Kejujuran Menyelamatkan dari Dosa dan Keburukan

Kejujuran merupakan suatu sifat yang membuat seseorang dapat dipercaya akan ucapan dan perbuatannya. Kejujuran atau lurus hati merupakan dasar dari segala kebaikan dan keluhuran akhlak.

Rasulullah saw. sebagai manusia yang dikenal karena sifat kejujurannya sangat menginginkan umat manusia, khususnya umat Muslim, agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Mengapa demikian? Beliau mengajarkan bahwa orang yang berpegang teguh pada kebenaran adalah orang yang bertakwa kepada Allah.

Dikisahkan pada suatu hari seseorang mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, aku telah melakukan tiga kejahatan yaitu berdusta, meminum khamar, dan berzina. Aku berusaha keras untuk meninggalkan kejahatan ini namun tidak berhasil. Menurut Anda apa yang harus aku lakukan?”

Rasulullah saw. menjawab “Jika kamu mau berjanji dengan sungguh-sungguh kepadaku untuk melepaskan satu dari antara keduanya, maka kamu akan terlepas dari dua kejahatan lainnya.” Orang itu berjanji dan meminta kepada Rasulullah saw. untuk memberitahukan kejahatan mana yang harus ia tinggalkan lebih dahulu. Rasulullah saw. bersabda “Tinggalkanlah dusta.”

Beberapa waktu kemudian, orang itu kembali dan berkata kepada Rasulullah saw. bahwa setelah mengikuti nasihat beliau, ia telah terbebas dari melakukan tiga kejahatan tersebut. Rasulullah saw. bertanya kepadanya seperti apa perjuangannya dalam mengatasi kelemahannya itu dan dia menjawab:

“Pada suatu hari, aku ingin minum khamar dan nyaris aku lakukan, ketika itu aku ingat janjiku kepadamu ya, Rasulullah, dan salah seorang sahabatku menanyakan apakah aku telah meminum khamar kemudian aku menjawab tidak. Aku terpaksa mengakuinya karena aku tidak ingin berkata dusta lagi meskipun aku tahu sahabatku akan menjauhiku di kemudian hari. Dengan berpikir begitu, aku tinggalkan minum khamar sampai kesempatan lain hingga aku berhasil menahan keinginanku untuk minum pada waktu itu.”

“Demikian pula pada saat aku cenderung berzina. Aku berdebat dengan diriku sendiri jika aku tidak melakukannya lagi maka aku akan ditinggalkan oleh sahabat-sahabatku namun jika aku berdusta maka aku akan membatalkan janjiku padamu ya Rasulullah maka aku mengakui pada mereka bahwa aku tidak melakukannya lagi.”

“Demikianlah aku berjuang dan bertekad menyempurnakan janjiku kepadamu ya, Rasulullah, dari meninggalkan keinginan nafsuku untuk berdusta, meminum khamar dan berzina. Waktu berlalu dan aku mulai terlepas dari mengikuti hawa nafsu dalam dosa itu dan bertekad menjauhkan diri dari dusta dan aku pun telah terlepas dari dua kejahatan lainnya.” (Hadhrat Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad r.a dalam buku Riwayat Rasulullah, Neratja Press, Mei 2017, hal 274-275)

Dari kisah tersebut dapat kita ambil hikmahnya bahwa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran ternyata dapat mencegah kita dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk dan membuat hati menjadi lebih tenang.

Seperti orang yang dikisahkan tadi, ia tetap teguh menepati janjinya kepada Rasulullah saw. dan bertekad untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dengan meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta sehingga ia berhasil meninggalkan kejahatan atau dosa-dosa lainnya meskipun ia harus kehilangan sahabat-sahabatnya.

Sebagaimana sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwasanya sifat jujur (diyaanah) adalah suatu akhlak yang dengan perantaraannya manusia mampu meninggalkan kejahatan. Sehingga dengan meninggalkan dusta dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran maka kita akan mampu meninggalkan kejahatan atau keburukan lainnya.

Bukankah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran maka hati kita akan merasa lebih tenang? Sebagaimana sebuah hadis yang sarat akan makna tentang sebuah kejujuran telah diriwayatkan:

“Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, bergantilah kepada apa yang tidak meragukan kamu. Karena kejujuran itu merupakan sebuah ketenangan dan kedustaan itu merupakan sebuah keraguan.” (HR. At-Tirmidzi)

Visits: 106

Laesa Nurul Kautsar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *