Membangun Bisnis Tanpa Riba, Berbekal Pelatihan dari Jemaat

Alhamdulillah berada di Jemaat ini tidak saja keimanan dan ketakwaan yang selalu mendapat charge, tapi keilmuan duniawi pun juga mendapat charge. Saya merasa bersyukur bisa mengikuti pelatihan usaha yang diadakan oleh Jemaat, karena itu sangat membantu saya dalam memenuhi kebutuhan duniawi.

Semuanya bermula dari suatu waktu ketika saya buka grup WhatsApp. Di grup Lajnah ada pengumuman tentang Pelatihan Bisnis Online. Saya minta izin sama suami mau ikutan dan alhamdulillah suami izinkan. “Silahkan. Selagi positif ikutan saja, apalagi itu dari Jemaat,” kata suami.

Di grup Whatsapp tertera link untuk ikutan pelatihan online selama dua pekan, dan tanpa berpikir panjang saya langsung klik link-nya dan mendaftar. Setelah saya mengikuti PBO dari pusat, muncul ide di kepala saya. 

Saya perhatikan lingkungan, kemudian perhatian saya sampai pada pengrajin golok dan pisau. Saya pun bertekad akan mencoba jualan pisau dapur dulu. Dengan hanya bermodalkan satu kodi pisau pada waktu itu, ilmu yang diajarkan para mentor di PBO saya praktekkan. 

Dulu saya pernah jualan combro, dan ternyata berjualan pisau tidak semudah menjual combro yang dalam waktu hitungan jam bisa dapat uang. Awalnya saya fokus jualan di Facebook. Ternyata ujiannya berat. Postingan saya dianggap melanggar kebijakan sampai akun Facebook saya diblokir. Tapi saya tidak mudah menyerah, saya otak-atik terus sampai Facebook-nya terbuka kembali. Dan alhamdulillah sekarang melalui Facebook, saya bisa menghasilkan uang.

Awalnya di Facebook tidak langsung dapat orderan. Selama 3 bulan baru mulai ada yang pesan. Saya terus berusaha tidak putus asa. Meskipun postingan jualan saya tidak ada yang like dan komen, saya terus posting dan posting. Saya terus cari kata kunci yang pas, jam yang pas juga, dan pada akhirnya nyangkut di postingan marketplace Facebook

Dari postingan pisau dapur gagang tanduk Galonggong, satu orang komen dan order. Hingga seterusnya sampai postingan tersebut ada di bagian populer, menjadi postingan yang ada di atas. Alhamdulillah sampai pada waktu itu barang habis, yang tanya makin banyak sampai saya keteteran tidak ada barang. 

Malah pernah saya dikasih DP untuk pembuatan pisau dapurnya. Dari sini saya bisa produksi golok. Awalnya saya main keluar lihat pengrajin golok, saya pinjam goloknya untuk difoto dan dibuat video. Cuma bermodalkan postingan saja, belum mempunyai stok, alhamdulillah orang-orang melihat postingannya dan tertarik. 

Saya katakan dengan jujur bahwa saya belum punya modalnya. Kalau berminat, bisa bayar DP dulu. Alhamdulillah, orang-orang percaya saja. Padahal saya kan baru di dunia pergolokan, tapi mereka tanpa ragu memberikan DP. 

Saya juga tidak kehabisan akal untuk terus menelusuri pengrajin. Saya foto dan videokan produk mereka supaya postingan di FB makin banyak. Alhamdulillah yang pesan semakin banyak, modal makin bertambah, saya pun stok pisau dapur lebih banyak. Sekarang bertambah lagi bikin golok. 

Tak berhenti, saya pun mencoba share ke grup-grup jual beli lainnya di Facebook. Alhamdulillah semakin bertambah lagi orderan. Kalau untuk daerah lokal—seperti daerah Singaparna, Ciamis, dan Tasikmalaya—untuk pengembangan bisnis saya menawarkan COD ke rumah-rumah customer, 2-3 kali seminggu antara hari Jumat dan Minggu. 

Hari Jumat sekalian saya menghadiri shalat Jumat, sekalian seharian saya full berkeliling ke rumah-rumah pembeli dengan membawa barang dagangan. Saya bawa anak-anak, kadang-kadang diantar suami, terkadang saya dan anak-anak saja.

Pernah sekali waktu saya mengantar pesanan golok ke customer. Dia bingung melihat saya yang perempuan menjual pisau dan golok dan mengantarnya ke mana-mana. Customer saya ini berkata, “Kalau istri saya, tidak akan saya izinkan jualan golok seperti ini.” Saya pun menjawab, “Saya, mah, yang penting halal, Pak.”

Pernah juga sekali waktu, saya pulang kemalaman setelah mengantar pesanan. Saya pesan ojek online, saya minta dia lewat jalan tikus supaya cepat. Awalnya dia tidak mau karena takut tidak aman. Saya bilang, “Tenang, Bang! Jangan takut! Tahu, nggak? Yang saya bawa di ransel golok, banyak. Hehehe.” 

Si abang ojol akhirnya mau lewat jalan tikus. Di jalan, dia bilang, “Teteh, pokoknya kalau pulang, saya mau jalan kota. Sekarang saya mau karena Teteh bawa banyak golok. Kalau ada yang macam-macam, kasih golok ke saya.” Saya jawab, “Iya, Bang. Tenang saja, tidak akan ada apa-apa kok. Kalaupun ada, saya akan kasih golok dan saya pun lari. Hehehe.”

Singkat cerita, di FB alhamdulillah saya sukses berjualan, saya kembangkan dengan masuk ke Instagram, ke YouTube, ke marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Di toko online tidak begitu ramai tapi dari semua materi Pelatihan Bisnis Online, saya praktekkan dan selalu mendapatkan orderan.

Selama jualan, banyak hal-hal di luar nalar saya. Terkadang ada yang memberikan uang lebih dari harga barang. Katanya lebihannya untuk saya. Hal-hal semacam ini tak pernah saya duga sebelumnya, tapi inilah karunia Allah Ta’ala. 

Selang waktu 2 tahun, usaha golok saya semakin meningkat. Akhirnya saya putuskan untuk membangun rumah sangat sederhana, yang terpenting tidak mengontrak terus. Setelah bisa membangun rumah sederhana, saya bikin lagi galeri untuk golok dan pisau. Saya namakan Heni Mart karena saya juga jualan barang-barang lainnya, bahkan ada warung sembako juga.

Sewaktu pandemi melanda, orderan golok dan pisau pun sepi. Yang pesan membatalkan, tapi saya tak patah semangat. Saya cari ide, saya pun menjual madu Odeng murni dan cemilan-cemilan. Saya ulik-ulik saja dan terus menggali ide-ide jualan. Alhamdulillah bisa menyambung hidup kembali, apalagi suami dirumahkan juga beberapa bulan akibat covid.

Ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Tim Pelatihan Bisnis Online itu luar biasa. Asal mau mempraktekkan, maka hasilnya bisa dirasakan sendiri. Tidak mudah bangkit dari keterpurukan tapi dengan tekad yang kuat dan semangat yang tinggi, insyaallah kita bisa melewatinya. 

Meski saya mempunyai penyakit yang istimewa dan menurut medis tidak ada obatnya tapi saya yakin akan sembuh pada waktunya. Jangan pernah meragukan kebesaran Allah SWT. Setiap usaha-usaha yang kita perbuat, Allah SWT pasti mengetahuinya. 

Alhamdulillah saya bisa membangun usaha tanpa uang riba. Meski saya sering jatuh bangun namun selalu bangkit lagi. Sakit saya tidak akan pernah bisa menghalangi untuk terus berkarya dan beraktivitas. Di mana pun hidup, meski jauh dari lingkungan Jemaat, saya tidak pernah dan tidak akan menjauhi Jemaat. Selamanya Jemaat ada di dalam hati dan diri saya. 

Visits: 222

Heni Herani

5 thoughts on “Membangun Bisnis Tanpa Riba, Berbekal Pelatihan dari Jemaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *