PENGORBANAN HARTA YANG MENYELAMATKANNYA DARI KRISIS

Nama saya Heni Herani. Saya seorang ibu rumah tangga. Untuk menambah penghasilan suami, saya buka warung kecil-kecilan. Saya juga mencoba untuk jualan online. Saya menjual perkakas, yakni golok dan pisau.

Dengan bermodal foto dari para pengrajin, saya pasarkan golok dan pisau di berbagai market place, sesuai dengan yang diajarkan dalam Pelatihan Bisnis Online (PBO) oleh Tim Sanat wa Tijarot Pusat. Lumayan hasil yang didapat dari bisnis online ini.

Covid-19 merubah segalanya. Saya dan suami benar-benar diuji. Suami kehilangan pekerjaannya. Kini, saya yang menjadi tulang punggung keluarga.

Di tengah krisis ini, tiba-tiba penyakit saya kambuh. Saya dihadapkan pada dua pilihan. Berobat dengan resiko sisa-sisa uang habis terpakai dan kami semua bakal kelaparan. Atau membiarkan penyakit tersebut menyerang, sambil merasakan rasa sakit yang menggigit.

Akhirnya, saya memilih anak-anak saya. Saya harus siap merasakan rasa sakit yang membuat semalaman tidak bisa tidur. Malam hari saya lewati dengan menangis dan memohon pertolongan-Nya.

Seminggu saya lewati masa-masa penuh keperihan ini. Hingga datanglah pertolongan Allah melalui wujud seorang pengurus daerah LI Tasikmalaya. Beliau memberikan sejumlah uang untuk berobat. Alhamdulillah, penyakit tersebut berangsur mereda.

Sebenarnya, saya bukan tidak punya uang. Tapi uang yang ada sudah dibelikan golok dan pisau. Pikir saya, biasanya, di bulan puasa permintaan golok dan pisau meningkat. Rupanya, dampak dari covid-19 membuat pesanan golok dan pisau di-cancel.

Saya mencoba untuk menawarkan dagangan saya kepada orang kaya, tapi tak ada satupun yang beli. Uang yang tersisa makin menipis. Bahkan kami mulai bertanya-tanya, besok makan apa yah?

Satu kejadian yang tak saya sangka-sangka. Sebelum covid-19, ibu memberi saya ayam hidup. Saya pelihara dengan baik hingga jumlahnya sudah sampai puluhan ekor. Tadinya, saya mau siapkan untuk Idul Adha. Saya jual dan hasilnya buat beli seekor kambing.

Rupanya, ayam-ayam inilah yang membuat kami bisa menyambung nyawa selama pandemi ini. Kebutuhan beras bisa ditutupi dari penjualan ayam ini.

Cara Allah menolong kita memang khas. Dia kirim ayam yang kami tidak pernah tahu bahwa nanti ayam inilah yang akan menolong.

Saya selalu berpikir, saya harus berbuat sesuatu untuk bangkit. Saya tidak boleh terbawa permainan keadaan.

Tiba-tiba saya kepikiran dengan grup whatsapp PBO. Salah seorang mentornya mengatakan, untuk sekarang yang paling banyak diminati orang adalah produk makanan dan kesehatan.

Saya kepikiran untuk jadi reseller madu. Cuma bermodalkan kuota internet, bismillah, saya mengadu peruntungan sambil terus menggantungkan harapan kepada Allah Ta’ala.

Satu hal yang selalu menjadi kekhawatiran saya adalah soal bayar candah. Apalagi di bulan Ramadhan ini, untuk mengambil berkat, kita dihimbau untuk melunasi Perjanjian Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid.

Saya punya cara sendiri dalam membayar candah. Sebagai wiraswasta dengan penghasilan yang tak menentu. Saya menyiasatinya dengan cara langsung menyisihkan sejumlah uang ketika mendapatkan keuntungan untuk candah.

Misal saya mendapatkan untung seratus ribu, maka langsung saya sisihkan uang tiga belas ribu dalam sebuah kotak khusus candah. Jadi, tak ada alasan lagi untuk tidak bayar candah. Karena uangnya sudah langsung dibagi, bahkan sebelum dibelanjakan untuk makan.

Dan Allah selalu memberikan jalan keluar dari tempat-tempat yang tidak pernah disangka-sangka. Menjadi reseller madu lumayan untuk menyambung hidup.

Saya terus mencari cara untuk menambah penghasilan. Walaupun hanya mendapatkan sedikit untung, yang tentu tak sebanding dengan peluh dan lelah yang keluar. Tapi prinsip hidup saya adalah takkan pernah menyerah selagi masih bisa bernafas.

Saya mulai jualan kolang-kaling, abon sapi milik saudara, sampai kentang mustofa, mesti bahan-bahannya ngutang dulu di pasar.

Saya tahu saya tidak sedang dalam keadaan sehat. Tapi saya harus terus bergerak. Memutar otak. Mengerahkan segala fikiran.

Dan kerja keras itu tak pernah mengkhianati hasil. Saya bisa melewati satu bulan yang penuh darah dan air mata. Masih bisa menyisihkan sejumlah uang untuk candah seperti biasa.

Tadinya. Saya sudah pesimis untuk bisa melunasi Perjanjian Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid melihat krisis yang tengah menimpa kami. Tapi, kini sinar harapan tersebut mulai terlihat. Pelan tapi pasti kemudahan-kemudahan itu mulai terasa.

Inilah yang menjadi kebanggaan saya sebagai seorang Ahmadi. Di tengah situasi yang membuat orang panik dan ketakutan, saya selalu diberikan ketenteraman dan kedamaian di balik pengorbanan harta. Bahkan ketika dalam kondisi yang sulit sekalipun. Saya yakin, Allah Ta’ala pasti akan menolong.

Visits: 93

4 thoughts on “PENGORBANAN HARTA YANG MENYELAMATKANNYA DARI KRISIS

  1. Subhanallah… kegigihan yang luar biasa.
    Tentu kita selalu diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan karena satu tujuan yang mulia, yaitu untuk berkorban lagi di jalan Allah Taala.

    Andaikan kita tak pernah punya tujuan mulia itu, belum tentu Allah sampaikan kita pada maksud dan tujuan kita. Ya… mungkin saja Allah berikan makanan di hari itu untuk bertahan hidup, karena Dia Maha Pemelihara. Tapi mungkin sebatas untuk makan saja.

    Jadi memiliki tujuan mulia untuk berkorban adalah penting, karena justru tujuan itulah yang akan menyelamatkan kita. Aamiin ya Rabbal alamin.

  2. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuhu …mo tanya kalo Islam rahmah ini media online resmi milik jemaat..apa punya badan LI ya … jazakumllah…

  3. Subhanallah mudah”an kita semua senantiasa ada dalam naungan allah taala meskipun cobaan menerpa mudah”an kita tdk pernah memalingkan muka di hadapan allah taala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *