PERJALANAN PANJANG PENUH LIKU MENCARI TUHAN

Perkenalkan nama saya Nike. Tentu ini bukan nama asli. Apalagi jika dikaitkan dengan Nike Ardila. Tapi kisah yang akan saya ceritakan benar-benar asli. Berisi penggalan hidup saya mencari kebenaran. Disaat saya benar-benar rapuh waktu itu.

Entahlah, saya juga tak mengerti, mengapa saya bisa mengenal Ahmadiyah? Saya juga tak mengerti mengapa saya jadi ingin terus mempelajari tentangnya. Padahal terdapat luka menganga yang telah diciptakan seorang pemuda Ahmadi kala itu.

Inilah kisahku…

Saya seorang perempuan biasa yang tinggal di sebuah kota di Jawa Tengah. Sekitar empat tahun lalu, saya pernah gagal menjalin hubungan serius dengan seorang laki-laki.

Disitu saya merasa terpukul, orang tua saya kecewa dan sedih tetapi mereka berusaha untuk kuat menerimanya. Melihat orang tua saya kuat saya pun mencoba untuk kuat demi orang tua dan perlahan saya menyembuhkan luka saya dengan bekerja dan fokus untuk karir saya.

Empat tahun berlalu. Luka lama itu pun hilang tergantikan dengan karir saya yang semakin baik. Tapi tetap saya belum bisa membuka hati untuk laki-laki.

Sampai pada suatu ketika saya memiliki teman kantor, dia sering berfoto dengan saya dan memposting foto tersebut di media sosial. Disini babak baru dalam hidup saya terjadi,

Berawal dari postingan sahabat saya, saya mendapat pesan dari seseorang pemuda Ahmadi yang ternyata dia adalah teman kuliah sahabat saya. Saya dan pemuda Ahmadi tersebut intens berkomunikasi melalui telepon karena saya dan Pemuda Ahmadi berbeda kota.

Singkat cerita, kami menjalin hubungan dan hampir tiap bulan Pemuda Ahmadi itu datang mengunjungi saya.

Kami akhirnya berkomitmen untuk menjalin hubungan serius. Hingga pada suatu ketika Pemuda Ahmadi itu datang untuk menemui orang tua saya dan mengatakan bahwa ia akan menikahi saya.

Saat itu perasaan saya campur aduk antara senang dan takut. Saya senang karena ada laki-laki yang berani mengungkapkan niat baiknya kepada orang tua saya. Tapi pada sisi lain, saya masih trauma akan kejadian masa lalu saya.

Ia meyakinkan saya dan akhirnya saya memantapkan hati untuk menerimanya.

Hubungan kami berjalan normal tanpa ada masalah, bahkan kami telah menetapkan tanggal untuk hari baik kami. Hingga pada suatu hari, ia berkata pada saya bahwa dia seorang Ahmadi.

Saya tidak terlalu mempermasalahkan karena menurut saya semua itu sama. Kita satu agama dan kita menyembah Tuhan yang sama.

Ia berkata lagi kepada saya, apabila saya mau bai’at dan belajar mengenai Ahmadiyah kami bisa bersama. Saya mengiyakan permintaannya. Saya berkata bahwa saya mau belajar mengenai Ahmadiyah.

Di saat saya hati saya tengah berbunga-bunga, membayangkan indahnya hari esok, menjalani kehidupan dengan seorang imam. Badai musibah datang untuk kedua kalinya.

Rupanya, orang tua Pemuda Ahmadi itu tidak menyetujui hubungan kami. Ia diliputi kebingungan. Memilih saya atau orang tuanya. Hingga akhirnyanya, ia memilih orang tuanya dan meninggalkan saya.

Untuk kedua kalinya saya merasa sangat hancur. Lagi-lagi, saya dikecewakan oleh laki-laki yang sangat saya cintai.

Waktu itu saya mencoba untuk kuat. Dan beberapa hari kemudian, saya memberanikan diri untuk menceritakan hal ini kepada ibu saya.

Setelah saya bercerita, ibu saya hanya berkata, “Sudah tidak apa, jodoh sudah diatur, ikhlaskan kalau dia memang bukan jodohmu, berdoa minta yang terbaik.”

Disaat itu saya hanya bisa menangis di pangkuan ibu saya dan saya juga melihat ibu saya menangis, sungguh perasaan saya waktu itu tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Disaat semua sudah di siapkan, pada akhirnya semua harus selesai begitu saja.

Kadang saya berfikir untuk berusaha menghubungi pemuda Ahmadi itu, tapi tidak ada respon darinya. Saya marah pada diri sendiri, saya berfikir saya hanya wanita bodoh yang bisa ditipu oleh laki-laki dengan janji manisnya. Empat tahun saya menata diri saya dan setelah luka itu sembuh, seseorang membuat luka baru yang sungguh menyakitkan.

Saya berusaha untuk tetap kuat. Tapi sulit bagi saya melupakan Pemuda Ahmadi itu. Saya mencoba menemui sahabat saya, saya bercerita dengannya tentang masalah yang saya hadapi.

Sahabat saya menganjurkan agar saya berdamai dengan diri sendiri dan memperbanyak shalat, mendekatkan diri dengan Allah dan menegakkan shalat tahajud.

Saya pun mulai rajin shalat lima waktu dan berusaha menegakkan shalat tahajud. Tapi sakit yang saya rasakan belum juga reda.

Sampai suatu hari di bulan Ramadhan, saya shalat dzuhur. Selesai shalat saya berdzikir, shalawat, dan berdoa. Saya meminta maaf pada diri saya sendiri, saya terus berdoa meminta ketenangan hati dan keikhlasan hingga tak terasa saya tertidur saat itu.

Ketika saya tidur saya bermimpi, saya ada di terminal bus. Saya ingin pulang ke rumah tetapi saya bingung mau naik bus yang mana? Tiba-tiba ada seorang bapak berkata pada saya, “Ikutin pemuda itu (pemuda Ahmadi) aja daripada bingung, itu arahnya kesana.”

Bapak itu berkata seperti itu pada saya. Lalu tidak lama saya bangun, entah apa yang saya pikirkan saat itu juga saya langsung mengambil handphone saya dan saya mengubungi admin ahmadiyah.id.

Saya meminta kontak Mubaligh di kota saya, tidak lama admin tersebut mengirimkan kontak bapak Mubalig di daerah saya. Tanpa pikir panjang saya langsung menghubungi beliau, dan alhamdulilah saya bisa menemui beliau hari itu juga selepas buka puasa.

Hari dimana saya bertemu pak Mubaligh saya menceritakan semua yang sudah saya alami. Saya sempat berfikir beliau tidak akan menanggapi saya dengan baik karena saya adalah non-Ahmadi, tetapi fikiran saya salah.

Pak Mubalig sangat baik pada saya, beliau mendengarkan cerita saya, menasehati saya dan menguatkan saya.

Sepulang bertemu pak Mubaligh saya shalat, saya berusaha memaafkan diri saya dan berdamai dengan diri saya.

Saya mulai memikirkan ucapan pak Mubaligh,Mendekatkan diri pada Allah dan belajar Ikhlas.” Memang berat untuk ikhlas tetapi pak Mubaligh terus membantu saya untuk memperbaiki diri saya.

Beliau mulai mengirimkan artikel-artikel mengenai islam dan kesaksian-kesaksian berkaitan dengan pertolondan Allah dan hidayah-Nya. Dari artikel tersebut saya banyak belajar tentang islam, Ahmadiyah, dan kehidupan.

Banyak artikel yang menginspirasi saya. Salah satunya dari seorang penulis yang bernama Cucu Komariyah. Dan saya juga bersyukur pak Mubaligh mengirimkan saya link untuk menyimak tayangan tasyakuran menyambut hari Khilafat Islam Ahmadiyah yang telah berusia 112 tahun.

Disitu pikiran saya makin terbuka mengenai Ahmadiyah. Sungguh di luar pemikiran saya sebelumnya. Entah mengapa artikel-artikel dan tayangan tersebut seakan menjadi penyemangat bagi saya untuk melupakan semua masalah yang saya alami.

Berkat artikel dan tayangan yang dikirimkan pak mubaligh, saya bukan hanya belajar tentang keikhlasan tetapi juga kesabaran, kekuatan dan kemanuasian.

Disaat pandemi Covid, kantor tempat saya bekerja sudah memPHK sebagian stafnya. Hari kerja saya pun tidak seperti biasanya. Tapi entah kenapa rasa khawatir itu seakan hilang dalam hidup saya. Dalam hati saya berkata, “wis orapopo, slow.”

Ujian yang datang dalam hidup saya memberikan saya pelajaran, membawa saya pada orang-orang yang akan menunjukan jalan kebaikan pada saya. Tanpa adanya ujian tersebut mungkin saya tidak akan pernah sadar.

Alhamdulilah Allah mempertemukan saya dengan Pemuda Ahmadi itu yang membuka jalan saya untuk mengenal Ahmadiyah, dan alhamdulilah Allah telah mempertemukan saya dengan Mubaligh di daerah saya yang banyak mengajarkan saya tentang kebaikan dan mematahkan fikiran saya tentang Ahmadiyah.

InsyaAllah saya akan mempelajari Ahmadiyah sampai Allah memberikan hidayah untuk saya untuk bai’at.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 96

5 thoughts on “PERJALANAN PANJANG PENUH LIKU MENCARI TUHAN

  1. Saya jarang sekali membaca artikel2 yang link-nya dishare di medsos. Tapi saya tertarik ketika melihat link artikel ini. Saya bsca sampai akhir, dan masya Allah… isinya luar biasa. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan petunjuk dan mencurahkan karunia terbaik-Nya., termasuk imam dan pendamping hidup idaman kepada penulis artikel ini. Aamiin.

  2. Mubarak.. Semoga pintu karunia Nya terbuka untuk saudari kita “nike” menjadikanya berada dalam bahtera Ahmadiyah. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *