BUAH MANIS MENDAHULUKAN HAK ALLAH TA’ALA

Nama saya Oggi Gunadi Mawahiburahman. Seorang anggota Jemaat Ahmadiyah cabang Lenteng Agung. Saya seorang pelaku usaha di bidang jasa dan pariwisata. Yang di era pandemi covid-19 mendapat pukulan hebat.

Saya ingin berbagi sebuah kisah yang amat menggetarkan jiwa dan imannya. Bermula dari sebuah pertanyaan otokritik di hati: “Jika kita mempunyai uang 1000 rupiah, akan digunakan untuk makan atau memenuhi janji pengorbanan yang sudah menjadi hak-Nya?”

Tentu tiap orang mempunyai jawaban dan pilihan masing-masing. Bergantung pada kekuatan keyakinannya terhadap Wujud-Nya.

Saya mendapat karunia mengelola 5 tempat di bidang pariwisata. Dua tempat terkena dampak yang signifikan sejak bulan Maret. Hampir tidak ada pemasukan dari sini.

Memang, banyak usaha di bidang ini yang tumbang. Bahkan, kompetitor raksasa seperti Amaris, Santika, Maharani bahkan Aryaduta pun nyaris gulung tikar dan terpaksa mem-PHK karyawannya.

Tentu bisa dibayangkan kondisi tiga tempat saya yang hanya selevel bintang dua. Tapi saya berusaha untuk bertahan. Saya bertekad untuk memenuhi segala sesuatu, seperti gaji para karyawan sampai pembayaran sewa unit aparteman.

Dan. Yang paling tidak boleh ditinggalkan adalah memberikan pengorbanan harta, berupa candah kami sekeluarga, termasuk almarhum ibu.

Yang terberat dari semua pelunasan itu adalah pembayaran unit apartemen kepada pemiliknya yang telah terikat kontrak sewa selama bertahun-tahun. Dengan karunia Allah, hingga bulan Mei pembayaran masih bisa dilakukan.

Prinsip yang selalu saya pegang adalah dalam keadaan apapun kewajiban kepada Tuhan dan hutang kepada orang lain harus terlebih dahulu dibayarkan.

Menjelang Ramadahan yang penuh berkat ini, situasi persewaan semakin sepi dan entah kenapa usaha makanan yang sempat vakum beberapa bulan terakhir, tiba-tiba kembali bergeliat dan ramai terlebih ketika jasa layan antar berbasis aplikasi online diaktifkan.

Setiap hari saya menerima puluhan order lewat gofood. Belum lagi tanpa disengaja setiap hari saya menerima jasa endorse dan review makanan di sosmed dan menjadi takjil gratis. Terasa lucu karena saya bukan seorang artis atau public figur.

Dibalik itu semua, selain kembali fokus terhadap usaha makanan karena permintaan meningkat tentu saja usaha yang lama harus tetap berjalan dan operasionalnya jangan sampai disubsidi karena akan semakin berat mengingat bulan mei dan Ramadhan ini omzet penginapan berkurang 30% serta hanya mengandalkan tiga tempat saja. Benar saja bulan mei ini bisnis sewa kamar semakin sepi.

Teringat pada bulan Ramadhan ini harus melunasi perjanjian pengorbanan seperti Tahrik Jadid, Waqfi Jadid serta pengorbanan rutin lainnya untuk keluarga dan almarhum Ibu. Alhamdulillah pada 7 Mei kemarin saya niatkan untuk mendahulukan membayar itu semua.

Sebenarnya saya sudah mulai pesimis melewati krisis ekonomi di bulan Mei ini. 14 unit kamar sedang menunggu pembayaran. Belum lagi listrik, air, gaji karyawan dan yang lain-lainnya yang jumlahnya tak sedikit.

Jangankan untuk mendapatkan sedikit keuntungan, untuk menutupi pembayaran kewajiban saja sangat sulit. Pada titik ini saya seolah kehilangan harapan untuk bertahan dari terjangan badai krisis ini.

Tanggal 15 Mei seluruh operasional usaha harus saya bayarkan. Ini seperti bom waktu. Menghitung waktu sambil mencari jalan untuk keluar dari situasi sulit ini.

Pada akhirnya, Tuhan adalah tempat yang paling dapat diandalkan. Saya yakin Dia tidak akan membiarkan saya merana seperti ini. Rentetan doa selalu mengawal sebuah perjalanan mencekam menuju jatuh tempo. Sambil menanti sebuah pertolongan khas-Nya.

Dan benar saja. Pertolongan itu datang tanpa pernah disangka-sangka.

9 Mei 2020 saya menemui para pemilik unit apartemen untuk mengembalikan kunci dan berupaya bernegoisasi atas kondisi yang terjadi. Saya melihat disini bagaimana Allah Ta’ala telah melembutkan hati semua pemilik unit. Mereka memahami kondisi yang terjadi dan membebaskan biaya sewa di tengah masa pandemi ini.

Saya mencoba mengkalkulasi penghematan dari pembebasan biaya sewa ini. Kurang lebih saya mendapatkan kemudahan sekitar 25% dari beban biaya operasional di bulan ini. Di tengah liputan perasaan gembira, saya bergumam sendiri, apakah ini titik balik saya untuk bangkit?

Tanpa disangka-sangka, usaha Guest House hampir penuh di bulan suci Ramadhan ini. Seolah-olah, diri ini ingin rebah di hadapan Singgasana-Nya. Betapa Dia menolong di waktu yang tepat. Di saat semua harapan itu hampir terbenam.

Saya yakin. Inilah buah manis dari mendahulukan hak-Nya dengan melunasi kewajiban-kewajiban pengorbanan harta.

Visits: 124

Raden Fazal Ahmad

11 thoughts on “BUAH MANIS MENDAHULUKAN HAK ALLAH TA’ALA

  1. Berkah keyakinan akan Allah sebagai tempat meminta pertolongan dan beribadah melalui membayar tahrikJafid. Mubarak.

  2. Alhamdulillah. Sangat menginspirasi. Semoga Allah SWT menolong kita semua melalui masa pandemi ini.

  3. Suatu bentuk keyakin yg tulus dari Pak Oggi thp suatu kepentingan Allah ta’ala jika didahulukan maka segala urusan Duniawi terselesaikan seperti air mengalir. Inspiratif sekali semoga tulisan ini memberikan motivasi tersendiri bagi para pelaku usaha dan pribadi² di Jema’at Ini. Mubarak Pak Oggi

  4. Mubarak,semoga menjadi contoh buat kita semua, bahwa orang berkorban dijalan Allah tidak akan menjadi Miskin,tapi sebaliknya kita akan menjadi Kaya,KAYA ROHANI DAN KAYA JASMANI.

  5. Subhanallah…
    Perjanjian itulah yang menyelamatkan kita. Karena Allah Maha Tahu kita punya tujuan mulia yang akan kembali dikorbankan di jalanNya, maka Allah membukakan jalan bagi kita.

    Ibaratnya, kita seperti menumpang hidup pada perjanjian-perjanjian pengorbanan, karenanya Allah adakan rezeki itu untuk dikembalikan lagi padaNya, nah… yang kita makan adalah kelebihannya, yang sengaja Allah lebihkan sebagai bonus karena kita tak pernah meragukanNya.

  6. Subhanallah…sangat menginspirasi bahwa pengorbanan di jalan Allah SWT apapun bentuknya..baik candah ataupun perjanjian perjanjian …itulah Haqqul yakin yg sesungguhnya jalan pertolongan untuk kita….

  7. Inilah bukti adanya Wujud Yang Maha Hidup yang dewasa ini adalah b kewajiban kita untuk disampaikan dihadapan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *