KHILAFAT, PANDEMI, DAN JANJI RASA AMAN

Pandemi covid-19 telah membuat galau semua kalangan. A new normal yang kini tengah digaungkan tak cukup memberikan ketenangan dan rasa aman. Kita tidak benar-benar yakin dengan sikap mana yang perlu diambil, berdamai atau terus menjadikannya musuh.

Kita masih pusing soal esok apa yang harus dikerjakan? Masih banyak juga orang pusing dengan apa yang bisa dimakan esok? Pekerjaan, makanan, pendidikan juga peribadatan adalah sekelumit tanda tanya soal nasibnya esok.

Tapi ini alamiah. Bahkan jika tak ada pandemi pun, banyak orang biasa galau dengan kehidupan ini. Bahkan tak sedikit mereka yang menganggap kehidupan ini adalah sumber kesialan. Mungkin, saking beratnya beban hidupnya, hingga ia menyimpulkan demikian.

Potensi alamiah ini akan selalu ada sampai kapanpun. Sehingga Tuhan yang Maha Kasih dan Sayang terhadap umat manusia telah memberikan penawarnya berupa “Konsep Keterpimpinan”. Sepanjangnya adanya Pemimpin atau Imam di tengah-tengah umat, selama itu pula potensi-potensi galau, cemas dan khawatir akan ditekan.

Bentuk keterpimpinan dalam Islam yang diterangkan dalam Quran adalah Khilafat. Dimana seorang Khalifah menjadi Pemimpin tertinggi sekaligus Imam yang ditaati juga dicintai oleh umat.

Dan salah satu janji dari implikasi tegaknya nizam atau sistem Khilafat di dunia ini adalah “…walayubaddilan nahum mim ba’di khaufihim amna…”, yakni dengan perantaraan Khilafat rasa takut dan cemas pasti akan digantikan dengan rasa aman dan tenteram.

Janji keamanan dalam ayat ini bentuknya pasti. Tidak mungkin tidak. Sehingga membuat sistem Khilafat ini benar-benar menjadi solusi dari setiap permasalahan hidup umat manusia.

Apakah di tengah-tengah umat Islam telah benar-benar tegak sistem Khilafat ini? Sehingga janji rasa aman itu benar-benar nyata pula.

Sistem Khilafat telah tegak 112 tahun yang lalu dalam tubuh Jemaat Ahmadiyah. Seabad lebih usia Khilafat Ahmadiyah ini pasti telah melewati masa-masa sulit dari beragam penolakan dan penentangan.

Sebab berbicara Khilafat dalam dunia Islam, kita tengah berbicara masa lalu yang kelam. Itulah alasannya negara-negara Arab menolak ide tentang Khilafat. Karena Khilafat selalunya diasumsikan pasti bersentuhan dengan politik dan kekuasaan.

Apa yang membuat Khilafat Ahmadiyah bisa bertahan melewati satu kurun waktu yang tidak sebentar? Jawabannya sederhana, karena sistem ini adalah pemenuhan dari Surah An-Nur ayat 56. Yang implikasi dari tegaknya sistem ini adalah menghadirkan rasa aman di tengah-tengah ketakutan.

Di tengah pandemi covid-19 ini yang sangat diperlukan oleh umat manusia adalah kehadiran sosok yang selalu mampu menghadirkan harapan. Harapan itu akan selalu ada ketika manusia selalu terpaut pada Wujud Allah Ta’ala.

Inilah yang senantiasa dilakukan oleh Khalifah Ahmadiyah yang kelima saat ini. Selain beliau menganjurkan untuk stay at home, beribadah di rumah, bekerja di rumah, menghindari kerumunan orang, hidup bersih serta aktivitas lainnya untuk mencegah penularan virus. Yang selalu beliau tekankan lagi adalah “kembali kepada Allah Ta’ala”.

Jalin hubungan yang kuat dan kokoh dengan Allah Ta’ala. Gantungkan semua harapan tentang hari esok yang cerah hanya pada wujud Allah Ta’ala. Semata-mata ini dilakukan untuk menarik rahmat-Nya sehingga wabah ini bisa berakhir.

Setiap Jumat. Melalui sarana Muslim Television Ahmadiyya (MTA) International. Khalifah Ahmadiyah yang biasa dipanggil dengan Huzur senantiasa menguatkan setiap Ahmadi di seluruh dunia.

Tak hanya menguatkan secara batin. Khilafat juga menguatkan setiap Ahmadi secara lahir. Program jaring pengaman sosial diperkuat. Bahkan tak hanya menyasar internal, kepada eksternal non-Ahmadi pun program ini berjalan.

Tak sedikit pula yang secara individual terpanggil untuk membantu saudaranya yang tengah kesulitan. Tapi poin pentingnya adalah Khilafat selalu hadir di tengah-tengah kegalauan dan kecemasan umat. Ia laksana embun penyejuk yang menghalau setiap dahaga.

Seberat apapun kehidupan yang sekarang tengah dijalani setiap Ahmadi di seluruh dunia. Mereka tetap tak melupakan jihad fi sabilillah melalui harta mereka. Mereka sudah terbiasa menyisihkan minimal 10 persen dari penghasilan mereka, meski dalam kondisi paling sulit sekalipun.

Ini bukan perkara takut. Ini adalah bentuk cinta yang murni. Yang membuat mereka tak kuasa untuk menjauh satu jengkal pun dari naungan Khilafat.

Karena bagi mereka, di balik naungan Khilafat, selalu ada berkat.

Visits: 30

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

1 thought on “KHILAFAT, PANDEMI, DAN JANJI RASA AMAN

  1. Karunia nikmat rohani yg tertinggi setelah nabi ,yg Allah anugrahkan syukuri dg senantiasa taat .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *