
TAHRIK JADID, NIKMAT PENGORBANAN DI JALAN ALLAH
Jam dinding di ruangan ini terasa sangat lambat. Delapan jam nyaris menyerupai delapan abad. Ruangan yang dingin semakin membuat pikiran ini membeku. Saya hanya bisa menunggu, tanpa pernah tahu apa yang terjadi dengan istri saya di dalam sana.
Sore itu, tim dokter sedang berjuang melakukan pembedahan untuk mengetahui penyakit yang diderita istri hampir berbulan-bulan lamanya. Awalnya kami menduga, ada kista ovarium yang membuat isteri sering merintih dan menjerit kesakitan karena di bagian perutnya timbul rasa sakit yang tak tertahan. Namun rupanya dugaan dokter keliru, sehingga diputuskan mengambil langkah operasi untuk mengetahui penyakit apa gerangan yang bersemayam di perut istri.
Sudah hampir sepuluh jam sejak tindakan pembedahan dimulai pukul lima sore tadi. Akhirnya, pintu ruang operasi terbuka. Istri saya dibawa keluar dalam kondisi belum sadarkan diri. Masih ada beberapa kain pengikat dan alat-alat yang masih tersemat. Seperti tersambar petir di siang hari, ketika dokter menghampiri dengan sebuah kepastian akan penyakit istri. Tumor usus.
Saya hanya bisa pasrah dan terus tawakal mendampingi istri yang masih tergolek lemah pasca pembedahan. Berada di ruang rawat inap bersama pasien yang kritis, adalah sebuah perjuangan untuk bisa menjaga semangat istri agar segera pulih kembali. Tak ebrselang lama, pasien satu kamar semakin kritis dan menemui ajalnya. Saya pun bahkan turut mentalqin atas permintaan keluarganya. Semakin tergetar hati ini saat mentalqin, semakin kuat pula doa-doa kulangitkan untuk kesembuhan istri tercinta.
Beberapa minggu berada di ruang rawat inap, akhirnya istri saya diperbolehkan pulang ke rumah. Masih dengan kondisi yang lemah karena masih harus melakukan pengobatan lanjutan, saya pun turut merasakan lelah melihat kondisi kesembuhan yang masih jauh api dari panggang. Tiga bulan berada di rumah, bangkit dari tempat tidur pun masih sangat sulit. Bahkan kakinya pun belum bisa menapak dengan kukuh. Lagi-lagi, hanya ada doa sebagai anak panah yang saya lesatkan untuk membuka pintu langit.
November 2019, tiba masanya perjanjian baru untuk pengorbanan ‘Tahrik Jadid’. Hati kecil ini seperti terketuk untuk melakukan pengorbanan lebih dari biasanya. Semata-mata karena mendapat ridho Allah, seraya terus bermohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk segala kebaikan. Saya utarakan niatan ini kepada istri, yang tanpa disangka, disambutnya dengan keinginan yang sama, bahkan untuk perjanjian Waqfi Jadid. Kami berdua pun ber-azzam untuk meningkatkan jumlah perjanjian dan melunasinya dengan segera.
Karunia Allah Ta’ala pun membuat kami bisa melakukannya. Bulan Januari, kami bisa melunasi kedua perjanjian tersebut. Belum selesai rasa syukur kami atas kemudahan melunasi pengorbanan ini, saya pun melihat kemajuan yang menakjubkan pada kesehatan istri. Mulai dari bisa beraktifitas ringan di dapur, hingga di bulan Ramadhan ini, istri sudah bisa menyiapkan sajian berbuka dan sahur.
Alhamdulillah, ya Allah. Meski saat ini, masih tersisa sedikit luka di bagian perut istri saya pasca operasinya, namun sejauh ini kami berdua sangat bersyukur dengan kemajuan dalam proses pemulihan kesehatannya. Entah harus seperti apa lagi kami mengucap syukur, karena buah karunia yang kami terima dari mengikuti perjanjian Tahrik Jadid dan Waqfi Jadid.
Melalui tulisan ini, saya yang sangat fakir ilmu dan memiliki banyak kelemahan hanya bisa mengajak kepada semua saudara-saudariku, untuk senantiasa mengikuti gerakan pengorbanan yang beberkat ini dengan niat liLlaahi Ta’ala. Insyaa Allah dengan ikut ambil bagian di dalam pengorbanan ini, kita sudah ikut andil dalam usaha memajukan Jemaat. Dan sebagai buahnya, kita akan memperoleh kemajuan jasmani maupun rohani. Aamiin.
.
.
.
editor: Rahma A. Roshadi
Visits: 648
Mubarak atas sembuh nya istri anda.semoga pengorbaban yg anda ber dua lakum menjadi contoh bg sy dan sdr2 kt yg lain..Aamiin
MUBARAK…Semoga Allah SWT semakin melimpahkan Kesehatan yg sempurna utk Istri dan Tuan🙏
Jazakumullah…semoga kamipun semakin semangat utk membelanjakan /memberikan pengorbanan di Jalan Allah