KISAH NYATA MEMULIAKAN TAMU, DIGANTI 5 KALI LIPAT

“Assalamu’alaikum, Tazah. Rezeki anakmu, teteh nitip ya!”

Sebuah pesan teks masuk disertai lampiran gambar. Aku membuka ponsel dan melihat isinya. Sebuah bukti transfer dengan nominal yang cukup besar.

Aku tergemap. Segera kubalas pesan ini. “Wa’alaikumsalam, ada apa teh? Koq transfer?”

“Teteh dapat rezeki, Tazah. Ingin berbagi,” balasnya segera. Saat itu malam Rabu di penghujung Desember. Masih tiga hari lagi tersisa sampai tahun 2020 berakhir.

Bulan ini cukup berat. Hari itu aku masih pasrah dengan selembar uang yang kugenggam. Lima puluh ribu rupiah adalah satu-satunya yang kami punya. Aku dan suami bersepakat menggunakan selembar uang ini dengan sebaik-baiknya untuk keluarga.

Tiba-tiba pesan teks dari seorang sahabat nun jauh di pulau seberang membuatku tertegun. Bak menemukan oasis di padang pasir, hati langsung terasa lapang. Aku terdiam dalam lamunan, memutar kenangan sebulan kebelakang. Bertanya-tanya, apa yang telah terjadi sampai-sampai rezeki ini datang tiba-tiba?

Ramai-ramai memori bulan Desember bermunculan. Aku ingat di minggu kedua. Saat itu kami kedatangan tamu. Tak tanggung-tanggung, empat Mubaligh bersama keluarganya mengunjungi kami.

Aku dan suami adalah orang yang paling senang menerima tamu. Setiap ada siapapun berkunjung ke cabang kecil kami, aku selalu bersemangat. Bahkan, yang tidak ada pun kami usahakan supaya ada. Makanan enak yang belum pernah kami makan sekalipun kami usahakan supaya bisa disajikan untuk tamu.

Kami tinggal di cabang yang kecil. Sebuah desa pesisir pantai di Sulawesi Utara. Anggota jemaatnya hanya 5 KK. Jadi, ketika dikabarkan akan ada 4 mubaligh beserta keluarga datang ke cabang kecil ini, kami berusaha semaksimal mungkin menjamu dengan sebaik-baiknya.

Para mubaligh datang dari jarak yang jauh. Ada yang menempuh perjalanan 3 jam, sampai 4 jam. Bersama istri dan anak-anak kecil yang datang dengan senyum ceria untuk bersilaturahmi. Hati terasa bahagia menyambut mereka, menyiapkan tempat dan jamuan terbaik yang kami punya.

Rumah yang biasanya sepi, kini ramai oleh canda tawa dan berbagai cerita. Melihat para tamu tersenyum bahagia saat pulang adalah hal yang melegakan. Kami melambaikan tangan, membungkukkan badan, melepas mereka dengan harapan akan datang lagi tamu-tamu berikutnya yang membawa keberkatan.

Memoriku berganti di minggu terakhir bulan Desember. Saat itu suami berkata bahwa uang yang kita punya sudah sangat menipis. Bahkan sempat ragu, apakah uang ini akan bisa memenuhi kebutuhan hingga akhir bulan?

Kami sepakat berhemat sedemikian rupa. Berusaha untuk tidak meminjam uang dan menggunakan yang ada. Namun tiba-tiba, jalan pengkhidmatan kembali menghampiri. Kali ini melalui perantara Ketua RW.

Senin Sore, ketua RW datang ke rumah menyampaikan bahwa besok akan ada kerja bakti di Mesjid Desa. Mereka meminta kami untuk menyiapkan makanan bagi orang-orang yang ikut kerja bakti. Suamiku pun menyanggupi, dan setelah ketua RW pulang aku bertanya, “A, bukannya uang kita cuma 50.000? Bagaimana mau menjamu orang banyak dengan uang segitu? Apakah cukup?”

Mendengar itu ia tertegun, kemudian menjawab, “Ya udah, mau ga mau kita pinjam aja ya. Nanti kita bayar di tanggal satu bulan depan.” Dan akhirnya, niat kami untuk tidak meminjam batal juga. Kami pun meminjam uang pada salah satu keluarga.

Keesokan harinya aku pun memasak dengan bahan-bahan yang dibelanjakan dari uang hasil meminjam itu. Di pukul 10 pagi proses memasak selesai. Nasi, lauk pauk dan sayur mayur aku serahkan ke posko di mesjid desa.

Menjelang Shalat Zuhur suamiku pulang dari kerja bakti. “Masakanmu habis, terutama sayurannya, katanya enak. Banyak yang suka,” ujarnya sambil mengacungkan jempol. Senyuman bangga terukir di bibirnya. Mendengar hal itu hatiku terasa lega, walaupun yang kumasak hanyalah menu seadanya.

Dan belum satu hari berlalu. Kami kembali bersiap untu berhemat dengan sisa uang yang ada. Rintik hujan membawa hawa dingin yang menusuk. Sekitar pukul 9 malam aku mendapat pesan teks bahwa telah dikirimkan uang sebesar 5 kali lipat dari uang yang kami pinjam kemarin. Aku terperanjat. Seketika kubangunkan suamiku yang sudah tertidur.

“A, bangun dulu. Sebentar, bangun dulu,” aku menepuk pundaknya. Dia terbangun dan menanyakan ada apa. “Aa dapat kiriman uang. Coba cek di rekening,” jawabku antusias.

Setelah diperiksa, ternyata memang ada uang masuk. Kami berdua sama-sama mengucapkan “Alhamdulillah!” Rasa syukur kami tak terhingga. Malam itu juga kami lunasi hutang dan menyisihkannya untuk candah.

Peristiwa ini mungkin hanya sebagian kecil dari peristiwa-peristiwa beberkat lainnya. Dimana Allah bisa, bahkan sangat mampu mendatangkan rezeki kepada hamba-Nya dari tempat yang tak terduga, melalui perantara orang yang tak pernah disangka-sangka.

Dan kami selalu yakin, sejak dahulu hingga saat ini. Sejak aku kecil, dimana orangtuaku mencontohkan bahwa menjamu tamu dan memuliakan tetangga adalah jalan bebas hambatan menuju berbagai kemudahan. Bukan karena pamrih ingin mendapat balasan. Melainkan untuk mendapatkan ridho Allah Ta’ala dan keberkatan.

Kisah ini juga menjadi pengingat bagi kami, bahwa ada orang-orang yang bersih dan tulus yang Allah gerakkan hatinya untuk senantiasa berbagi kepada sesama. Sahabatku adalah salah satunya. Kami mendo’akan yang terbaik untuknya, agar Allah semakin melapangkan rezekinya, memudahkan segala urusannya, dan semakin tinggi derajat kerohaniannya. Aamiin.

Semoga, dengan kepulangan para tamu dan senyum bahagia mereka setelah mengunjungi kami, bersama itu pula segala macam keburukan yang ada di rumah ini akan pergi dengan sendirinya. Aamiin

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Visits: 685

Mumtazah Akhtar

1 thought on “KISAH NYATA MEMULIAKAN TAMU, DIGANTI 5 KALI LIPAT

  1. Masya Allah tak kuasa membaca tulisan ini bgtu mengharukan n bgtu menyayat hati. Jazakillah untuk semua kebaikan Ibu n bapak dalam menyambut n menjamu tamu. Harapan n doa semoga kita bisa bertemu kembali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *