
[BERKAH JALSAH] Menjadi Orang Penting Sehari
Jalsah Salanah atau Pertemuan Tahunan adalah sebuah momen yang sangat penting bagi kami Ahmadi. Kehadirannya senantiasa dinanti. Karenanya ketika akan diadakan jalsah di Pulau Numbing, tak terkira betapa bahagianya kami para anggota Ahmadi di Batam. Walau kemudian ada sesuatu yang membuat kami dilanda gelisah, bisakah kami menghadiri Jalsah tahun ini?
Sekitar tahun 2016, jalsah daerah kepulauan Riau akan dilaksanakan di pulau Numbing. Kami anggota Ahmadi Batam sudah bersiap berangkat ke sana dengan menggunakan kapal feri. Namun, sesampainya di Tanjung Pinang, rombongan kami sudah disambut oleh bapak-bapak dan ibu-ibu polisi. Ketua rombongan diinterogasi. Sambil menunggu Pak Ketua, kami pun duduk-duduk di pinggir pos pelabuhan.
Ada beberapa polisi yang menanyakan tujuan kami dan menanyakan siapa pemimpin rombongan, “Apakah ini sama dengan rombongan yang dipimpin oleh Bapak Maulana Ginting (Mubaligh Batam dan Daerah Kepri waktu itu)?” Kami hampir serempak menjawab, “Ya.”
Kemudian ada juga yang menyuruh kami balik lagi ke Batam, “Karena ombak kuat,” kata Bapak Polisi tersebut. Padahal kami lebih takut tak jadi Jalsah daripada menerjang ombak. Kan, nenek moyang kami orang pelaut. Hehehe.
Sebenarnya kami juga tahu maksud baik polisi-polisi itu. Mereka bertujuan melindungi kami dari ancaman sebuah ormas yang katanya tidak segan-segan melukai kami kalau kami nekat mengadakan Jalsah di Numbing.
Ibu-ibu kemudian menjawab, “Kami tidak takut mati, Pak! Apakah mereka tetap akan mencelakai wanita dan anak-anak juga?” Yah… Siapa sih yang bakalan menang debat melawan ibu-ibu?! Begitu juga para polisi itu yang akhirnya terdiam tak bisa menjawab. Kami pun kembali diam dan memilih menyibukkan diri dengan berdoa, sambil menunggu keputusan bapak Ketua Cabang dan bapak Ketua Rombongan.
Akhirnya saat yang kami tunggu datang juga, Bapak Ketua sudah selesai diskusi dengan para polisi tadi. Dan hasilnya sangat mengecewakan kami, kembali kami dituntut untuk mengalah dan tidak bisa menghadiri Jalsah. Jalsah sendiri alhamdulillah tetap terlaksana walau kami tak bisa menghadirinya.
Untuk sedikit menghibur kami, maka bapak Ketua mengajak kami semua berwisata ke Pantai Lagoi di Pulau Bintan. Perjalanan wisata kami waktu itu bak rombongan artis. Bagaimana tidak? Kami dikawal polisi keliling Lagoi.
Dan ada satu kisah yang tak terlupakan. Waktu itu rombongan LI dan NAI dikawal oleh polwan dan bapak-bapak polisi. Saat mau ke kamar kecil pun kami ditunggui mereka. Wah! Benar-benar sudah seperti orang penting! Kemanapun kami pergi, kami dikawal. Bahkan buang air kecil dan sholat juga ditungguin.
Perjalanan Jalsah yang berubah menjadi perjalanan wisata ini tidak saja meninggalkan kenangan tersendiri. Ada hikmah berharga juga untuk kami. Berkah sebuah Jalsah selalu memberikan pengalaman-pengalaman berharga bagi kami, walaupun kami sendiri pada akhirnya tak bisa menghadiri Jalsah.
Tentu kami merasa begitu sedih, sangat sedih. Tapi di sisi lain, saat itu hati kami, kecintaan kami buat Nizam Khilafah Ahmadiyah diuji. Saat itu kami merasa ikhlas dan siap mengorbankan apapun, sekalipun maut menjemput kami. Tekad kami tetap teguh untuk terus membela jemaat ini walaupun jiwa dan raga kami dipertaruhkan.
Tak tersirat rasa takut sedikitpun dari wajah ibu-ibu LI yang ikut dan ditanya oleh polisi satu-satu. Mereka benar-benar sudah ikhlas bila hal buruk terjadi. Tapi Allah SWT berkehendak lain, justru hal yang kami khawatir berbanding terbalik.
Kami justru menjadi bagaikan ‘top star’ waktu itu. Dikawal sedemikian rupa kemanapun kami pergi. Kami juga dihindarkan dari gelombang laut yang waktu itu sangat tidak memungkinkan untuk bepergian dengan kapal.
Itulah kekuasaan dan janji Allah untuk melindungi Jemaat-Nya. Dan alhamdulillah kami juga mendapat karunia berupa pengawalan bapak polisi dan ibu polwan yang sudah bersusah payah serta sabar dalam menjalankan tugasnya. Terima kasih, Bapak dan Ibu Polisi.
.
.
.
editor: Lisa Aviatun Nahar
Visits: 70
Jazakumullah buat team editor Islam Rahma yang telah mengemas dan memposting tulisan saya.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat Jemaat dan juga semua yang turut membacanya. Aamiin Ya RobbalAlamiin.
Masyaallah…bagaimana rasanya dikawal polisi ?degdegan ga?
Saat itu sebenarnya posisi hati sangat kecewa krn gagal menghadiri Jalzah yg cuma ada setahun sekali, jadi tdk ada rasa deg-degan sama sekali, krn kami masih berharap diijinkan berlayar ke Numbing. Padahal waktu itu pemerintah setempat sudah mengijinkan diadakan jalsah, tapi entah mengapa tiba-tiba ada larangan, kami cuma nurut aja sesuai himbauan bpk Mubaligh waktu itu. Agar bersabar dan lebih baik mengalah. Krn alasan mereka yang diperoleh cuma Cabang Numbing dan keluarga bapak Mubaligh saja.
Alhamdulillah dr tulisan di atas, jemaat bisa adakan jalsah salanah walaupun masih banyak halangan ya. sy dulu awal th 90an pernah merantau di Batam,bintan saat itu jemaat anggotanya sedikit sekali masih cabang tersiar istilah dulu begitu. Syukurlah moga makin maju.wassalam