
Perbedaan antara Orang Beriman dan Orang Munafik
Dalam pandangan Allah Ta’ala, yang membedakan manusia satu dan lainnya hanyalah keimanannya. Pada hari yang sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala, maka Allah akan memisahkan di antara kita orang-orang yang baik (orang -orang beriman) dan orang -orang yang buruk (orang munafik). Kita sama-sama memahami bahwa hari di mana pemisahan itu terjadi adalah hari kiamat.
Akan tetapi ternyata pemisahan antara orang beriman dan orang munafik ini juga di lakukan Allah Ta’ala di dalam kehidupan dunia. Imam Al-Ghazali menyatakan, “Orang -orang munafik suka mencari-cari kesalahan, sementara orang-orang beriman mencari permintaan maaf.”
Mencari-cari kesalahan orang lain adalah salah satu sifat orang-orang munafik karena mereka senang mengadu domba. Orang munafik jauh dari kata jujur, dusta adalah biasa baginya. Karena terbiasa berdusta, maka biasanya orang munafik pasti akan terjatuh pada fitnah. Dan fitnah ini biasanya juga terjadi karena suka mencari-cari kesalahan orang lain.
Padahal, Rasulullah saw. telah menasehatkan, “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya dan keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian meng-ghibah kaum muslimin dan jangan pula mencari-cari keburukan mereka, karena sesungguhnya barangsiapa mencari-cari keburukan mereka pasti Allah mencari-cari keburukannya dan barangsiapa yang Allah mencari-cari keburukannya pasti Allah mencampakkannya di rumahnya sendiri.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud)
Betapa berbahayanya bila kita masuk sebagai orang-orang munafik. Allah Ta’ala yang Maha Sattar (Menutup Aib), akan mencari-cari sendiri keburukan kita dan akan mencampakkan kita. Padahal tanpa Allah Ta’ala, kita hanyalah seonggok daging tanpa daya.
Sedangkan di sisi lain bagi orang-orang yang beriman mereka senantiasa suka meminta maaf atas kesalahannya yakni, “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan dan harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal dan maafnya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada manfaatnya harta dan dinar atau dirham.
Jika ia punya amal shalih, akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR Bukhori Muslim)
Dari sini bisa kita lihat bahwa pemisahan antara orang beriman dan munafik pun bisa kita saksikan di dunia ini juga. Karena tanda-tandanya jelas dan ada dalam Al-Qur’an maupun hadits.
Allah Ta’ala menjanjikan ganjaran pahala bagi kita yang memilih untuk bertahan dalam keimanan dan selalu berjuang untuk menggolongkan diri di antara orang-orang baik. Sebagaimana Dia berfirman:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu sekarang ini hingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memperlihatkan yang gaib kepadamu. Tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu ada ganjaran yang besar.” (QS. Ali ‘Imran 3: 180)
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan memberi kita kesempatan untuk melunturkan dosa-dosa dengan memberi kita peluang untuk meminta maaf pada saudara yang pernah kita sakiti. Semoga kita termasuk orang-orang beriman dan terhindari segala sifat juga konsekuensi dari menjadi orang-orang munafik. Aamiin YRA.
Visits: 1332