
Keutamaan Sikap Menutupi Aib Orang Lain
Allah SWT telah memberikan kenikmatan bagi manusia untuk dapat berbicara, bercerita, bercanda dan tertawa dengan manusia lainnya. Bersamaan dengan hal itu, ada hal yang harus kita sadari.
Kenikmatan apapun yang telah Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya tentu tidak diberikan hanya untuk bersuka ria, apalagi untuk membuahkan dosa. Begitu pula dengan nikmat lisan.
Namun, pada kenyataannya, saat ini kita seakan telah terbiasa menyaksikan beberapa orang dengan mudahnya mengumbar keburukan juga aib orang lain secara langsung ataupun tidak langsung.
Jari jemarinya asyik dimainkan dan mengetikkan hal-hal yang tidak sepatutnya disampaikan kepada orang lain. Bahkan dengan mudahnya mereka memviralkan potongan ucapan seseorang di media sosial.
Tentu kita meyakini bahwa Allah Ta’ala jauh lebih mampu memerintahkan para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh ucapan manusia. Tak terlewat sekecil apapun itu, baik ucapan itu disampaikan dengan berteriak, lirih, maupun hanya berbisik.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, kecuali di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)
Tidak dapat dipungkiri bahwa secara naluriah manusia memiliki sifat egois. Tidak memikirkan perasaan orang lain dan dengan seenaknya mengumbar keburukan atau kelemahan orang lain. Sampai kita lupa untuk memperbaiki diri sendiri.
Memang terasa berat meninggalkan perbuatan dosa yang satu ini. Menahan lisan itu tidaklah semudah menahan dahaga. Orang dengan mudahnya tidak minum, meskipun terik matahari menyengat.
Namun, menahan tidak membicarakan keburukan orang lain di saat kita tahu segala tentangnya, itu berat. Karena beratnya, maka besar pula balasan bagi dia yang mampu menjaga lisannya dari mengumbar aib orang lain.
Hal ini terdapat dalam sebuah hadits Dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)
Terdapat sebuah kisah yang patut menjadi contoh bagi kita pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Suatu ketika, seorang laki-laki datang membawa berita kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab.
Laki-laki itu berharap akan mendapatkan tanggapan yang baik dari khalifah yang terkenal tegas dan gagah berani itu. Dia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, saya melihat si Fulan dengan si Polan berpelukan di balik pohon kurma.”
Namun, apa yang didapatkan laki-laki itu? Alih-alih mendapat pujian karena merasa menegakkan nahi munkar, si laki-laki ini malah dijambak jubahnya oleh Hadhrat Umar r.a.
Sang Khalifah lalu mengacungkan cambuk kepadanya seraya berkata, “Kenapa tidak kamu tutupi kesalahannya dan harapkan kesadaran serta taubat mereka? Bukankah Rasulullah telah mengatakan, ‘Barangsiapa menutupi aib atau kesalahan saudaranya, maka Allah akan menutupi pula aibnya baik di dunia maupun akhirat?'”
Pada kesempatan lain, Hadhrat Umar r.a. pernah berpesan kepada khalayak ramai tentang prinsip fiqh yang istimewa. Kata beliau, “Beginilah seharusnya kalian berbuat, jika kalian melihat saudara kalian tergelincir, maka tegakkan dan betulkanlah serta mohonkanlah kepada Allah agar Dia menerima taubatnya. Janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk menyesatkannya.”
Dari kisah Hadhrat Umar r.a. di atas, dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa sebagai sesama Muslim, kita dianjurkan untuk saling menutupi aib saudara-saudara kita yang lain.
Jangan sampai kita jadi terlalu sibuk mengumbar aib orang lain tapi malah lupa untuk bercermin pada diri sendiri, apakah kita sudah lebih baik dari orang itu. Pusatkan pikiran kita untuk memperbaiki keburukan-keburukan kita dan aib-aib kita agar kita mendapat kasih sayang Allah Ta’ala.
Sebagaimana pemimpin kita Hz. Khalifatul Masih V, Hazrat Mirza Masroor Ahmad a.b.a bersabda, “Untuk menarik karunia Allah, kita harus fokus pada aib-aib kita bukannya memandang atas aib-aib orang lain. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan belas kasih dan berkat Allah.”
Ingatlah! Bertepuk tangan di dalam dulang, airnya akan mengenai muka kita. Demikianlah ibaratnya, jika kita membuka aib saudara kita, dampaknya pun akan kembali kepada kita sendiri.
Insya Allah, jika kita berusaha untuk menutupi aib saudara kita, Allah pun akan menutupi aib kita di dunia sekarang yang sedang kita jalani ini serta di akhirat nantinya.
“Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
Visits: 832
Masya Allah….
Allahu Akbar, Ya Allah Yang Maha Menyembuhkan