
Islam Memperjuangkan Kesetaraan Gender
Banyak orang yang salah paham mengenai pandangan Islam terhadap kaum wanita. Mereka membangun persepsi tentang bagaimana Islam mengekang dan menindas kaum wanita. Semuanya berawal dari oknum-oknum yang mengatasnamakan Islam untuk melancarkan keinginannya, walaupun dengan cara mencoreng nama Islam di mata publik. Hal ini yang membangun banyak gerakan-gerakan untuk menolak agama Islam terutama di negara barat.
Bahkan fenomena ini melahirkan kebencian terhadap Islam dengan nama “Islamophobia.” Fenomena yang pertama adalah mengenai poligami. Ketika kehidupan semakin modern dan ditambah dengan fungsi wanita yang semakin luas, membuat poligami seakan menjadi salah satu hal yang merendahkan Islam di mata publik. Padahal, jika kita mau melihat ke ribuan tahun yang lalu, wanita masih setara dengan barang di mata Bangsa Arab.
Tatkala wanita tidak memiliki kedudukan dan hak di masyarakat Arab, satu pria bisa menikahi belasan wanita untuk memuaskan nafsu mereka. Bahkan mereka pun bisa seenaknya melampiaskan nafsunya kepada budak-budak wanita hingga memiliki keturunan yang sama-sama menyandang gelar budak.
Saat itulah Islam datang dengan praktik poligami untuk membatasi laki-laki dalam menikahi banyak wanita dan Islam memerintahkan lelaki untuk menikahi satu wanita saja, jika mereka tidak bisa bersikap adil. Kala itu Islam datang memberikan keadilan bagi perempuan di tengah zaman kegelapan yang membuat para wanita terpuruk.
Kini, justru praktik ini dianggap merendahkan wanita karena banyak orang tidak paham bagaimana dasar ilmunya. Yang harusnya praktik ini menjadi pelindung bagi wanita, justru karena kekurangpahaman banyak pihak, praktik ini dianggap merendahkan wanita.
Allah SWT. memerintahkan manusia untuk bersikap adil, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” [1] Maka, segala keburukan yang hadir di antara ajaran Islam bukanlah dari ajarannya, melainkan kurang pahamnya seseorang pada hukum-hukum tertentu.
Belum lagi tentang anggapan mengenai kemampuan wanita yang dikerdilkan karena kewajibannya sebagai ibu yang memprioritaskan keluarganya, menganggap bahwa dengan wanita mengurus rumah tangga tidak bernilai apa-apa sedangkan pria bisa berkarir dan mengejar cita-cita.
Sebelumnya, yang harus kita pahami, bahwa anggapan di atas bukanlah berdasar pada keridhaan Ilahi, melainkan ambisi duniawi. Karena, jika kita melihat dengan kacamata Muslim yang mukhlis, maka segala daya dan upaya akan dimuarakan kepada keridhaan Allah. Ia akan mengesampingkan segala pandangan objektifnya kepada apa yang Allah SWT. harapkan dari umat-Nya.
Ketika laki-laki diminta untuk bekerja dan wanita mengurus rumah tangga, maka di dalamnya terdapat banyak kebaikan, seperti keadaan fisik pria yang Allah SWT. ciptakan lebih kuat menjadikan tugas berjibaku dengan dunia adalah miliknya. Sedangkan, sifat bawaan wanita yang penuh kepekaan dan kasih sayang menjadikan tugas pengasuhan jatuh padanya. Namun, Islam pun memiliki kebebasan bagi wanita untuk berkembang di luar rumah, dengan catatan, tegaknya keimanan tatkala bergelut dengan tipu daya manusia.
Hanya karena perkara duniawi, tidak menjadi arti kedudukan manusia dibeda-bedakan berdasarkan gendernya. Karena, manusia yang terbaik ada dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” [2]
Referensi:
[1] QS. Al-Mumtahanah 60: 9
[2] QS. Al-Hujurat 49: 13
Visits: 39