KHILAFAT CINTA AHMADIYAH

Yang spesial dari nizam atau sistem Khilafat Ahmadiyah adalah terbangunnya cinta yang mendalam antara Khalifah dan para anggotanya.

15 Mei silam. Seluruh warga Jemaat Ahmadiyah menangis. Mereka mengungkapkan kesedihan tak terperikan. Kala Sang Khalifah tak bisa menyampaikan Khutbah Jumat dikarena Huzur (panggilan untuk Khalifah) terjatuh dari tangga yang menyebabkan luka serius.

Diserukan untuk memanjatkan doa khas kepada Allah Ta’ala untuk kesehatan Huzur. Dalam tiap sujud, warga Jemaat membasahi tempat sujudnya dengan permohonan tulus yang menyayat-nyayat nuraninya yang murni.

Seolah-olah mereka tengah menyaksikan kiamat dari kondisi Huzur itu. Hingga ratusan ribu bahkan jutaan doa yang dipanjatkan dengan lirihnya melingkupi Huzur.

Seminggu kemudian, Huzur sudah bisa menyampaikan Khutbah Jumat seperti biasa. Beliau menyampaikan rasa terimakasih kepada para anggota Jemaat atas penzahiran rasa haru dan doa yang sedemikian khas untuk beliau.

Huzur menyampaikan bahwa kecintaan dua sisi ini, antara Khilafat dan anggota Jemaat, merupakan ciptaan Allah Ta’ala semata, yang permisalannya tidak akan dijumpai dalam corak apapun di dunia ini.

Saya teringat sebuah ayat dalam Al-Quran, “…faallafa baina qulubikum, faashbahtum bini’matihi ikhwana..”, yang artinya Dia telah meletakkan cinta satu sama lain di antara hati-hati mereka, maka jadilah mereka dengan nikmat-Nya bersaudara.

Perkara cinta dari sisi keruhanian bukan perkara hubungan darah dan kekerabatan. Bahkan ia lebih mulia dari hubungan darah sekalipun.

Cinta ini tak bisa dibentuk oleh siapapun di dunia. Itu semata-mata karunia Allah Ta’ala yang turun dengan tegaknya nizam Khilafat.

Kecintaan yang luar biasa inilah yang mampu menarik Kasih Sayang Ilahi. Sehingga Huzur dapat waktu yang relatif singkat bisa sembuh.

Huzur menyampaikan bahwa pengobatan adalah satu hal yang dengan perantaraannya kesembuhan bisa diraih, tapi doa dari setiap Ahmadi lah yang mendatangkan karunia Ilahi sebagai penyembuhnya. Dan itu, kata Huzur, hanya bisa diraih dengan doa.

Huzur menyampaikan, saya berpikir, mungkin, luka ini akan sembuh dalam waktu dua minggu-an, itupun masih ada bekasnya. Tapi dalam tempo tujuh sampai delapan hari, dengan karunia Allah, kondisi saya sudah sedemikian baiknya.

Lalu bagaimana dengan perlakuan Huzur kepada anggota Jemaatnya? Bagaimana bentuk cinta dua sisi dari sisi Huzur kepada para anggota Jemaat.

Maulana Syed Kamal Yusf Sahib pernah menceritakan satu peristiwa, “Ketika Huzur baru saja melaksanakan operasi empedu, saat itu Huzur masih dalam pengaruh obat bius. Disarankan agar Huzur tinggal sementara di Rumah Sakit. Namun Huzur menyampaikan ingin segera pulang ke rumah. Lalu Huzur mendapatkan izin untuk pulang dan sampailah di kediaman beliau.”

“Sesampainya di rumah, terdapat tumpukan surat di atas meja kerja yang berdekatan dengan ranjang beliau. Huzur duduk dan mengangkat tangan untuk mengambil surat. Ketika tangan diangkat, Huzur merintih kesakitan. Lalu Huzur membaca surat pertama dan memberikan catatan di dalamnya.”

“Lalu Huzur mengangkat tangan lagi untuk mengambil surat yang kedua. Beliau merintih lagi karena kesakitan. Begitulah penderitaan Huzur pada saat itu. Kemudian Huzur membaca surat kedua dan memberikan catatan.”

“Ketika Huzur mengangkat tangan lagi untuk mengambil surat yang berikutnya, surat terlepas dari tangan Huzur dan jatuh. Huzur berusaha mengambil surat yang terjatuh itu dan surat terlepas lagi. Dan berusaha lagi untuk mengambilnya.”

“Saat itu ada orang yang bernama Abdullah Sahib berdiri tidak jauh, beliau adalah orang yang menyertai Huzur dalam perjalanan. Abdullah Sahib maju dan berusaha mengambil surat yang terjatuh itu.”

“Huzur bersabda, Abdullah… apa yang kamu lakukan? Hentikan! Jangan kamu sentuh surat-surat itu. Apakah kamu mengira itu selembar kertas? Kamu tahu orang yang menulis surat ini, orang itu telah memotong jantungnya dan memasukkannya ke dalam surat itu. Kamu fikir kamu bisa menyentuhnya!”

“Kamu cuci tangan dulu sebelum menyentuh surat ini. Baca bismillah terlebih dahulu. Setelah itu jangan pegang dengan satu tangan. Pegang dengan dua tangan. Lalu serahkan pada saya.”

Maulana Syed Kamal Yusf Sahib melanjutkan, “Betapa berharganya surat tuan-tuan di mata Huzur.”

Padahal, surat yang terjauh itu datang dari seorang anak yang tidak ada isinya hanya garis-garis lurus. Tapi Huzur memperlihatkan kesungguhan dalam membacanya. Beliau baca garis-garis tersebut dari awal hingga ujung. Bahkan beliau membaliknya, barangkali ada kata-kata yang dituliskan anak tersebut.

Inilah gambaran seorang Khalifah yang rela menanggung derita untuk surat-surat dari anggota Jemaatnya.

Apakah ada padanannya di dunia ini, yang bahkan itu diperlihatkan oleh seorang ibu, yang berwudhu dulu sebelum membaca surat anaknya, lalu membaca bismillah, lalu memegangnya dengan dua tangan? Siapa orang di dunia ini yang berfikir seperti demikian?

Tak heran bagaimana standar ketaatan warga Jemaat Ahmadiyah kepada Khalifahnya. Karena yang dimaksud ketaatan disini bukan lagi soal ini dosa atau pahala. Tapi ini adalah bentuk kecintaan hakiki mereka terhadap Khalifah.

Inilah yang dimaksud dengan “faallafa baina qulubikum”, yakni Allah Ta’ala telah menciptakan jalinan kecintaan dua sisi antara Khilafat dan para anggota Jemaatnya.

.

.

referensi: https://www.youtube.com/watch?v=NZiiCqb34Cw

Visits: 84

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *