Idola Sesungguhnya Adalah Rasulullah saw.
Fenomena kemunduran akhlak merambah kalangan generasi muda dalam beberapa tahun terakhir. Nilai-nilai agama bukan lagi prioritas utama sehingga mereka merasa wajar bila tidak melakukan ibadah. Tidak heran bila paham agnostik mulai mempengaruhi mereka. Paham yang meragukan keberadaan Tuhan ini membuat mereka tidak berkomitmen untuk mempercayai keberadaan Tuhan. [1]
Dosen Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Ustad Hamsah memaparkan bahwa fenomena merebaknya agnostisisme ini berakar dari tiga sebab utama, yaitu modernisme yang menuntut segalanya harus rasional, motivasi keagamaan yang tak sejalan dengan keinginan pribadi, dan cara berpikir yang instan. Kaum agnostik menganggap bahwa aktivitasnya di dunia tidak dilihat, diamati dan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. [2]
“Saya seorang agnostik, saya tidak mau terikat pada agama mana pun.” Kalimat seperti itu sudah mulai sering didengar dari obrolan generasi milenial. Bagi mereka, agama cukup sebagai identitas untuk kepentingan kependudukan. [3]
Celakanya, banyak generasi muda yang mengidolakan penyanyi atau aktor luar negeri yang merupakan penganut agnostik. Perlahan banyak yang membenarkan pola pikir dari idola yang mereka ikuti, hingga akhirnya mereka pun terjebak ikut meragukan keberadaan Tuhan. Akhirnya mereka pun turut tidak percaya bahwa kelak akan tiba hari pembalasan.
Zaman seolah kembali ke masa penyembah berhala, hanya saja berhala di zaman ini berupa gawai, media sosial, uang, dan juga barang-barang mewah. Banyak orang berlomba untuk menunjukkan bahwa ia termasuk orang yang mengikuti perkembangan zaman. Riya merajalela. Orang-orang yang terjebak itu tidak lagi takut akan azab Allah.
Bagaimana mungkin mereka kehilangan keyakinan bahwa Allah itu ada dan Maha Melihat?
Ketika kembali ke masa permulaan Nabi Muhammad saw. yang mengumumkan kepada orang-orang Mekah sebagai seorang Nabi Allah. Tanpa pendukung moril maupun materil, apalagi pasukan tetapi berani menyerukan kepada seluruh dunia. [4]
Para penentang pun tahu, bahwa beliau saw. seorang diri dan tidak berdaya. Hanya Tuhan-lah, yang telah membesarkan dan selalu beserta beliau saw. untuk suatu tujuan yang besar. Lebih jauh dari itu, perlu dicatat bahwa beliau saw. tidak pernah mengikuti suatu akademi apa pun atau lulus dari sekolah mana pun dan tidak pernah pula memiliki kesempatan untuk mempelajari kitab-kitab suci orang Kristen, Yahudi, Arya atau agama yang lainnya.
Zaman saat Rasulullah saw. muncul adalah zaman yang benar-benar sangat membutuhkan datangnya seorang Pembaharu samawi dan Penuntun rohani yang agung dan ajaran yang dibawanya sungguh merupakan ajaran yang benar untuk memenuhi semua kebutuhan zaman serta mencakup semua tuntutan zaman. [5]
Begitu efektif dan kuatnya ajaran yang dibawanya hingga ribuan orang ditarik menuju kebenaran dan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah’ (Tidak ada tuhan yang layak disembah selain Allah) terpatri di dalam hati mereka. Tujuan paling akhir dari tugas kenabian—yaitu untuk memberikan ajaran yang menuntun pada keselamatan—mencapai titik kesempurnaan (oleh Rasulullah saw.). Ini jauh melebihi apa yang pernah dicapai oleh nabi lainnya.
Semua perkara luar biasa itu menjadi bukti bahwa Allah itu ada. Karena tidak mungkin manusia dapat melakukan mukjizat seperti itu tanpa adanya campur tangan Yang Mahakuasa, Allah Ta’ala.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 24-25:
“Dan jika kamu dalam keraguan tentang apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, maka datangkanlah satu surah yang semisalnya, dan panggillah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar. Tetapi jika kamu tidak mampu melakukan-nya, dan kamu sama sekali tidak akan mampu melakukan-nya, maka peliharalah dirimu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Siapapun yang merenungkan hal ini, secara spontan akan memberikan kesaksian bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penuntun sejati yang diutus oleh Allah Ta’ala. Dunia sudah memasuki akhir zaman. Celakalah orang-orang masih mementingkan duniawi di atas segalanya. Orang yang sudah tidak memiliki keimanan di dalam dirinya akan mendapatkan kehancuran.
Kunci keselamatan adalah bertakwa pada Allah Ta’ala dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. Orang tua harus memperkenalkan agama pada anak-anak mereka sejak kecil. Tidak hanya mengajarkan, orang tua juga harus menjadi contoh untuk anak-anak mereka. Selamatkan keluarga dan generasi penerus kita dari paham-paham yang menyesatkan.
Tingkatkan ketaatan dan perbanyak ibadah. Selalu ingatkan anak-anak kita untuk meneladani Rasulullah saw. Idola mereka haruslah Rasulullah saw., jangan terbawa arus mengidolakan orang-orang terkenal yang hanya mengutamakan duniawi.
Sesuai yang diajarkan Hadhrat Masih Mau’ud a.s., “Jika Rasulullah saw. tidak datang, jangankan kenabian, bukti ketuhanan pun dengan demikian tidak akan diperoleh.”
Referensi :
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] https://muhammadiyah.or.id/2022/03/merespon-fenomena-agnostisisme-di-kalangan-anak-muda/
[3] https://kemenag.go.id/opini/mencermati-fenomena-agnostic-style-bllhlf
[4] Barahin-e-Ahmadiyya bagian 1
[5] https://ahmadiyah.id/revolusi-yang-dibawa-oleh-rasulullah.html?amp
Visits: 34