
HAKIKAT SYAITAN DIBELENGGU SAAT RAMADHAN
Ada sebuah hadits masyhur yang biasa kita dengar saat Ramadhan tiba:
“Ketika masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Mungkin, untuk dua hal pertama pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup tak terlalu mengundang banyak tanya. Tapi untuk “syaitan-syaitan dibelenggu” seringkali menimbulkan rasa penasaran yang membuat orang bertanya-tanya. Apa maksudnya?
Bahkan tak sedikit yang dengan polosnya memaknai “syaitan dibelenggu” bahwa ketika bulan Ramadhan, mereka jadi berani untuk pergi ke kamar mandi malam-malam sendirian. Ketika ditanya, kok berani? Jawabnya, bulan puasa para syaitan sedang dibelenggu, tidak berkeliaran.
Kalau memang syaitan dibelenggu, mengapa masih banyak kita temukan perilaku syaitani selama bulan Ramadhan? Tentu ini menjadi pelik dan seolah terlihat bertabrakan dengan realita.
Untuk memecahkan kepelikan ini, kita perlu tahu terlebih dahulu apa itu syaitan? Apa makna di balik kata itu?
Syaitan merupakan tiap-tiap sesuatu yang jahat. Syaitan juga dapat berarti, segala perbuatan yang dapat menjerumuskan manusia untuk menjauh dari Allah dan menjadi manusia pembangkang.
Puasa pada hakikatnya serupa benteng yang melindungi manusia dari gempuran syaitan. Sebab puasa tak berhenti pada meninggalkan makan dan minum saja. Tapi juga meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah Ta’ala.
Ramadhan seolah menyediakan sebuah iklim rohani dimana setiap umat Islam berpacu pada amal saleh. Di bulan-bulan lainnya, iklim serupa tak dapat kita rasakan sekuat di bulan Ramadhan ini.
Jadi, maksud syaitan dibelenggu adalah “was-was” yang biasa syaitan resapkan dalam hati manusia seolah tertahan oleh sebuah benteng yang bernama “puasa”. Benteng inilah yang membuat syaitan kesusahan untuk menggelincirkan manusia. Sehingga syaitan tidak bebas lagi mengganggu orang-orang yang beriman.
Namun. Benteng tersebut tidak tercipta bagi mereka yang tidak menaruh hormat pada bulan Ramadhan. Mereka lalai mengisi hari-harinya dengan ibadah. Mereka juga merampas hak orang lain. Bahkan mereka tak segan mendatangkan kesusahan bagi orang lain.
Bagi orang-orang yang tidak dalam penjagaan puasanya ini, mereka tengah dicengkram oleh syaitan. Syaitan bukannya terbelenggu, tapi justru ia tengah menjerat dan menguasai hati manusia.
Jadi. Terbelenggunya di bulan Ramadhan syaitan tergantung kita. Apakah kita mau menciptakan benteng takwa dari sebuah olah lahir juga batin? Atau kita mau membiarkan puasa kita hampa dari pesan takwa, yang pada akhirnya membuat kita tak terlindungi dari bisik rayu syaitan?
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 1099