Hentikan Diskriminasi, Mari Bersatu dalam Keberagaman

Seiring perkembangan zaman, kekerasan dan diskriminasi masih sering terjadi di belahan dunia ini. Diskriminasi tidak terjadi tanpa adanya sebab yang melahirkan akibat.

Diskriminasi terjadi ketika terdapat perbedaan dari seseorang atau kelompok orang yang diperlakukan secara tidak adil atau tidak setara, karena karakteristik atau perbedaan tertentu seperti agama, gender, ras, orientasi seksual, usia, disabilitas, budaya, kebangsaan, warna kulit, golongan, suku, atau karakteristik lainnya.

Diskriminasi ini dapat terjadi dalam berbagai konteks termasuk di tempat kerja, tempat pendidikan, lingkungan rumah, pelayanan kesehatan atau dalam masyarakat umum. Diskriminasi karena perbedaan adalah masalah serius yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan dampak negatif pada individu dan kelompok yang menjadi sasaran diskriminasi.

Diskriminasi juga banyak terjadi pada kelompok minoritas salah satunya adalah kelompok minoritas Ahmadiyah. Pandangan masyarakat tentang Ahmadiyah cenderung ambivalen, yaitu toleran dalam hal keberagaman secara umum, tetapi tidak terhadap Ahmadiyah. Beberapa faktor yang menyebabkan diskriminasi terhadap Ahmadiyah salah satu di antaranya otoritas keagamaan, citra Ahmadiyah yang dianggap sesat.

Salah satu contohnya terjadi kepada diri saya sendiri. Saya pernah mengalami beberapa diskriminasi karena berbeda keyakinan. Ya, karena saya Ahmadiyah. Kejadian itu terjadi saat saya di bangku sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Ketika dosen membahas tentang Ahmadiyah dan Imam Mahdi, dia mengatakan bahwa Ahmadiyah merupakan agama baru yang dibawa oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. yang merupakan nabi baru Ahmadiyah dan dia sesat. Seketika tubuh saya gemetar dan keringat bercucuran, dada sakit dan bergemuruh ruangan pun terasa panas.

Setelah dosen mengatakan hal tersebut, saya memberanikan diri untuk menentang semua perkataan dia. Saya katakan bahwa Ahmadiyah adalah sebuah organisasi Islam, bukan agama baru. Kami telah meyakini kedatangan Imam Mahdi dalam diri Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Saat itu saya juga menyampaikan beberapa dalil tentang kedatangan dan kebenaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.

Semenjak itu teman-teman mengetahui bahwa saya adalah Ahmadiyah dan sejak itu pula saya dijauhi dan dikatakan sesat. Lebih parahnya lagi, dosen melakukan hal yang sama. Dia tidak memberikan nilai pada mata kuliahnya yang menyebabkan nilai IPK saya turun. Selama kuliah saya tidak memiliki teman, dikucilkan, dan dibenci. Kejadian tersebut sempat mengganggu perkuliahan dan saya pun kesulitan dalam administrasi kampus.

Namun, itu tidak membuat saya goyah, malahan membuat saya semakin semangat dalam menyampaikan kebenaran tentang Ahmadiyah dan menjadi ladang tabligh. Sebagaimana yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. yakni, “Me’ teri tabligh ko zamin ke kinarong tak phoncaungga,” yang artinya, “Aku akan sampaikan tablighmu hingga ke polosok-pelosok dunia.”

Dari kisah tadi dapat kita ketahui bahwa di zaman modern ini masih banyak terjadi diskriminasi karena kurangnya pemahaman dan pengaruh buruk dari teknologi informasi. Komunikasi sekarang ini telah mengubah cara interaksi antarindividu karena mempergunakan teknologi/internet tidak dengan semestinya.

Hal ini menyebabkan diskriminasi atas agama terutama kelompok minoritas di masyarakat digital bisa terjadi karena masyarakat modern mempergunakan media tersebut tidak dengan fungsi dan tugasnya. Alangkah baiknya kita hentikan diskriminasi karena setiap hati memiliki nilai yang sama. “Hentikan Diskriminasi, Mari Bersatu dalam Keberagaman.”

Visits: 40

Andi Nurabidah Siddiqah

1 thought on “Hentikan Diskriminasi, Mari Bersatu dalam Keberagaman

  1. Persis seperti kejadian yang dialami putri saya beberapa pekan lalu saat bimbingan akhir skripsinya. Pertanyaan di luar materi skripsi, semua tentang Ahmadiyah, karena putri saya terbuka menyatakan dirinya sebagai Ahmadi dan seorang Waqeefat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *