Kemuliaan Orang yang Berilmu

Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka yang menggunakan dengan bijak akan terbawa pada sebuah kemajuan ilmu dan pengembangan diri. Namun sebaliknya, mereka yang tanpa kontrol dan tidak pandai menyaring, tak jarang terbawa pada kehancuran baik masa depan maupun kehidupan rohani. Kita sebagai seorang yang beriman sudah selayaknya menggunakan kecanggihan era digital sebagai ajang menambah ilmu pengetahuan.

Sahabat Nabi, Abdullah bin Abbas ra., ketika Rasullullah saw. wafat, ilmu keislamannya sudah tinggi, meskipun usianya baru 13 tahun. Suatu hari beliau ingin melihat bagaimana baginda Rasullullah saw. melaksanakan salat malam. Beliau pun menginap di rumah Rasullullah saw. Sepanjang malam beliau ra. terjaga agar tidak terlewat ketika Rasullullah saw. melaksanakan salat malam.

Ketika Rasullullah saw. bangun, disediakan air wudhu. Melihat pemuda kecil ini sangat sigap, Rasullullah saw. terharu dan bangga, sambil mengusap rambut Abdullah bin Abbas ra. beliau berdoa, “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah dia tafsir kitab-Mu”.

Setelah Rasulullah saw. wafat, Abdullah bin Abbas ra. berkeliling menemui sahabat. Dia bertanya dan belajar banyak hal kepada para sahabat. Beliau rela berjalan kaki menempuh perjalanan jauh, bersusah payah menuntut ilmu. Beliau tidak sungkan bergaul dengan yang lebih tua untuk mendapatkan ilmu. Pada masa Kekhalifahan Umar bin Khatab ra., beliau sering dijadikan teman bermusyawarah karena pemikirannya yang bijak dan cerdas. [1]

Suatu ketika seseorang menanyakan kepada beliau ra., cara dia mendapatkan ilmu. Beliau menjawab dengan indah, kuncinya adalah gemar bertanya dan akal yang berfikir. Begitulah kehidupan Abdullah bin Abbas ra. diisi dengan beribadah, menuntut ilmu, memberikan kesegaran kepada jiwa manusia serta memberikan kesegaran bagi gelapnya hati dan setetes air embun pagi bagi gersangnya hati.

Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Mujadilah 58: 12, “Allah akan mengangkat orang orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Berdasarkan kisah Abdullah bin Abbas ra. serta firman Allah tadi, kita mengetahui betapa mulianya dan betapa tinggi derajat orang yang berilmu pengetahuan. Seseorang yang berilmu akan mengantarkannya menjadi seorang yang beriman. Orang yang berilmu dan mengajarkan secara luas akan lebih mulia dibanding orang yang ahli ibadah hanya untuk dirinya sendiri.

Seyogyanya orang yang berilmu dalam segala keadaan situasi apapun dapat mengambil peluang dan hikmah positif. Sebagaimana dikatakan, “Dalam pandangannya tidak ada satu pun peristiwa di dunia ini yang sia-sia pasti ada manfaatnya.” [2]

Berbeda dengan orang yang tidak berilmu, ia memandang segala sesuatu dari segi negatifnya. Seorang yang berilmu bisa menyulap sampah organik maupun anorganik menjadi barang yang bermanfaat dan dapat dikreasikan menjadi sebuah produk yang menghasilkan uang. Pola pandang positif yang muncul. Namun, berbeda pandangan dengan mereka yang tidak berilmu, mereka menganggap sampah sebagai barang yang menjijikkan sehingga ekspresinya penuh rasa marah dan jengkel.

Manusia akan memandang orang berilmu sebagai sosok yang mulia. Berada di dekatnya akan menimbulkan kenyamanan dan akan tercerahkan ketika memberikan solusi jalan keluar bagi setiap masalah yang dihadapi. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, “Sesungguhnya makhluk yang berada di langit dan di bumi sampai ikan paus di dalam lautan senantiasa memohonkan ampun kepada Allah bagi orang yang berilmu.” [3]

Betapa tinggi dan mulia derajat seorang yang berilmu. Semoga kita termasuk seorang yang selalu dahaga untuk terus menambah ilmu tidak terhenti sebelum kaki menapaki surga. Aamiin.

Referensi:
[1] [detik.com](http://detik.com/)
[2] QS. Ali Imran 3: 191
[3] HR. Abu Daud dan Tirmidzi

Visits: 31

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *