurangan. 

Tidak ada satupun yang bisa serupa dengan-Nya dan memiliki sifat Rahman yang sama persis dengan-Nya. Karena selain sifat Ar-Rahman, Allah pun punya sifat Ar-Rahim, dimana sifat ini merupakan perwujudan keadilan bagi orang-orang yang bertakwa.

Sifat Ar-Rahim berarti kasih sayang yang ruang lingkupnya terbatas, tetapi berulang-ulang ditampakkan. Dengan kata lain, Allah memberikan kasih sayangnya sebagai imbalan atas amal perbuatan manusia, dan menampakkannya dengan murah dan berulang-ulang. 

Kasih sayang diberikan sebagai ganjaran atas amal perbuatan kita, sehingga bagi orang-orang yang tak pernah berbuat kebaikan atau berusaha untuk meraih Allah Ta’ala, mereka tak akan mendapatkannya. 

Jelaslah bahwa hanya orang-orang yang beriman dan beramal saleh yang dapat merasakan  nikmat ini. Karena Ar-Rahim erat kaitannya dengan aksi-reaksi atau hubungan timbal-balik, maka sifat ini dapat dipakai oleh manusia.

Sifat Rahman dan Rahim berasal dari akar kata yang sama namun memiliki aspek yang berbeda. Di mana Ar-Rahman umumnya bertalian dengan kehidupan di dunia ini, sedang sifat Ar-Rahim umumnya bertalian dengan kehidupan yang akan datang. 

Karena dunia pada umumnya adalah dunia perbuatan, dan alam akhirat adalah alam tempat perbuatan manusia akan diganjar dengan cara istimewa. Maka sifat Ar-Rahman Allah memfasilitasi manusia dengan alat dan bahan untuk melaksanakan pekerjaan dalam dunia ini, dan sifat Ar-Rahim mendatangkan hasil dalam kehidupan yang akan datang. 

Maka sangat adil dan wajar jika Allah menampakkan sifat Rahman-Nya pada seluruh makhluk di bumi ini, karena tanpa sifat Rahman manusia tak akan bisa hidup dengan nyaman dan bereksplorasi di dunia ini.

Orang-orang bertakwa memiliki keistimewaan yang tak bisa dimiliki oleh mereka yang tidak bertakwa, yaitu memiliki kesempatan untuk merasakan kasih sayang dari Allah berupa sifat Ar-Rahim yang berulang-ulang dilimpahkan. Hz. Khalifatul Masih V Hz. Mirza Masroor Ahmad A.B.A. bersabda, “Ketika setiap urusan dunia selalu memperoleh hasilnya, bagaimana bisa segala urusan akhlak dan rohani tidak menghasilkan apapun?” 

Karena Allah dengan sifat Rahim-Nya memberikan kemudahan yang lebih banyak dari apa yang ditampakkan oleh sifat Rahman-Nya. Maka sungguh beruntung orang-orang yang bisa merasakan dan melihat penampakan sifat Ar-Rahim Allah Ta’ala.

Visits: 283

Mumtazah Akhtar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *