Buah Kegigihan R. Oesman Sabandi dalam Bertabligh

Kisah ini diawali saat penulis berjumpa dengan almarhum kakak sepupu bernama Rahman. Beliau adalah putera almarhum paman yang bernama Haryono Atmasudirdja (uwa penulis). Kakanda Rahman adalah salah satu sepupu kami yang paling anti dengan Jemaat.

Kisah ini terjadi lebih kurang 15 tahun yang lalu. Terjadi di kediaman almarhum kakanda sepupu R. Pandji Atmasudirdja di daerah Arcamanik, Bandung Wetan. Saat itu kami berkumpul dalam rangka menghadiri Pernikahan Putera Kakanda Pandji .

Saat itu Kang Rahman memanggil saya dan berkata kepada, “De… itu (menunjuk salah satu Rumah) rumahnya Pak Ismet mantunya Pak R. Oesman Sabandi yang Tokoh Ahmadiyah. Dulu almarhum uwa (Pak Haryono) selalu ditablegi (pengucapan orang Sunda) sama Pak Sabandi sekitar tahun 1950-an, tapi alhamdulillah Uwa gak pernah tertarik hingga akhir hayatnya. Pokoknya Pak Sabandi mah gagal we ngajak uwa untuk masuk Ahmadiyah, walau berbagai cara dan upaya dengan doa dan dalil sudah Pak Sabandi lakukan.”

Perlu penulis jelaskan sebelumnya bahwa Pak R. Oesman Sabandi adalah ayahanda dari Bapak Mubarik Ahmad atau yang lebih dikenal dengan nama Panggilan Pak Ekky, Sekretaris Isyaat PB JAI saat ini dan juga mertua dari Mln. R. Munirul Islam Shd.

Menurut almarhum Kang Rahman, Pak Oesman Sabandi adalah Tokoh Jawa Barat dan Pejabat Tinggi Negara, namun hari-hari beliau selalu dipenuhi dengan kegiatan tabligh menyampaikan “Risalah Kedatangan Sang Ratu Adil Haqiqi” yaitu Hazrat Masih Mau’ud as, tidak terkecuali kepada paman penulis yaitu Almarhum Bapak R Haryono Atmasudirdja

Walau pada saat itu, di jaman awal kemerdekaan secara tingkat kepangkatan uwa penulis adalah anak buah (bawahan) Bapak R Oesman Sabandi, tetapi dengan penuh kesabaran Pak Sabandi selalu mencari kesempatan untuk menablighi almarhum uwa.

Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun usaha Pak Sabandi masih belum berbuah baiat. Seiring berjalannya waktu, Allah Ta’ala tidak membiarkan upaya Pak Sabandi berakhir dengan sia-sia.

Sekitar awal tahun 60-an tiba-tiba kakak sepupu kami yang lain (almarhum Prof. Ishemat, Guru Besar IPB Bogor) berkenalan dengan para Mubaligh awalin dan menablighi dua kakak kandung penulis yaitu almarhum Pak Sis dan Pak Azhari. Alhamdulillah dengan karunia Allah Ta’ala kedua beliau berbaiat.

Penulis masih ingat bagaimana marahnya Uwa Haryono mendengar dua keponakannya berbaiat kepada Hazrat Masih Mau’ud as. Dan lebih marah lagi karena salah satu putera beliau ikut pula berbaiat.

Namun pengabulan doa dan buah upaya Pak Sabandi tidak hanya sampai disitu. Sejak jaman itu dan hingga hari ini satu persatu adik-adik, keponakan-keponakan Uwa Haryono bergabung dengaan Jemat Ilahi ini. Bahkan banyak dari keponakan dan cucu keponakan keturunan Uwa Haryono mendapat amanah untuk menjadi Pengurus di Jemaat lokal dan juga tingkat pusat.

Dari Riwayat ini kita bisa menyaksikan bahwa suatu upaya pertablighan menyampaikan risalah datangnya Sang Imam Zaman, harus terus dibarengi dengan doa dan berbagai upaya yang penuh kesabaran hingga akhir hayat.

Hingga akhirnya, buah dari pertablighan cepat atau lambat, kita semua akan bisa menyaksikan hasilnya dan kita sangat yakin bahwa Allah Ta’ala akan memberikan hasil atas semua usaha kita. Bukankah usaha tak pernah mengkhianati hasil?

Semoga kita semua mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala untuk terus menyampaikan Risalah Sang Imam Zaman dengan penuh ketekunan, kesabaran dan doa.

.

.

.

Penulis: Tauhid Tan

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 317

Tauhid Tan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *