Jihad yang Sesungguhnya

Jihad sebenarnya merupakan masalah akbar yang pelik yang hanya bisa dimengerti oleh sedikit sekali orang-orang tertentu. Banyak manusia masa kini telah melakukan kesalahan besar hanya karena tidak mampu memahami hal ini. Akibatnya banyak muncul stigma negatif terhadap agama Islam.

Mengapa Islam terpaksa harus berperang dan apa yang menjadi tujuan jihad? Sejarah kelahiran Islam ditandai dengan begitu banyaknya kesulitan-kesulitan, ketika sebagian besar orang di masa itu memusuhi kehadiran Islam. Rasa cemburu dan dengki terhadapa para pengikut Islam yang merupakan orang-orang yang tekun, bertakwa, dan berani serta dianggap setiap saat bisa bergerak maju dengan cepat.

Apalagi yang dihadapi adalah Rasul pembawa syariah. Bukannya menerima kebenaran, malah mereka berupaya merancang berbagai cara guna menghancurkan agama yang baru muncul. Mereka tidak menginginkan Islam sebagai pohon surgawi sempat berakar di bumi, khususnya di tanah Arab.

Mereka berusaha keras menghancurkan kelompok-kelompok orang bertakwa ini. Meraka khawatir jika agama baru ini sempat berdiri tegak, maka kemajuannya akan menghancurkan agama dan kebudayaan yang mereka anut selama ini. Karena ketakutan itulah mereka menggunakan segala bentuk paksaan dan kekejaman dalam upaya menghancurkan Islam.

Rasulullah saw. berulang kali menjadi sasaran lemparan batu yang telah mengucurkan darah beliau, namun Gunung Kebenaran dan Keteguhan Hati tersebut memikul semua aniaya itu dengan gembira dan pengasih. Sikap kerendahan hati dan keteguhan demikianlah yang membuat musuh semakin galak dan lebih mengintensifkan penganiayaan kepada umat Islam.

Kemudian Allah Swt. yang tidak berkenan bahwa kekejaman dan kekejian itu sudah melampaui batas, memberi izin khusus untuk melawan. Firman inilah yang dimaksud dengan jihad. Allah Swt berfirman:

“Telah diperkenankan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah diperlakukan dengan aniaya dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. Orang-orang yang telah diusir dari rumah mereka tanpa sebab yang benar, hanya karena berkata: “ Tuhan kami ialah Allah.”” (QS. Al-Hajj: 39-40)

Di zaman sekarang ini penafsiran jihad sudah sangat berbeda. Sering terjadi pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah, aksi bom bunuh diri, dan aksi teror lainnya yang dilakukan oleh orang yang mengaku beragama Islam. Mereka menganggap aksi mereka dibenarkan oleh Islam.

Bagaimana mungkin ada orang yang tidak bersalah harus tewas dengan cara yang tidak adil dengan menciptakan kesusahan untuk keluarganya? Menjadikan istrinya seorang janda, membuat anak anaknya menjadi yatim piatu dan mengubah rumahnya menjadi rumah duka? Al-Qur’an dan hadits mana yang memberikan kewenangan perilaku tersebut?

Perlu diingat bahwasanya Islam mengizinkan mengangkat senjata melawan orang-orang yang memulai mengangkat senjata terlebih dahulu. Dan Islam tidak mengatur bahwa umat Muslim yang menjadi rakyat dari suatu pemerintahan non-Muslim yang memperlakukan mereka dengan adil dan persamaan hak, untuk mengangkat senjata melawan pemerintahnya.

Sesungguhnya tidak ada Muslim yang hakiki yang berpendapat bahwa agama Islam harus disiarkan di bawah tekanan pedang, Islam selalu digambarkan berdasarkan nilai-nilai yang luhur. Kitab suci Al-Qur’an jelas melarang penggunaan kekerasan untuk meyiarkan agama dan memberi petunjuk agar syiar Islam dilakukan dengan cara nilai-nilai luhur serta teladan hidup sebagai Muslim.

Jangan terkecoh oleh pandangan bahwa pada awalnya umat Muslim telah diperintahkan mengangkat senjata. Penggunaan senjata tersebut tidak dimaksudkan untuk syiar Islam, tetapi sebagai upaya bela diri terhadap musuh-musuh Islam dengan tujuan menciptakan keamanan dan kedamaian. Perang tersebut tidak ada kaitanya sama sekali dengan tindakan pemaksaan dalam masalah keimanan.

Jika ada orang yang belum bisa menerima suatu agama atau keyakinan itu karena dia belum menyadari kesucian ajarannya dan nilai-nilai mendasar yang luhur, maka tugas kita adalah memperlakukan mereka dengan belas kasih. Serta, dijelaskan kepadanya secara sopan dan halus tentang segala kebenaran, bukan dengan menekan keingkarannya dengan pedang atau senjata. Simpati kepada manusia adalah hal yang utama.

Visits: 19

Ahmad Yaqub Irfani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *