
Doamu Tak Dikabulkan Tuhan, Begini Penjelasannya
Doa. Setiap manusia di dunia ini pasti pernah berdoa, meski ia seorang manusia yang paling ateis sekalipun. Sebab, setiap manusia yang hidup pasti memiliki suatu harapan. Apakah itu tentang pendidikan, karir, maupun jodohnya. Saat anda berharap, saat itulah anda mulai memanjatkan sebuah doa. Bukankah doa tak sebatas kata yang anda temukan dalam teks-teks agama? Tuhan anda Maha Tahu apa yang anda harapkan, meski anda mengungkapkannya dalam bahasa balita sekalipun.
Harapan sudah ada jauh sebelum agama lahir. Itulah sebabnya manusia menyembah matahari, bintang, binatang hingga patung-patung berhala. Manusia mengetahui batas kuasa yang ia miliki. Itulah sebabnya, ia berharap pada wujud lain yang dianggap jauh lebih kuasa dari dirinya. Mengapa demikian? Karena manusia telah diciptakan dengan suatu potensi yang tak dimiliki makhluk lainnya. Potensi mencari Tuhan.
Binatang tak pernah berharap. Kucing peliharaan anda yang tiap pagi merengek-rengek minta makan sambil menggosok-gosokkan kepalanya di kaki anda, itu bukanlah bentuk pengharapan. Itu hanyalah insting hewaninya, sebab ia sudah terbiasa dengan cara seperti itu untuk mendapatkan makanan. Coba kucing hutan anda pelihara, ia akan merasa lebih nyaman dengan mencari tikus got meski rupa dan baunya tak karuan.
Saat seorang manusia berharap akan sesuatu yang di luar genggamannya, saat itulah manusia mulai mencari suatu wujud yang bisa menolongnya. Potensi itu disebut fitrat, mirip-mirip dengan insting. Potensi ini memiliki kekuatan sugesti yang membuat manusia terdorong untuk memenuhi harapannya. Ia kadang tak sadar bahwa bisa jadi, wujud yang dimintainya pertolongan tak melakukan apa-apa sama sekali. Itulah fitrat manusia. Tak bisa diukur dengan nalar tapi bisa dikokohkan dengan keyakinan.
Kedatangan agama memberitahukan bahwa ada Satu Wujud yang lebih pantas untuk dijadikan tempat menaruh harapan. Yah, Wujud itu adalah Tuhan. Wujud yang menciptakan dunia ini. Wujud yang telah menyediakan sarana-sarana untuk manusia meraih kemajuan, baik itu kemajuan duniawi maupun kemajuan rohani. Dengan demikian, agama datang untuk mempermudah manusia menyempurnakan potensi mencari Tuhannya.
Muncullah sebuah permasalahan. Saat Tuhan berfirman kepada hamba-hamba-Nya, “Berdoalah, maka akan Aku kabulkan”, faktanya banyak doa-doa yang tak dikabulkan. Fakta ini membuat umat berubah pandangan tentang doa. Doa tak lagi berisi harapan pasti akan datangnya pertolongan Ilahi dalam bentuk pengabulan. Apalagi doa tak bisa berbuat banyak saat menghadapi takdir.
Akhirnya, banyak umat yang menganggap doa hanya sebatas ritual yang bernilaikan ibadah. Berdoa bukan karena seseorang memiliki harapan yang kuat akan sesuatu. Dengan berdoa dampak yang ditimbulkan berkisar pada tenangnya hati sebab manusia hanya bisa pasrah menghadapi takdir. Jadi, kekuatan doa bukan pada pengabulannya, ia lebih kepada nilai saleh yang mengiringinya yang membuat seseorang bisa melewati segala keresahan yang dialami.
Malahan, ada yang sudah tak perlu berdoa. Baginya, daripada berdoa lebih baik menitipkannya kepada para Ustad atau Kiayi dalam bentuk kata amiin. Dengan meng-amiin-i diharapkan ia bisa terciprat suatu bentuk pengabulan doa, yang diucap secara cepat dan tepat. Tak penting apakah dalam doa tersebut termuat berbagai harap? Itu tak penting.
Saya mau bertanya kepada para pembaca, apakah doa tak memiliki khasiat yang luar biasa? Kalau anda menganggapnya demikian sebab doa-doa anda tak pernah terkabul, maka ada yang salah dalam diri anda.
Anda pasti tahu yang namanya manusia takkan lepas dari yang namanya sakit. Walau seseorang meyakini adanya takdir bahwa ia pasti akan sakit lalu mati, mengapa ia tetap saja berusaha memperoleh pengobatan? Ia tetap berharap pada sistem pengobatan yang ada. Apakah kita akan menyebut sistem pengobatan itu sia-sia?
Bukankah kaedah tentang khasiat obat untuk penyembuhan persis sama dengan kaedah tentang khasiat doa untuk menolong hamba-hamba-Nya? Apakah perkara yang mudah seperti ini tak dapat anda pahami? Atau anda punya pengalaman yang tidak enak saat anda berobat.
Anda diberikan suatu jenis obat lalu dikarenakan obat itu kadaluarsa atau salah diberi obat, anda menyimpulkan bahwa yang namanya sistem pengobatan itu sia-sia belaka. Apakah demikian?
Doa dan pengabulannya adalah suatu sebab-akibat yang tak bisa dipisahkan. Sebab seorang berdoa maka akan muncul pengabulannya. Itu sama seperti obat dan kesembuhan. Tiap obat memiliki suatu khasiat yang menyembuhkan. Kalau suatu obat tidak memiliki khasiat maka Tuhan tidak akan menciptakannya sebagai suatu sarana bagi kehidupan manusia.
Selalunya, anda pasti bertanya, “Buktinya banyak doa-doa saya yang tidak dikabulkan. Bagaimana ini bisa dijelaskan?” Bisa jadi belum dikabulkan, atau memang tidak akan dikabulkan.
Anda tahu teori spiritualitas google? Google memudahkan setiap permasalahan orang, khususnya yang berkaitan dengan data dan referensi. Sebelum kemunculan search engine digital ini, manusia hanya bisa mengubek-ubek perpustakaan. Banyak waktu tersita, banyak energi terkuras. Kemunculan google dalam kehidupan manusia membuat hal itu menjadi lebih cepat dan praktis. Tinggal, yang anda perlukan adalah jaringan internet yang kuat.
Begitu juga dengan kehidupan ini. Saat anda beranggapan bahwa setiap masalah dapat anda selesaikan dengan kemampuan anda, itu sama dengan mencari suatu data atau referensi di sebuah perpustakaan. Kita bisa depresi dan stres dengan berbagai masalah hidup yang sangat kompleks.
Google membuat proses pencarian data atau referensi menjadi mudah, tinggal ketik dan enter, lalu serahkan semuanya kepada mbah google. Begitu juga dengan kehidupan kita. Hadapi setiap masalah semampu kekuatan yang kita miliki lalu serahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Pada titik inilah doa berperan.
Tapi, kita butuh jaringan internet yang kuat untuk bisa mengakses google dan menemukan jawaban permasalahan kita dengan cepat. Kalau anda terbiasa memanfaatkan wifi untuk mengakses google, anda harus sedekat mungkin dengan titik keluarnya sinyal.
Begitu juga filosofi doa. Seorang manusia butuh kedekatan khusus dengan Tuhan untuk meraih jawaban dari setiap permasalahannya. Jadi, janji Tuhan bahwa setiap doa akan dikabulkan memiliki syarat sebagaimana konsep spritualitas google tadi. Sudah sedekat mana anda dengan Tuhan?
Sebuah firman Tuhan berbunyi, “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya…” (QS. Ath-Thalaq: 3-4)
Anda tahu mengapa air susu ibu bisa keluar demikian derasnya? Itu karena rengekan yang tak tertahan dari seorang anak. Bukankah kasih sayang Tuhan melampaui kasih seorang ibu yang paling baik sekalipun?
Saat seorang hamba yang sedang dihimpit kesulitan, lalu ia mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala pengharapan, keyakinan, kecintaan, kesetian, ketulusan dan keteguhan hati, lalu sejalan dengan itu ia mulai meninggalkan segala hal buruk yang membuat kedekatannya menjadi cacat, maka apakah saat sang hamba berdoa memohon jalan keluar atas tiap permasalahannya, Tuhan tidak mengabulkannya? Mustahil!
Haruskah setiap doa dikabulkan?
Tidak setiap orang yang datang ke rumah sakit benar-benar sakit. Ada orang yang menganggap dirinya sakit, saat diperiksa tak ditemukan adanya penyakit. Setelah beberapa hari, ia memang tidak sakit. Begitu juga dengan doa. Berdoa memohon sesuatu, boleh jadi hal itu tidak diperlukan bagi si pendoa. Boleh jadi, ada hal lain yang lebih ia perlukan. Sehingga pengabulan doa terwujud dalam bentuk lain yang ia perlukan.
Atau boleh jadi, pengabulan doa bisa berbentuk tidak dikabulkannya doa tersebut. Sebab, tak selamanya meminta suatu hal itu baik dalam pandangan Tuhan. Misal, seorang anak yang meminta sebilah pisau untuk mainan. Sebagai ibu yang baik tidaklah tepat mengabulkan permintaan si anak.
Jadi, janganlah takut berdoa. Sebab dengan berdoa, kita mulai merasakan bahwa Tuhan itu memang ada, bukan katanya lagi. Dengan berdoa, kita bisa mengukur seberapa dekat kita dengan Sang Pengabul doa. Dan, dengan berdoa, kita bisa mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Yuk berdoa…
Visits: 189
Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.